Jakarta – Kementerian Pariwisata menggelar Sales Mission Diving di Prive, Clarke Quay, Singapura, Rabu (4/9). Kegiatan diikuti sejumlah peserta, antara lain dari Dive Operator, Dive Resort dan Dive Agent. Mereka berasal dari Kepulauan Riau, Banten, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara, dan Papua Barat.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, Sales Mission Diving dikemas dalam kegiatan Table Top atau Pameran B to B. Mencakup pelayanan informasi pariwisata, jamuan makan & performance, serta lucky draw & gimmick. Dalam kegiatan ini, Kemenpar juga memfasilitasi 18 sellers yang menjual paket adventure asal NTB. Mereka dipertemukan dengan 30-40 buyers di Singapura.
Adapun tujuan kegiatan ini, antara lain untuk mempromosikan pariwisata diving Indonesia dan mengenali potensi kerjasama industri pariwisata antar negara. Khususnya dalam upaya mendukung pengembangan industri diving di Tanah Air.
“Melalui kegiatan ini, kita juga berupaya mempertemukan industri pariwisata Diving Indonesia dengan Dive Operator, Dive Shop, Dive Resort, Dive Community, Dive Club, di Singapura. Tentunya dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Terutama pada minat khusus diving,” ujarnya.
Menurut Rizki, Singapura merupakan salah satu fokus pasar wisatawan mancanegara, khususnya ASEAN ke Indonesia. Dimana, total kunjungan sepanjang tahun 2018 sebanyak 1.750.913 wisman. Dengan pertumbuhan 16% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.512.813 wisman.
“Tahun 2019, Kemenpar menargetkan wisman Singapura sebesar 2,120 juta kunjungan, dari total target 20 juta kunjungan dari seluruh pasar mancanegara,” ungkapnya, diamini Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.
Selain menjadi hub internasional, Singapura menjadi salah satu pasar prioritas Indonesia. Sebab, lokasinya sangat dekat dan memiliki beberapa titik crossborder dengan Indonesia. Yaitu Batam dan Bintan. Minimnya atraksi wisata di Singapura juga menjadi potensi untuk mempromosikan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang sangat beragam.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, saat ini Kemenpar sedang fokus pada pengembangan Destinasi Super Prioritas (DSP). Yaitu Mandalika, Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, dan Likupang. Dimana, Labuan Bajo dan Likupang merupakan wisata diving yang terkenal keindahan alam bawah lautnya.
“Indonesia juga memiliki kawasan Raja Ampat yang menjadi salah satu dari 10 objek wisata under water terbaik di dunia. Bersama dengan spot terbaik dunia lainnya, seperti Pulau Komodo, Derawan, Togean, Wakatobi, Gili Air, dan Bunaken,” bebernya.
Dikatakan Menpar Arief, Indonesia memiliki lebih dari 100 destinasi petualangan. Ini berpeluang menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata diving kelas dunia. Dari catatan Kemenpar, tahun 2018 Indonesia dikunjungi sekitar 120.000 wisatawan minat khusus diving dari seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 90% berasal dari China.
Selain itu, Dive Magazine juga pernah memberikan penghargaan kepada Indonesia sebagai destinasi wisata diving terbaik di dunia. Dari 10 resort dan spa yang diberi penghargaan, 4 diantaranya berasal dari Sulawesi Utara. Yaitu Siladen Resort and Spa Indonesia (urutan pertama), Bunaken Oasis Resortand Spa (urutan kedua), Lembeh Resort Indonesia (urutan keempat), dan Nad Lembeh Indonesia (urutan ketujuh).
“Penghargaan itu menunjukkan bahwa destinasi wisata diving di Indonesia merupakan destinasi yang telah diakui oleh dunia,” tandasnya.(****)