BATAM – Kementerian Pariwisata melakukan Sosialisasi Rencana Aksi Pengembangan Destinasi Wisata Terpadu Pulau Sumatera. Kepala Dinas Pariwisata dari 10 Provinsi di Pulau Sumatera ambil bagian dalam kegiatan ini. Mulai dari Aceh hingga Lampung. Sosialisasi dilakukan 28 Juni lalu di Batam, Kepulauan Riau.
Selain Kepala Dinas Pariwisata dari 10 Provinsi se-Sumatera, hadir juga BPKS Sabang, BPODT, dan BP Batam. Sosialisasi Rencana Aksi Pengembangan Destinasi Pariwisata Terpadu Regional I, meliputi Studi Perencanaan Pengembangan Pariwisata Terpadu Regional I. juga rumusan Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Terpadu Regional I. Serta, koordinasi pelaksanaannnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Buralimar, menilai kegiatan ini sangat penting. Bahkan, Buralimar mengharapkan Kepri menjadi hub dalam kerjasama paket wisata antar provinsi di Sumatera.
“Kita menginkan posisi sebagai hub. Sebab, posisi Kepri dekat dengan Singapura dan Malaysia. Posisi strategis Batam sebagai pintu masuk internasional wisman dari Malaysia dan Singapura bisa dimanfaatkan seluruh provinsi yang ada di Sumatera,” papar Buralimar.
Dijelaskannya, Pengembangan Kepariwisataan Terpadu Pulau Sumatera harus dilakukan. Menurutnya, membangun kepariwisataan terpadu dapat memberikan manfaat yang optimal. Bagi perekonomian, lingkungan alam, sosial, dan budaya.
“Yang tidak kalah penting adalah memadukan arahan pembangunan kepariwisataan dalam Ripparnas, RTR Pulau, RIRD KSPN, dan Ripparprov. Tapi, kita juga membutuhkan perangkat operasionalisasi untuk menyatukan langkah pembangunan kepariwisataan,” katanya.
Sementara Asdep pengembangan Destinasi Regional I Kementerian Pariwisata, Lokot Ahmad Enda, menjelaskan jika Rencana Aksi Pengembangan Destinasi Pariwisata Terpadu Pulau Sumatera ini sudah disusun tahun 2018.
“Kita berharap rencana ini sudah dapat diterapkan secara terpadu pada 10 provinsi. Hal itu sesuai dengan Berita Acara Kesepakatan yang sudah ditandatangani Kadis Pariwisata 10 Provinsi se Pulau Sumatera,” ujar Lokot.
Menurutnya, untuk mewujudkan Pulau Sumatera sebagai satu kesatuan destinasi berdaya saing Internasional, dibutuhkan 10 daya tarik wisata berstandar Internasional. Yang tentu saja sesuai karakteristik setiap provinsi.
“Hal lain yang perlu diperhatikan adalah terwujudnya 8 Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Tempat ini akan menjadi pusat pariwisata sesuai fungsi yang telah ditetapkan. Selain itu, harus terbangun konektivitas yang menghubungkan seluruh pusat pariwisata di Pulau Sumatera,” tambahnya.
Yani Adriani, narasumber Tim Penyusun Rencana Aksi Pengembangan Wisata Terpadu Pulau Sumatera, menjelaskan mengenai Jalur Wisata Tematik Sumatera.
“Jalur ini terdiri dari Tema Jalur Wisata Tematik Berdasarkan Keunggulan Pariwisata Pulau Sumatera,” katanya.
Rinciannya, Jalur Wisata 1 melingkupi “Jalur Geowisata Pegunungan Bukit Barisan”, Jalur Wisata 2 “Jalur Ekowisata Tropical Rainforest Heritage of Sumatera”, Jalur Wisata 3 “Jelajah Geopark Sumatera”.
Sedangkan Tema Jalur Wisata Tematik Berdasarkan Produk Pariwisata Dalam RTR Pulau, menjadi Jalur Wisata 4 yaitu “Jalur Ekowisata Danau”, Jalur Wisata 5 “Jalur Ekowisata Bahari”, Jalur Wisata 6 “Jalur Wisata Budaya Melayu”.
“Kita berharap melalui rencana aksi ini, dapat disusun Program Strategis Bersama (Quick Wins) Dalam Dua Tahun Pembangunan Kepariwisataan Terpadu Pulau Sumatera (2019- 2020),” ujarnya.
Sedangkan Ketua Tim Percepatan Wisata Sejarah, religi dan Budaya Kemenpar Tendi Naim, menjelaskan jika Sumatera adalah Gerbang Wisata Budaya Nusantara.
“Latar belakang Sumatera sudah dikenal sejak awal Abad I Masehi. Karena, merupakan titik penting jalur perniagaan maritim global. Sumatera dikunjungi oleh para petualang dunia, seperti I-Tsing, Fa Xien, Atisha, Ibnu Batutta, Marcopolo, Cheng Ho, Tome Pires dan masih banyak lagi,” katanya.
Tendi mengatakan, banyak literatur sejarah yang menceritakan Sumatera. Hal ini, membuat wisatawan global menjadi tertarik untuk berkunjung. Tantangannya, menjadikan Sumatera sebagai destinasi wisata berbasis budaya yang mampu menarik wisatawan global.
Tendi menyarankan Rencana Pengembangan Dan Pengelolaan Produkwisata Berbasis Budaya Destinasi Region Sumatera. Yaitu, Pengembangan Jalur Wisata Budaya Pesisir Timur Sumatera, Pengembangan Wisata Lintas Negara Berbasis Budaya, Rintisan Wisata Warisan Budaya ASEAN, dan Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Pesisir Barat Sumatera.
“Karena, hal ini sesuai dengan strategi Kementerian Pariwisata, customer-centric strategy. Lebih sensitif dalam memahami kebutuhan wisatawan dan lebih adaptif dalam menciptakan produk-produk wisata. Menawarkan kewisatawan berupa extra-ordinary experience,” katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai mengebangkan destinasi terpadu di Sumatera sangat bagus. Namun, dibutuhkan CEO commitment.
“Komitmen pimpinan tertinggi daerah sangat penting. Karena mereka sebagai penentu kebijakan di seluruh provinsi di Pulau Sumatera. Pertama tentu saja para kepala daerah harus komit untuk memajukan sektor pariwisata daerahnya,” papar Menpar.
Dijelaskannya, pembangunan destinasi kepariwisataan terpadu di Pulau Sumatera harus dilakukan dari level level Gubernur, Bupati hingga Kepala Dinas Pariwisata.
“Dinas Pariwisata 10 provinsi di Pulau Sumatera harus melaksanakan Program Strategis Bersama (Quick Wins) Dalam Dua Tahun Pembangunan Kepariwisataan Terpadu Pulau Sumatera ( 2019- 2020) yang sudah disepakati bersama tahun 2018,” tuturnya.(***)