KUPANG – Program Rural Empowerment Agricultural and Development Scalling Up Initiative (READSI) Kementan membuat pekarangan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, banjir rupiah. Melalui Pekarangan Pangan Lestari (P2L), lahan pertanian di sana semakin produktif. Apalagi, ada banyak komoditi komersial yang diusahakan secara masif melalui kelompok tani.
“READSI yang diimplementasikan melalui P2L sangatlah penting. Bagaimanapun, P2L adalah strategi dalam menjaga ketahanan pangan di level keluarga terutama dalam masa pandemi Covid-19. Pertanian harus terus produktif untuk menopang ketahanan pangan,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Ditopang penuh oleh READSI Kementan, program P2L memang mengoptimalkan potensi pekarangan dan lahan lainnya. P2L bisa juga diterapkan pada lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif. Setelah dioptimalkan, diharapkan lahan tersebut produktif dan menghadirkan manfaat ekonomi besar bagi keluarga. Pemenuhan pangan dan sumber gizi keluarga.
“Lahan-lahan yang ada harus dioptimalkan. Tujuannya tentu pemenuhan pangan dengan orientasi pasar. Harapannya tentu adanya pendapatan yang optimal untuk menunjang kesejahteraan keluarga. Dan, sejauh ini kombinasi READSI dan P2L memberi pendapatan yang bagus bagi petani,” terang SYL.
Gambaran produktifnya pekarangan karena sentuhan READSI Kementan dan P2L bisa dilihat pada Kelompok Tani Fotupanan. Kelompok tani ini beralamat di Desa Enoraen, Amarasi Timur, NTT. Optimal memanfaatkan potensi pekarangan, Kelompok Tani Fotupanan mengusahakan komoditi Buncis, Kacang Panjang, Pare, Ketimun, dan Kangkung.
“Program P2L sangat strategis mendukung pendapatan para petani. Apalagi, P2L didukung penuh oleh READSI. Hasilnya tentu lebih maksimal, apalagi komoditi yang diusahakan memiliki nilai ekonomi tinggi,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.
Petani memiliki tambahan pendapatan yang kompetitif. Sebab, komoditi yang diusahakannya memiliki harga positif di pasar. Untuk Kangkung dihargai Rp5 Ribu per Ikat. Adapun, Buncis dijual dengan harga Rp10 Ribu per Kg dan Kacang Panjang dibanderol Rp5 Ribu per Ikat. Untuk Ketimun dihargai Rp10 Ribu per Kg.
“Melalui READSI, ada banyak kesempatan yang bisa diusahakan. Apalagi, READSI juga melakukan penguatan sumber daya manusia (SDM) pertanian melalui beragam pelatihan. Pelatihan yang dilakukan terbukti memberikan banyak manfaat positif,” tegas Dedi.
READSI Kementan saat ini sudah ditetapkan pada 6 provinsi dan 18 kabupaten. Fasilitator Desa Santy mengatakan, anggota Kelompok Tani Fotupanan sangat bersemangat mengerjakan program P2L dengan dukungan READSI. Apalagi, beragam bantuan juga sudah dialirkan oleh READSI Kementan.
“Anggota sangat senang dan bersemangat mengusahakan pertanian. Hasilnya bagus dan sangat membantu perekonomian keluarga. Sebagian memang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri,” tutup Santy.(*)