BEKASI – Dukungan terus diberikan Kemenparekraf/Baparekraf pada pelaku industri animasi. Program “MASSIVE: Writing for Animation” pun digelar di Bekasi, mulai Jumat hingga Minggu (27-29 Nov 2020) yang diikuti oleh 24 peserta yang dominan berlatar belakang sebagai penulis, baik freelance maupun profesional. Program MASSIVE: Writing for Animation ini diharapkan dapat mengurangi kelangkaan tenaga profesional dalam aspek penulisan cerita.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Kemenparekraf/Baparekraf yang telah menyelenggarakan acara MASSIVE: Writing for Animation, dibawah Direktorat Industri Kreatif, Film, Televisi dan Animasi (IFTA) yang bekerjasama dengan Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI). Data yang ada tentang jumlah pelaku animasi lokal menunjukkan salah satu problem industri animasi adalah mengalami kekurangan tenaga profesional. Tapi, diharapkan program ini bisa menjadi langkah menghadapi tantangan ini” kata Ketua AINAKI/CEO Kumata Studio, Daryl Wilson.
Lebih lanjut, Daryl menambahkan, ke depan, penyajian animasi akan dibuat lebih mampu bersaing. Sebab, semua elemen industrinya bisa mengeluarkan kreativitas terbaiknya. “Industri Animasi kedepannya akan lebih banyak tantangan, jadi harapan ke depan tentu kita makin banyak penulis cerita untuk animasi yang bisa mengembangkan industri ini menjadi lebih baik. Bagaimana caranya, semua harus paham dan siap menghadapi tantangan tersebut,” jelas Daryl.
Daryl juga mengatakan, program “MASSIVE: Writing for Animation” memiliki beberapa pendekatan, baik secara online ataupun offline. Dengan penugasan secara langsung, otomatis pelaku industri bisa mengetahui tujuan dan gambaran dari fungsi sebuah tim dalam industri animasi.
“Program ini memberikan peningkatan skill supaya mereka mengerti paradigma berpikirnya seperti apa. Dalam penulisannya itu seperti apa, penokohannya seperti apa. Secara umum gambaran akan didapat dan bisa dieksekusi dalam tim. Ada pengalaman merasakan belajar langsung dari studio animasi, project, dan lainnya. Semua bisa belajar dari kesalahan yang dilakukan,” katanya lagi.
Menelaah lebih lanjut, sebenarnya animasi Indonesia memiliki sejarah panjang, namun dalam 2 tahun terakhir perkembangannya terbilang sangat pesat. Pada tahun 2019, sektor jasa di industri animasi memiliki nilai bisnis hingga Rp800 Miliar dan melibatkan hingga 10.000 tenaga kerja. Sedangkan nilai sektor IP jauh lebih besar dan tiap tahunnya tumbuh rata-rata 125%. Model bisnis berbasis karakter ini terus berkembang melalui animasi.
“Bisnis karakter ini bisa dikembangkan sekaligus mengangkat nilai lokal bahkan nasional. Dengan pertumbuhan yang signifikan, industri IP dapat berkontribusi ke PDB dan mendongkrak pemulihan ekonomi. Dampak pandemi COVID-19 dirasakan oleh seluruh stakeholder animasi, tidak semua usaha berjalan normal sehingga perlu ada penyesuaian kembali.”
Sementara itu, Koordinator Animasi & Games Dit. IFTA, Budi Triwinanta, memaparkan “MASSIVE: Writing for Animation” menjadi cara menaikkan kualitas di bidang animasi. Telah dilaksanakan rangkaian kegiatan yang beragam, mulai dari Training of Mentor (TOM), Entrepreneurship in Animation (SHIMA), dan Animation Creation Incubation (ACTION) Bootcamp yang dilaksanakan selama 1 minggu penuh di Bandung. Rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelaku animasi lokal dalam sisi teknis, bisnis, dan manajerial yang ditargetkan akan kembali diselenggarakan di tahun mendatang.
“Program animasi akan banyak digelar di tahun depan dengan konsep yang lebih baik. Kapasitas para peserta akan ditingkatkan. Dalam berbagai program ini, tentu para peserta akan diajarkan banyak hal untuk meningkatkan kapasitasnya,” tutupnya.(***)