JAKARTA – Penambahan nilai investasi dari Singapura menjadi hasil lobby terbaik Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Sebab, Indonesia membutuhkan banyak suntikan modal asing untuk membangun perekonomiannya. Sebab, Indonesia dilimpahi dengan kekayaan sumber daya alam dan manusia yang luar biasa. Terlebih, kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia meningkat seiring implementasi program Kartu Prakerja.
“Peningkatan investasi bagus, terutama membuka lapangan pekerjaan. Investasi juga modal penting dalam pemulihan perekonomian pasca pandemi Covid-19,” ungkap Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong.
Airlangga sudah berada di Singapura sejak 13 Juli 2021. Selain Gan Kim Yong, Airlangga juga sudah bertemu Perdana Menteri Singapura, Wakil Perdana Menteri Singapura, dan para menteri lainnya. Pertemuan dengan Gan Kim Yong meneruskan Leeder’s Retreat yang sebelumnya dilakukan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong. Agenda tersebut diharapkan terealisasi tahun ini setelah tertunda sekitar setahun.
Terkait Leeder’s Retreat, ada 6 pokok perjanjian bilateral yang sudah disepakati. Fokusnya adalah perkembangan kerjasama di Kawasan Natam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Program lainnya menyangkut investasi, transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan agribisnis. Terkait investasi, Airlangga antusias dengan peningkatannya di sektor energi hijau, e-commerce, data center, dan carbon trading.
“Ada penambahan nilai investasi dan bisa direalisasikan secepatnya. Penambahan nilai ini tentunya sangat positif Indonesia. Sebab, ada potensi besar Indonesia yang bisa dioptimalkan untuk mendukung perekonomian,” terang Airlangga yang notabene Ketua Umum Partai Golkar tersebut.
Lebih lanjut, pertemuan tersebut juga membahas pentingnya green economy sebagai upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Adapun Salah satu peluang kerja sama antara Indonesia dan Singapura yang akan ditingkat adalah pengembangan green economy. “Indonesia sangat siap sebagai negara tujuan investasi dunia. Semuanya sangat mendukung, termasuk payung hukum regulasinya,” jelas Airlangga.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang merupakan aturan pelaksanaan dari UU Cipta Kerja. PP tersebut bertujuan meningkatkan kemudahan pelayanan, kelancaran dan pengawasan arus lalu lintas barang dalam pemasukan barang ke atau pengeluaran barang dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
Sementara, untuk mendukung teknologi digital agar semakin berkembang terutama di Kawasan BBK, Pemerintah Indonesia telah meresmikan Nongsa Digital Park pada Maret 2018 lalu. Lokasi ini merupakan proyek utama yang dipergunakan sebagai hub digital antara Indonesia dan Singapura. Nongsa Digital Park juga sudah ditetapkan sebagai KEK melalui PP No. 68 Tahun 2021. Saat ini, Nongsa Digital Park memiliki sekitar 160 perusahaan dengan 1000 pekerja yang berasal dari perusahaan lokal maupun perusahaan asing.
Lebih lanjut, pertemuan itu juga membahas isu ketenagakerjaan dan upaya untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja melalui kolaborasi antara kedua negara. Indonesia dan Singapura telah menandatangani 29 Perjanjian Kerja Sama (MoU) terkait peningkatan kapasitas tenaga kerja melalui pembahasan manajemen rantai pasokan, keahlian ekonomi digital, teknologi finansial, inovasi sosial, analisa data, pariwisata dan hospitality, kepemimpinan, kebudayaan dan obat obatan.
Terkait agribisnis, fokus pada komitmen kedua negara untuk mengembangkan kerja sama dalam sub-kelompok kerja pertanian, hasil laut dan perjanjian sanitari dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary) berdasarkan World Trade Organization (WTO). Berdasarkan target Singapura ’30 by 30′ yaitu memenuhi sendiri kebutuhan gizi 30% pada 2030, Indonesia dan Singapura berkomitmen bekerja sama untuk proyek pengembangan agribisnis di Kawasan BBK dengan tujuan ekspor produk pertanian ke Singapura.
“Kerjasama ini akan memberikan banyak manfaat bagi kedua negara. Sebab, cakupan sektor implementasinya sangatlah luas,” kata Airlangga lagi.
Menguatkan kerjasama dan investasi, kedua negara membahas kemungkinan pembentukan travel bubble sebagai pilot project. Kedua Menteri sepakat untuk membentuk micro travel bubble antara Singapura dengan kawasan di dalam pulau Bintan, seperti Lagoi. Apabila pembentukan micro travel bubble ini dapat berjalan dengan baik, untuk selanjutnya dapat ditingkatkan ke dalam area yang lebih besar.
Melalui micro travel bubble ini, wisatawan dapat saling berkunjung secara aman dan nyaman, dan bermanfaat sebagai upaya menumbuhkan kembali wisata dan ekonomi. Pembahasan lanjutan mengenai pelaksanaan micro travel bubble ini masih akan dilakukan, agar dalam pelaksanaannya nanti tidak akan berdampak buruk bagi kesehatan.(*)