CIAWI – Strategi paten disiapkan Kementan untuk menjawab isu krisis pangan yang membelit dunia. Kementan menguatkan konsep ketahanan pangan nasional melalui beberapa skenario. Komposisinya ada diversifikasi pangan, optimalisasi produktivitas, hingga smart farming. Tone-nya pun dikuatkan melalui kegiatan Training of Trainer Sistem Pengelolaan Taxi Alsintan (TOT-SPTA) Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian, Rabu (23/3).
Program TOT-SPTA dilaksanakan di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogor, Jawa Barat, 23-25 Maret 2022. Jumlah pesertanya minimal ada 13.586 orang. Meledak dari target awal 7.314 nama. Melalui TOT-SPTA ini diharapkan peserta bisa menyusun materi dan bahan ajar tentang pengelolaan Taxi Alsintan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengungkapkan, Indonesia dengan kemandirian sangat siap menghadapi isu pangan dunia.
“Masyarakat dunia masih berjuang untuk bangkit dari pandemi Covid-19, tapi kini justru dihadapkan juga dengan isu perubahan iklim global. Hal ini menjadi hambatan pangan dunia. Kami sejak awal sudah mengantisipasinya. Dengan potensinya, Indonesia sangat siap menghadapi kondisi pangan global tersebut. Pertanian memiliki strategi untuk menguatkan program yang ada,” ungkap SYL.
Melalui TOT-SPTA, suara program diversifikasi pangan lokal dikuatkan. Program ini fiarahkan untuk menekan impor melalui optimalisasi pangan lokal. Sebagai gambaran riill, problem kecukupan stok kedelai diganti komoditi Koro Pedang. komoditi ini ideal sebagai bahan baku tahu/tempe dengan nilai gizi tinggi dan cita rasa nikmat. Untuk gula pasir bisa disikapi dengan optimalisasi gula kelapa atau gula semut.
Selain diversifikasi, produktivitas juga terus dioptimalkan. Optimalisasi produktivitas dilakukan melalui program mekanisasi pertanian. Sosialiasi mekanisasi pertanian ini pun menjadi isu utama TOT-SPTA. Dengan mekanisasi, efisiensi menjadi tinggi. Sebab, mekanisasi bisa mengolah lahan 8 hektar per hari. Biaya bisa dihemat hingga 40%, termasuk menekan potensi kehilangan hasil panen. Akselerasi mekanisasi pertanian juga terus didorong melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Rapor positif sektor pertanian selama ini harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. PDB sektor pertanian di Triwula II 2020 sebesar 16,24%. Pada Februari 2022 kemarin, nilai tukar petani 108,83 atau naik 0,15%. Lalu, sekarang tantangannya bertambah. Jadi, bukan hanya angka kecukupan pangannya saja, nilai gizi juga dipertimbangkan. Melalui TOT ini diharapkan ada kesepahaman visi lagi,” terang SYL.
Perbaikan memang terus dilakukan Kementan melalui program mekanisasi pertanian. Pada 2015, level mekanisasi pertanian Indonesia mengalami kenaikkan 0,5 HP per hektar. Angkanya lalu naik menjadi 2,1 HP per hektar pada 2021 atau naik 236%. Target tersebut lalu direvisi naik pada 2024 dengan nilai 3,5 HP per hektar. Meski demikian, Indonesia masih tertinggal dari Amerika Serikat (27 HP per hektar), Jepang (16 HP per hektar), Malaysia (2,4 HP per hektar), juga Thailand (2,5 HP per hektar).
“Indonesia harus terus bertransformasi. Ketahanan pangan akan tercapai melalui diversifikasi pangan, terus mendorong kenaikkan produktivitas, dan smart farming. Perlu diketahui, Koro Pedang lebih baik dari Kedelai. Angka gizi dan produktovitasnya bagus. Tanpa treatment bisa panen 3-4 ton per hektar, tapi kalau dipupuk mencapai 6-7 ton per hektar,” papar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi.
Mengurai problem krisis pangan dunia saat ini, smart farming pun dikuatkan Kementan. Konsep ini menganut pemanfaatan bio science hingga bio telnologi. Smart farming juga semakin kuat dengan pemanfaatan mesin-mesin alat pertanian. “Smart farming tetap didorong agar optimal. Selain ketahanan pangan tercapai, produktivitas secara ekonomi akan tinggi kalau strategi ini diterapkan maksimal. Perlu diketahui, mekanisasi bisa menaikkan indeks pwryanian hingga 2 kali lipat,” tutup Dedi. (*)