JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) berkomitmen memperjuangkan pengadaan pupuk bersubsidi untuk petani sesuai kuota yang diajukan berdasarkan RDKK. “Saya berkomitmen untuk memperjuangkan penambahan pupuk bersubsidi untuk petani. Saya sedang berupaya terus berkomunikasi kepada Presiden Joko Widodo,” kata Mentan SYL saat memberi arahan pada acara Training of Trainers (TOT) dengan tema “Pemupukan Berimbang Tingkatkan Produktivitas dan Daya Saing Pertanian” yang diikuti penyuluh di seluruh Indonesia melalui aplikasi Zoom, Jumat (23/4/2021).
Soal pupuk, Mentan SYL melanjutkan, yang sesungguhnya terjadi adalah kekurangan kuota. Pengajuan berdasarkan RDKK sebesar 24 juta ton. Namun, alokasi dana yang disiapkan pemerintah sebesar Rp23 triliun atau hanya cukup untuk pengadaan pupuk bersubsidi sebesar 7,8 juta ton. Berdasarkan komunikasinya dengan Presiden Joko Widodo, diberi penambahan pengadaan pupuk sebesar 3,4 juta ton. Sehingga selurunya kini mencapai 8,9 juta ton dengan nilai total mencapai Rp25 triliun.
“Keuangannya ada di Kementerian Keuangan. Lalu distribusinya kewenangan Kementerian BUMN. Kami, Kementan hanya menyampaikan kebutuhan pupuk berdasarkan RDKK yang kalian susun. Saya sekarang sedang berusaha untuk bisa ditambah pupuk ini,” tegas Mentan SYL. Salah satu solusi yang diajukan Mentan SYL untuk mengatasi kebutuhan pupuk juga dengan memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian.
“Harus ada pengendaliannya, khusus untuk pembelian pupuk non subsidi dari skala ekonomi. Misalnya Rp100 juta mereka dapat dari KUR untuk dipakai pupuk non subsidi. Tolong dihitung dengan baik untung ruginya, bagaimana skemanya. Saya janji saya tabrak kalau ada hal yang menghalangi kepentingan rakyat dan bangsa. Pertanian itu barang gampang tapi harus dipaksa sedikit. Kita harus tanggung jawab termasuk dalam hal serapan,” tegas Mentan SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, pemupukan berimbang kini tengah menjadi fokus kebijakan nasional. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan penggunaan pupuk kompos. Dengan kata lain, sebelum penggunaan pupuk berimbang harus diawali dengan penggunaan pupuk kompos terlebih dahulu.
“Pupuk kompos adalah salah satu bahan organik. Pupuk kompos itu unsur haranya tinggi, mikrobanya tinggi. Dia dapat meningkatkan efisiensi kimia, meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian. Sebelum pemupukan berimbang, harus kompos dulu,” ujar Dedi.
Dijelaskan Dedi, pemupukan berimbang adalah pemberian sejumlah pupuk sesuai kebutuhan dan kesuburan tanah agar terjadi keseimbangan hara, sehingga terjadi kondisi kodusif bagi tumbuh kembang tumbuhan. “Kata kuncinya adalah keseimbangan hara di dalam tanah. Dengan begitu tanaman akan menyerap unsur hara secara efektif, sehingga pertumbuhan produktivitas dan produksi tanaman akan maksimal. Gunakan pupuk seperlunya saja, jangan berlebihan,” tegas Dedi.
Mengapa demikian, sebab, katanya, di dalam tanah sudah ada sebagian unsur hara. Pun halnya di dalam jerami ada juga unsur hara. Air irigasi juga mengandung unsur hara. “Sebagian unsur hara, makanan tanaman, sudah disediakan tanah, jerami dan air irigasi. Penambahan pupuk untuk kekurangannya saja. Inilah yang dimaksud pemupukan berimbang agar hasil produktivitasnya berimbang,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Dedi memaparkan teknis pembuatan pupuk kompos termasuk jumlah keberimbangan dalam pemberian pupuk agar tanaman dapat berkembang dengan baik. “Kalau kebanyakan pupuk, salah satu cirinya ketika angin kencang melanda dia akan merunduk. Maka, komposisinya harus berimbang agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal,” urai Dedi.(Welli Nugraha)