TOLITOLI – Program READSI (Rural Empowerment Agriculture Development Scaling Up Innitiative) adalah salah satu program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan pertanian pada Kementerian Pertanian. Program ini meliputi 6 Provinsi dan 18 Kabupaten. Salah satunya adalah Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah.
Desa Puse, Kecamatan Dampal Selatan, merupakan salah satu desa yang menjadi binaan pada Program READSI. Fokus pendampingan program adalah membentuk dan menggiatkan kelompok wanita tani dalam rangka pemanfaatan lahan pekarangan guna upaya pemenuhan gizi keluarga dan mendekatkan pasar ke dapur. Di tempat ini, Program READSI sukses membina KWT Melati.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga. Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi Covid 19, maupun dalam menghadapi musim kemarau.
“Dalam kondisi krisis seperti Covid19 ini, pertanian menjadi jawaban untuk bisa survive. Tidak perlu lahan besar, kita manfaatkan lahan di pekarangan kita. Jadi di pekarangan ini semua orang bisa bertani,” ujar Mentan SYL.
Hal serupa di utarakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi.
“Masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa. Oleh karena itu gencarkan olah tanah, olah tanam, dan manfaatkan lahan pekarangan, terutama pangan lokal. Semua harus mendukung gerakan ketahanan pangan nasional,” tutur Dedi.
Program READSI mendukung penuh kegiatan pelatihan serta peningkatan keterampilan bagi petani di wilayah program, tidak terkecuali kaum wanita yang terkumpul di Kelompok Wanita Tani (KWT).
Program READSI yang di Mulai di Awal Tahun 2019 di Desa Puse. Melalui pendampingan yang dilakukan oleh Tenaga Fasilitator Desa, Hermina, di dampingi PPL READSI, Dibentuklah Kelompok KWT Melati Pada 5 April 2019. Dalam prosesnya tentu tidak mudah karena fasilitator dan PPL dihadapkan pada tantangan sulitnya membangun penyadaran di masyarakat. Terutama kaum ibu yang kesehariannya hanya terbiasa dengan aktifitas rumahan. Mereka juga belum terbiasa dalam berkerjasama dan membentuk kelompok yang mandiri dalam hal pemenuhan gizi keluarga.
KWT Melati Binaan Program READSI yang beranggotakan 25 Orang ibu rumah tangga dan ketuai oleh Sitti, mulai melakukan kegiatan bercocok tanam di lahan pekarangan mereka. Komoditi sayuran sawi dan kangkong menjadi unggulan, selain untuk di konsumsi ada juga yang di jual sebagai tambahan modal untuk kelanjutan usaha bertani kelompok.
“Dengan modal awal 20 ribu rupiah kelompok membelanjakan untuk bibit kangkung untuk ditanami di lahan Kelompok dan hasil panen berikutnya ternyata hasilnya cukup memuaskan, dari hasil penjualan mendapatkan keuntungan sebesar 180 ribu rupiah dan dananya sebagian di simpan di Kas Kelompok sebagian lagi di belanjakan untuk benih Sayuran Sawi, Kangkung Cabut dan Bayam,” tutur Sitti.
Pada panen selanjutnya, pemasukan Kelompok bertambah lagi dari Hasil Penjualan sebesar Rp 300 ribu dan begitu seterusnya.
“Dan sampai dengan sekarang sebagian dana di Kas Kelompok dari Hasil penjualan bertambah menjadi Rp, 1.950.000,” tutup Sitti.(***)