KEFAMENANU: Festival Wonderful Indonesia (FWI) Crossborder Indonesia – Timor Leste, PLBN Napan, Kab Timor Tengah Utara (TTU) yang digelar 31 Oktober dan 1 November 2019 berlangsung sukses. Masyarakat yang tinggal di perbatasan berbondong-bondong datang ke lokasi acara. Mereka tampak terhibur dengan panggung musik yang mengalun sepanjang hari. Terlebih dihari kedua, Jumat (1/11) masyarakat yang datang bertambah banyak berkenaan dengan hari pasar.
Pagi hari, Jumat (1/11), warga pun diajak bersenam zumba ria di area acara. Di sini tampak Kepala Dinas Pariwisata Budaya Kab Timor Tengah Utara Robertus Nahas ditemani perwakilan Kemenparekraf, Herbin Saragih ikut berzumba ria bersama masyarakat. “Kami berterima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memfasilitasi acara ini. Bagi warga kami diperbatasan, mereka memang haus hiburan dan tentu acara ini disambut baik,” kata Robertus.
Di atas panggung, usai berzumba ria, grup band lokal Ilumia langsung menggebrak dengan musik-musik khas Timor, reggea dan dangdut. Warga pun ikut bergoyang seirama dengan alunan musik. Semua tampak senang dan bahagia dengan hiburan yang disajikan dalam festival ini.
Keceriaan tak hanya dirasakan warga Napan, Kefamenanu, warga Oecusse, Timor Leste juga ikut merasakan kegembiraan bersama. Ini juga yang diakui Paulo Kait, warga Oecusse yang datang bersama dua orang kawannya dengan menumpang mobil bak terbuka. “Kami memang sengaja datang untuk mencari keramaian. Di tempat kami sepi jadi kalau ada hiburan kami datang. Biasalah anak muda,” kata Paulo.
Paulo mengaku belum memiliki pekerjaan tetap dan datang selain bersenang-senang juga untuk menjajakan dagangannya di hari pasar di perbatasan. “Saya datang bersama teman mencari hiburan di sini sekaligus iseng jualan kerajinan gelang, kalung dan tas-tas kecil buat anak muda,” kata Paulo.
Di perbatasan Indonesia – Timor Leste di Napan, Kefamenanu berlaku tiga mata uang saat transaksi hari pasar, Jumat (1/11). Yakni dolar AS, Rupiah dan Centavos, mata uang Timor Leste yang bernilai dibawah satu dolar AS.
Hausnya masyarakat Oecusse akan hiburan juga diakui Pejabat Kantor Pengubung KBRI Dilli di Oecusse, Marya Onny Silaban. “Ya acara ini cukup menghibur warga perbatasan yang sehari-hari jauh dari hiruk pikuknya keramaian kota,” kata Marya.
Secara terpisah, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, panggung musik Crossborder selain menjadi hiburan juga menjadi media berekspresi masyarakat setempat.
“Panggung musik Crossborder sangat positif. Semua bentuk kreativitas dari para milenial bisa ditampilkan di sana. Mereka mendapatkan ruang berekspresi yang besar. Hal tersebut tentu sangat menginspirasi. Berharap muncul banyak kreativitas dari Kefamenanu hingga bagus untuk pariwisata,” terang Rizki.