JAKARTA-Setelah kesuksesan ajang dunia MotoGP, Indonesia akan kembali menghadapi event yang tak kalah besar. Adalah G20, organisasi yang beranggotakan 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang akan dihelat di tanah air.
“Kita harus manfaatkan benar ajang ini,” kata Taufan Rahmadi, pemerhati pariwisata Indonesia.
Aneka kegiatan G20 jelas akan membetot perhatian dunia. Seperti halnya MotoGP, berbagai media internasional akan meliputnya. “Dan jangan salah, ini para kepala negara 20 ekonomi terkuat di dunia akan hadir,” katanya.
Serangkaian pertemuan akan dihelat di sejumlah lokasi semisal NTB, NTT, dan Bali sebagai episentrum. “Kalau MotoGP kita bicara sport tourism, termasuk keindahan Lombok, di G20 kita bicara kemampuan Indonesia mengorganisir gawe dunia,” ujar pria berkaca mata itu.
Ini adalah soal MICE berskala dunia. Jika Indonesia mampu menunjukkan diri sebagai tuan rumah yang baik, jelas kepercayaan dunia pada kita akan terus tumbuh. “Bayangkan, pemimpin besar semisal Joe Biden hingga Xi Jinping akan datang, bahkan kabar terbaru Vladimir Putin juga berencana hadir,” ucapnya.
“Saat pandemi kita mampu menggelar MotoGP, dan kini saat pandemi kita juga harus mampu mengadakan pertemuan terbesar dunia tahun ini,” katanya.
Dia mengingatkan seluruh panitia yang terlibat, harus maksimal mempersiapkan segala sesuatunya. Nama baik bangsa dipertaruhkan. “Satu saja ada yang salah, ambyar kita,” wanti-wanti Taufan.
Sejak kini, panitia harus terus melakukan gladi. Mencari kekurangan untuk terus diperbaiki. Sehingga saat rangkaian kegiatan puncak, semua terlaksana sempurna. “Sekali lagi, ini adalah momentum yang harus dimaksimalkan,” ujarnya.
Bagi Taufan, kesuksesan G20 adalah jalan bagi Indonesia untuk menjadi pusat pariwisata dunia. Pemilihan Bali sebagai pusat kegiatan adalah poin plus. “Jadi delegasi para petinggi dunia ini, habis rapat pasti akan berkeliling juga,” katanya mengingatkan.
Kesan baik tentu harus diberikan. Tak boleh ada nila setitik dalam agenda ini. “Ini agenda besar, super besar,” imbuhnya.
Khusus terkait pengembangan pariwisata, dia memberikan saran konkret pada G20. Yang pertama terkait sustainable tourism.
Ini menyangkut prinsip-prinsip pariwisata yang berkembang. Pariwisata tidak kehilangan keasliannya, tidak pudar otentikasinya. “Dan pada saat bersamaan tetap memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dunia,” ujarnya.
Poin nomor dua, G20 juga harus memikirkan tourism mitigation. Ini Terkait sebuah SOP yang harus dipikirkan bersama dalam tatanan global.
Ketika pariwisata atertimpa krisis global. Tourism mitigation ini berbicara tahapan sebuah destinasi memulihkan pariwisatanya. Baik Terkait bencana alam, pandemi, hingga krisis politik. “Didalamnya kita inisiasi world tourism fund. Sebuah bentuk solidaritas pariwisata global yang saling membantu ketika sebuah negara mengalami krisis pariwisata,” ujarnya melempar ide.
Ketiga, terkait world tourism big data. Ini adalah ide untuk menyatukan data pariwisata secara menyeluruh, entitas bisnis pariwisata global. Sehingga saat dibutuhkan analisa terkait pariwisata bisa didapatkan data akurat real time sebagai pijakan mengambil keputusan global. “Ketika ini menjadi sebuah big data bisa memudahkan analisa insentif hingga kunjungan wisatawan seluruh dunia,” imbuhnya.
“Ingat, berbicara ekonomi juga berbicara pariwisata sebagai salah satu bagian besar didalamnya. Dan G20 perlu mengambil peran lebih dalam,” pungkasnya. (*)