BANDA ACEH – Kuliner dan pariwisata ibarat dua sisi mata uang. Keduanya saling melengkapi. Tak bisa terpisahkan satu dengan lainnya. Bila tak percaya lihat saja pagelaran Aceh Culinary Festival (ACF) 2019. Di buka, Jumat (5/7), event tersebut langsung diserbu wisatawan yang berburu kuliner. Bahkan Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh, pun penuh pengunjung bahkan sebelum acara dibuka.
“Ini menandakan jika kuliner Aceh itu jawara. Sangat otentik dengan rasa yang tak terbantahkan kelezatannya. Dan pastinya menjadi salah satu atraksi wisata andalan Aceh,” ujar Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono, Jumat (5/7).
Bagi Don, kuliner Aceh memang menjadi sebuah warisan dan identitas dari budaya Aceh. Keberadaannya bukan saja sekedar pelengkap tetapi juga sebagai media promosi pariwisata Aceh. Keberadaannya mampu memberi daya tarik tersendiri dalam mengundang minat para wisatawan.
“Maka dari itu sangat tepat ACF masuk dalam deretan 100 event terbaik Calender of Event (CoE) Nasional Kemenpar. Materi yang di tampilkan berbobot, kuliner yang disajikan pun semakin mengangkat sektor pariwisata Aceh,” ucap Don.
Sementara itu Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Helvizar Ibrahim yang membuka acara mengatakan, sektor kuliner menjadi sebuah sektor yang menjanjikan bagi pariwisata Aceh. Pengaruhnya besar. Lihat saja mie Aceh, kopi Gayo, ayam tangkap, dan berbagai jenis makanan Aceh lainnya yang mempengaruhi kuliner di luar Aceh.
“Bahkan hingga di Indonesia bagian timur pun, mie Aceh disukai masyarakat luas. Kopi Gayo yang telah mendunia. Itu semua menjadi bagian budaya dan tradisi Aceh. Sebuah identitas yang harus dimaksimalkan mendukung pariwisata,” ujar Helvizar.
Staff Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calender of Event (CoE) Esthy Reko Astuti mengakui kehebatan kuliner Aceh. Bukan hanya rasanya, kekuatan budayanya begitu terasa di setiap masakannya. Baginya kuliner adalah rangkaian dari proses hulu ke hilir. Sebab, komersialisasinya bisa dimulai dari wisata agrikultur, wisata organik, wisata pendidikan, wisata sejarah, sampai wisata membuat makanan. Menurutnya, gaya cerita yang kuat tentang kuliner bisa menambah eksposur pada pariwisata Aceh.
“Kalau kuliner dibina dengan baik, semua aspek akan tersentuh. UMKM tersentuh, pariwisata, budaya juga tersentuh. Sangat luas pengaruhnya. Apalagi sektor perekonomian,” ujar Esthy.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani sangat bangga terhadap keberadaan ACF 2019. Karena ACF merupakan salah satu dari sepuluh event tahunan terbaik Dinas Pariwisata Aceh yang telah digelar sejak 2014. Tak hanya itu, tahun ini ACF kembali masuk dalam deretan 100 event terbaik Calender of Event (CoE) Nasional Kemenpar.
“Acara yang berlangsung sampai Minggu, (7/7) ini adalah acara yang luar biasa. Acara yang bukan saja menampilkan kekuatan kuliner Aceh tetapi juga wadah mengembangkan UMKM. Saat inilah waktu tepat mengunjungi Aceh, jika ingin menikmati ragam kuliner warisan leluhur,” ujar Rizki.
Terpisah Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Kemenpar terus memacu pertumbuhan wisata kuliner sebagai salah satu produk pariwisata unggulan. Karena kuliner paling mudah didorong untuk melangkah cepat go international. Apalagi Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Seperti halnya Aceh yang memiliki kuliner yang kuat dan beragam.
Pria Berdarah Banyuwangi itu juga menyebut, sektor kuliner dalam industri pariwisata menyumbang sekitar 30%-40% pendapatan pariwisata. Ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 7,38% terhadap perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp852,24 triliun, dari total kontribusi tersebut subsektor kuliner menyumbang 41,69%.
“Dan ingat, kuliner merupakan diplomasi sosial yang paling halus, cepat, dan efektif untuk mempopulerkan sesuatu ke pasar global. Sebagai contoh Amerika dengan distribusi film Hollywood dan gaya hidup masakan cepat saji dan Korea dengan drama K-Pop dan kulinernya. Tak saja mereka mampu mempopulerkan social budayanya, namun juga memberikan dampak branding positif bagi pariwisatanya. Inilah yang kita dorong pada ACF 2109,” papar Menpar Arief Yahya.(***)