Desa Sade Suku Sasak Cocok Jadi Destinasi Budaya Wisatawan Mandalika MotoGP

oleh -559 views
oleh

LOMBOK TENGAH – Pulau Lombok memang tak pernah habis menghadirkan pesona destinasi yang dimilikinya. Selain keindahan panorama alam, Lombok juga kaya akan adat istiadat dan budaya. Salah satunya adalah Desa Sade yang terletak di daerah Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Desa Sade merupakan tempat tinggal suku asli Sasak. Suku Sasak tak tergerus arus modernisasi. Kehidupan di sini berjalan sebagaimana telah ditetapkan oleh leluhur mereka. Amak Vano, pemandu wisata yang menjelaskan kehidupan suku Sasak mengatakan, salah satu keunikan kehidupan mereka adalah membersihkan lantai dengan kotoran kerbau. “Suku Sasak membersihkan lantai menggunakan kotoran kerbau yang masih hangat agar tak terlalu bau. Mengepel menggunakan tangan langsung, tidak menggunakan alat. Jadi kotoran kerbau itu langsung dilumuri ke lantai menggunakan tangan,” kata dia pada acara Famtrip Perjalanan Wisata Pengenalan Forum Komunikasi di Lombok 7-9 Desember 2020.

Menurutnya, kotoran kerbau digunakan sebagai pengganti semen. “Dicampur air agar lebih banyak dan licin. Dulu tidak ada semen. Jadi orang tua kami berinisiatif pakai kotoran sapi. Ini dilakukan seminggu sekali,” ungkap dia. 

Desa Sade dihuni oleh 700 jiwa di areal seluas 3 hektar. Mereka menempati sebanyak 150 rumah. Anak bungsu laki-laki adalah ahli waris rumah Suku Sasak. Mereka semuanya masih dalam satu garis lurus keturunan. “Kenapa begitu, karena mereka menikah antar sepupu. Boleh dari luar desa ini, tapi ini untuk mempererat persaudaraan,” kata dia. 

Hal unik lainnya dari Suku Sasak adalah tradisi kawin culik. Ya, bagi Suku Sasak melamar anak gadis merupakan pelanggaran adat lantaran dianggap tak sopan. “Jadi dibawa lari dulu atas dasar suka sama suka baru bisa menikah,” jelasnya.

Meskipun terjadi perjodohan di antara mereka, tradisi menculik anak gadis tetap wajib dilakukan. Dibawa malam hari dan tidak boleh ketahuan pihak keluarga perempuan selama 24 jam. Kalau ketahuan ada denda adat. Kalau berhasil akan ada pemeberitahauan dari pihak laki-laki. Jadi bukan hilang, tapi mau diajak menikah,” papar dia.

Di Desa Sade ada pohon cinta. “Jadi orangtua dulu kawin lari ikat janjinya di pohon cinta atau Loloh Cinta. Jadi ini tempat janjian sebelum dibawa lari,” ujarnya.

Mata pencarian Suku Sasak dari hasil pertanian dan menenun. “Panen kami di sini sekali dalam setahun. Tidak ada irigasi hanya mengandalkan hujan dan tidak dijual keluar. Untuk tambahan membuat tenun. Anak perempuan harus bisa tenun baru boleh menikah,” katanya. Dengan segala keunikannya, Desa Sade yang dihuni Suku Sasak cocok untuk menjadi destinasi wisata bagi wisatawan yang akan menyaksikm gelaran MotoGP 2021 di Sirkuit Mandalika. 

Koordinator Pemasaran Regional 1 Area 1 Kemenparekraf/Baparekraf, Taufik Nurhidayat menjelaskan, dari sisi promosi Kemenparekraf/Baarekraf terus melakukan sosialisasi. Saat pandemi ini, di mana promosi offline di luar negeri belum diperkenankan, maka strategi yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf adalah promosi secara online.

“Dari sisi promosi, saat ini kan perbatasan belum dibuka. Maka, kami mempromosikannya secara online melalui kantor-kantor perwakilan pariwisata kita di luar negeri yang kita sebut dengan VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) yang berada di 72 negara. Nah, itulah yang kita pakai untuk perpanjangan tangan promosi kita untuk Sirkuit Mandalika MotoGP ini,” kata Taufik.

Jika situasi sudah kembali normal, perjalanan wisata telah kembali dibuka, Taufik menegaskan promosi secara offline seperti pameran atau distribusi brosur bisa dilakukan. Sejauh ini, meski promosi dilakukan secara online namun respon positif tetap ditunjukkan oleh wisatawan dalam dan luar negeri. “Responnya sangat positif tak hanya di luar tapi juga di dalam negeri. Mereka berharap bisa melihat momen yang sangat berharga sekali ini, di mana MotoGP ini disaksikan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Itu pastinya akan membuat image Indonesia, khususnya di Lombok ini akan semakin naik terus,” tegas dia.

Taufik melanjutkan, pemerintah sejauh ini cukup serius mendukung Mandalika sebagai sirkuit yang akan dijadikan tuan rumah penyelenggaraan MotoGP 2021. “NTB sudah jadi destinasi super prioritas. Kami akan tetap membantu promosinya. Kita promosi online,” ujarnya. Sementara itu, Taufik memaparkan target pergerakan wisatawan terpaksa ditinjau ulang mengingat pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Lantaran situasi yang tak normal, maka target 370 juta pergerakan direvisi menjadi sekitar 120 juta sampai 140 juta pergerakan.

“Targetnya kita re-schedule karena situasinya tidak normal. Saat ini yang penting adalah pergerakan. Ada pergerakan saja itu sudah baik. Kita fokusnya ke domestik dulu. 370 juta pergerakan sebetulnya kami ditarget dalam situasi normal. Situasinya sekarang seperti ini, kami targetkan sekitar 120 juta sampai 140 juta. Jadi, satu orang wisatawan domestik bisa melakukan pergerakan berkali-kali, beda dengan wisatawan asing,” ujar Taufik.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.