ATAMBUA – Gitaris band Kotak Cella dibuat terpukau dengan pembangunan di tapal batas negara. Kekaguman itu disampaikan saat ia melihat menterengnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur (NTT). Cella berkunjung ke tempat itu Sabtu (29/6).
“Ini Keren. PLBN sekarang itu bagus banget. Trus aksesnya dipermudah dengan dukungan infrastuktur jalan yang mulus. PLBN jadi sebuah destinasi yang keren saat ini,” ujar Cella.
Perubahan signifikan memang terjadi di PLBN Motaain. Sebelum diresmikan oleh Jokowi di tahun 2016 lalu, awalnya PLBN Motaain hanya seperti rumah biasa dengan tiang bendera di halaman depannya. Namun, kini pos tersebut disulap menjadi rumah nan megah dengan arsitektur yang mengadopsi bentukan atap rumah Matabesi, yakni rumah tradisional masyarakat Belu.
Jalannya mulus, membentang hingga ibukota kabupaten. Pintu utama di PLBN ini bahkan sudah menggunakan sistem elektrik. Pintu yang lebarnya hampir belasan meter dan tinggi sekitar satu setengah meter itu ditutup menggunakan remot. Petugas tidak membutuhkan waktu lama untuk menutup pintu. Pendukung lainya pun lengkap. Bahkan rencananya akan dibangun terminal terpadu di PLBN Motaain.
“PLBN Motaain sudah menjadi Ikon Indonesia. Hal ini sebagai implementasi program nawa cita Presiden Jokowi tentang membangun Indonesia dari pinggiran. Kemenpar pun kini terus membangun pariwisata di perbatasan. Salah satunya dengan Program Crossborder Music Festival Atambua 2019 yang menampilkan Kotak sebagai bintang tamunya,” kata Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Bagi Kabid Pemasaran Area II Regional III di Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Hendry Noviardi pun mengamini. Baginya keberadaan PLBN Motaain semakin strategis. Selain dijadikan sebagai pos untuk lintas batas bagi warga kedua negara, PLBN Motaain juga dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata baru yang ada di Kabupaten Belu.
“Ini sudah menjurus ke sana. Saat ini masih dilakukan pengembangan sehingga nantinya lebih lengkap dan dapat dijadikan satu destinasi wisata,” terang Hendry.
Hal senada juga diungkapkan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Daerah perbatasan saat ini telah bertransformasi menjadi destinasi yang menakjubkan. Apalagi dukungan infrastuktur yang mumpuni telah selesai dibangun. PLBN pun menjelma menjadi destinasi yang menjanjikan. Jalan dengan aspal yang mulus membuat perjalanan wisatawan makin menyenangkan.
“Jadi program cross border tourism itu hanyalah pancingan. Kolam ikannya berbagai destinasi yang ada disekitar perbatasan. Ternasuk juga PLBN yang merupakan kebanggaan negara. Tinggal Pemda mengembangkan amenitasnya saja, sehingga wisatawan makin betah,” ungkap Menpar Arief.
Maka jelas mengapa Kemenpar memfokuskan diri menyasar wisman perbatasan. Jumlah PLBN yang ada di Indonesia sangat banyak. Dan saat ini dikembangkan menjadi destinasi wisata. Ditargetkan wisman perbatasan dapat menyumbang 20 persen atau sekitar 3,4 juta dari total 20 juta target wisman di tahun 2019.
“Tourism itu mirip bisnis transportasi dan telekomunikasi. Membutuhkan kedekatan atau proximity, baik kedekatan budaya (culture), maupun kedekatan jarak. Apalagi PLBN kita saat ini semuanya bagus-bagus serta unik. Sangat cocok menjadi destinasi wisata,” ujar Menpar Arief Yahya. (*)