Catatan : Teguh Imam Suryadi
Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama dinilai tidak memiliki ‘sense of crisis’ yang seharusnya dilakukan ketika virus Corona CoVID 19 mewabah hingga memukul sektor industri pariwisata.
Sikap Wishnutama itu secara nyata diperlihatkan kepada para wartawan, blogger maupun influencer di lingkungan Kemenparekraf.
Ketidakmampuan atau mungkin ketidakmauan pejabat publik sekelas menteri untuk berkomunikasi dengan wartawan terutama yang tergabung di Forum Pewarta Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) tentu sangat bertolak belakang dengan semangat pejabat terdahulu, yang mengedepankan aspek komunikasi dengan para media.
Banyak pertanyaan muncul akibat sikap ‘Mas Menteri’, yang hingga tiga bulan kepemimpinannya di Kemenparekraf tidak menunjukkan sikap bersahabat dengan wartawan di Gedung Sapta Pesona, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Wishnutama memang dikenal sebagai orang televisi, yang punya akses bahkan kebijakan yang memungkinkan dirinya punya kepercayaan diri untuk hanya melibatkan media-media yang berada dibawah kendalinya.
Hingga saat ini, Wishnutama adalah menteri yang paling dicari oleh wartawan pariwisata dan ekonomi kreatif. Dicari untuk dimintai tanggapannya dan kebijakannya terkait isu seputar dunia pariwisata dan ekonomi kreatif.
Blunder sikap Menparekraf itu sebenarnya bukan yang pertama. Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo, beberapa kali Wishnutama membuat pernyataan yang membuat gaduh. Misalnya, ketika dia menyebut Gedung Sapta Pesona seperti ruang ‘karaoke’, sangat kaku dan tidak mencerminkan kantor sebuah instansi pariwisata.
Berikutnya, Wishnutama lebih parah lagi menyebutkan daerah tertentu di Indonesia terkait dengan wisata halal.
Upaya wartawan untuk menggali informasi langsung dari menteri yang melahirkan logo baru Kemenparekraf itu, tersendat dan nyaris tersesat karena komunikasi satu arah yang dilakukan pihak kementerian, hanya melalui siaran pers yang secara rutin dikirim oleh Humas melalui Grup WA.
Menemui atau bertanya langsung ke Mas Menteri sangatlah mewah bagi Forwaparekraf. Tentu saja, hal itu sudah terjadi sebelum Corona mewabah. Sehingga, ketika virus ini pandemik, ada alasan Kemenparekraf melakukan teleconference dengan wartawan. Menghindari pertemuan fisik.
Uniknya, di saat upaya ‘bertemu’ secara virtual itu wartawan hanya diberi kesempatan mengirim pertanyaan tertulis yang dikirim melalui Humas Kemenparekraf untuk disampaikan ke Wishnutama, yang ternyata kemudian Mas Menteri asik sendiri membuat pernyataan via YouTube, yang disebutnya sebagai ‘siaran pers virtual’ pekan lalu.
Forwaparekraf dalam rapat internal melalui aplikasi Zoom Conference menyatakan, terdapat dua isu besar yang dihadapi oleh pemerintah saat ini, yaitu secara umum krisis nasional berkenaan dengan Covid-19, dan secara khusus krisis di sektor pariwisata dari dampak Covid-19.
Kini penderita positif Covid-19 telah menembus angka 1.000 kasus penularan dengan tingkat kematian di atas 8%. Ini menjadi perhatian semua sektor di Indonesia juga di dunia. Bagi pariwisata, pandemi ini telah dan akan menjadi pukulan yang telak, karena krisis berpotensi membuat industri jasa ini berhenti denyutnya secara total.
Forwaparekraf meminta Kemenparekraf segera menjalankan fungsi-fungsi komunikasi krisis di sektor pariwisata.
Langkah komunikasi tersebut diharapkan bisa mengelola isu di tengah krisis, agar membangun pengertian hingga dukungan publik terhadap kebijakan dan langkah-langkah khususnya yang dilakukan oleh Kemenparekraf.
Masih ada beberapa pernyataan Forwaparekraf yang seharusnya tidak perlu disampaikan karena pola komunikasi dimanapun, pejabat negaralah yang mencari wartawan, bukan sebaliknya. Tetapi, Wishnutama terlanjur asik memposisikan dirinya sebagai selebritis televisi. Entah apa yang merasukimu Mas Menteri?**