JAKARTA – Kemegahan masa silam Kesultanan Tidore bisa dinikmat lagi melalui Festival Tidore 2020. Nilai sejarahnya bisa dinikmati melalui beragam tradisi besar yang ditampilkan. Event ini direncanakan 7-12 April 2020 dengan venue Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Wisatawan bisa menikmatinya melalui beragam tradisi yang ditampilkan.
Mengacu penyelenggaraan event dari tahun ke tahun, Festival Tidore selalu menampilkan tiga konten budaya. Konten utama tersebut, diantaranya Parade Juanga, Penjelajahan Paji, dan Prosesi Kesultanan Tidore. Untuk mengawali Festival Tidore biasanya digelar ritual Rora Ake Dango. Dihadiri enam Suwohi dan perangkat adat Tidore, ritual ini merupakan mengambil, mengantarkan, dan mendoakan air.
“Beragam potret kebesaran Kesultanan Tidore disajikan menarik dalam Festival Tidore 2020. Ada banyak nilai luar biasa di dalamnya. Kami ingin generasi saat ini memahami sehingga tetap lestari. Dan, budaya ini menjadi konten yang selalu dinanti dalam setiap penyelenggaraan event,” ungkap Wali Kota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim.
Memiliki warna budaya kental, Parade Juanga menampilkan konsep pelayaran masyarakat Tidore. Ada beragam kapal tradisional dengan warna warni unik yang ditampilkan dalam formasi perang. Armada tersebut dipimpin langsung oleh Sultan Tidore. Sultan didampingi keluarganya dan dijaga oleh pasukan khusus kesultanan.
Saat penyelenggaraan Parade Juanga, ratusan Kora-Kora berlayar mengelilingi pulau. Kora-Kora adalah kapal perang tradisional Kesultanan Tidore juga Ternate. Kapal ini biasanya dibuat dari kayu Gufasa atau Marfala. Keunikannya, pada sisi depan kapal ada hiasan kepala naga dan ekornya di belakangnya. Kora-Kora juga dilengkap cadik pada dua sisinya. Hal ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan.
“Kami memiliki budaya bahari yang kuat. Armada perang Tidore di masa silam sangat disegani. Kora-Kora adalah salah satu kekayaan dan warisan yang tinggi nilainya. Ada nilai peradaban besar dan itu masih bisa dinikmati hingga saat ini,” jelas Ali.
Untuk Penjelajahan Paji menjadi napak tilas perjalanan Sang Sultan di masa lampau. Waktu itu Sultan Tidore menempuh rute khusus untuk memadamkan pemberontakan yang muncul di wilayahnya. Dan, rute tersebut masih bisa ditelusuri melalui Festival Tidore 2020. Adapun Prosesi Kesultanan Tidore jadi ritual yang sakral.
Saat berada di Kesultanan Tidore, wisatawan juga bisa menikmati Museum Maritim Dunia. Ada banyak artefak yang dipajang di sini. Museum tersebut pun menegaskan sejarah panjang Tidore di dalam dunia maritim. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelengggara Kegiatan (Event) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Rizki Handayani menerangkan, Tidore memiliki sejarah hebat.
“Sejarah Tidore, termasuk Ternate, ini memang luar biasa. Pada masa silam, Tidore adalah kesultanan yang besar. Wilayahnya luas dengan banyak pulau. Hal tersebut tentu mengindikasikan mereka sangat kuat di laut. Dan, kebesaran sejarah itu bisa dinikmati melalui Festival Tidore 2020. Masih ada waktu karena eventnya digelar April nanti,” terang Rizki.
Mengulik lebih dalam sejarahnya, Kesultanan Tidore berdiri tahun 1081. Wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore mencakup Pulau Halmahera Selatan, Buru, Seram, dan kawasan Papua Barat. Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya hingga jadi incaran Portugis, Spanyol, dan Belanda. Dengan keperkasaan para tentaranya, Tidore tetap menjadi wilayah merdeka hingga akhir abad ke-18.
“Festival Tidore 2020 harus menjadi referensi liburan. Selain sejarah dan budayanya, wisatawan juga bisa menikmati keindahan alamnya. Semuanya masih alami dan terjaga keasliannya. Pokoknya wisatawan akan nyaman karena aksesibilitas dan amenitasnya bagus di sana. Wisatawan juga bisa menamui aneka kuliner khasnya,” tutup Rizki.(****)