JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia selama lebih dari 2 tahun, tidak hanya berdampak terhadap sektor ekonomi, tetapi juga pertanian. Untuk itu, Indonesia melalui Kementerian Pertanian turut menjamin ketahanan pangan dan gizi, sekaligus keamanan pangan di Asia Tenggara.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dalam Pertemuan ke-43 para Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN (AMAF) beberapa waktu lalu, mengajak semua pihak untuk bekerjasama memulihan dampak pandemi Covid-19.
“Pemanfaatan hubungan dengan mitra kerjasama maupun mitra dialog lainnya perlu terus ditingkatkan guna mendukung pencapaian komitmen, memastikan keamanan pangan di wilayah ASEAN,“ tuturnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, juga menyatakan hal serupa.
“Ketahanan pangan sudah menjadi isu global. Oleh karena itu masalah ini penting menjadi pembahasan di forum regional,” katanya.
Untuk menindaklanjuti Sidang AMAF, pada Rabu (16/03/2022) telah diselenggarakan Pertemuan ASEAN Working Group on Agricultural Training and Extension (AWGATE) ke-28 yang diselenggarakan secara hybrid.
Kegiatan ini dihadiri perwakilan Sekretariat ASEAN dan 9 (sembilan) negara anggota ASEAN (ASEAN Member States/AMS), yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Delegasi Indonesia sendiri terdiri dari 13 orang yang berasal dari Sekretariat Badan PPSDMP, Pusat Penyuluhan Pertanian, Pusat Pendidikan Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian, PPMKP Ciawi, Polbangtan Bogor, BBPKH Cinagara, BBPP Lembang, Biro Kerjasama Luar Negeri, dan Badan Pangan Nasional. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala PPMKP Ciawi.
Pada pertemuan tersebut masing-masing negara melaporkan tentang pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan yang diikuti oleh peserta yang terdiri dari Penyuluh, Petani, Peneliti, Pengusaha muda pertanian dan akademisi dari negara-negara ASEAN sebagai tindak lanjut dari Strategic Plan of action (SPA) AWGATE (2021-2025).
Mewakili Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah, Leli Nuryati, selaku Chairperson pada Sidang AWGATE ke-28, menyatakan usaha-usaha yang dilakukan untuk mempercepat transformasi pangan dan pertanian tidak dapat dilakukan hanya dengan fokus kepada aspek peningkatan produksi.
“Tetapi lebih ke arah sistem pangan dan pertanian yang lebih holistik dan terintegrasi,” katanya.
Ditambahkannya, peningkatan keterlibatan generasi muda dan kaum perempuan dalam pertanian adalah sebuah keharusan.
Di samping itu dalam kesempatan ini juga disediakan forum sharing information and experience dari seluruh AMS guna melaporkan kegiatan-kegiatan dan inovasi dan metodologi dibidang penyuluhan dan pelatihan pertanian.
“Dapat disimpulkan bahwa seluruh AMS telah melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan dan penyuluhan mengenai smart farming, pertanian digital, peningkatan peran pemuda dan kewirausahaan dalam bidang pertanian untuk mengatasi permasalahan mengenai regenerasi pertanian,” kata Leli.
Pertemuan menghasilkan kesepakatan kerjasama dan strategi pencapaian keamanan pangan di kawasan ASEAN melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan. (RI)