MOROTAI – Pengembangan kawasan wisata Morotai mulai intensif dilakukan. Kawasan ini dinilai memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Untuk itu, publik diajak berinvestasi di Morotai. Khususnya investasi properti. Untuk mendukung pengembangan Morotai, program Bisnis Terbaik Properti (BTP) Abad 21 diluncurkan.
Salah satu pihak yang sedang berinvestasi di Morotai adalah PT Jababeka Morotai. Perusahaan ini sedang membangun D’Aloha Loft hotel. Lokasinya strategis, di depan StreetMall. D’Aloha Loft ditargetkan beroperasi 1 Januari 2020.
Presiden Direktur PT Jababeka Morotai Basuri Tjahaja Purnama mengatakan, publik bisa berpartisipasi aktif melalui program BTP Abad 21.
“Kami memberikan kesempatan pada publik untuk berinvestasi properti. Investasi ini sangat aman dan berpihak kepada investor. Sebab, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan mereka. Morotai punya masa depan cerah sebagai destinasi wisata. Apalagi, destinasi ini masuk kawasan ekonomi khusus,” kata Basuri, Kamis (17/10) malam.
Program BTP Abad 21 membuka penawaran nilai investasi Rp180 Juta. Durasi masa kontrak kerjasamanya selama 10 tahun. Konsep bagi hasil keuntungannya, 85% jadi milik member. Sedangkan 15% menjadi hak pengembang atau Jababeka Morotai. Basuri menambahkan, program BTP Abad 21 sangat berpihak kepada investor.
“Investor perorangan sangat terbuka. Kami ingin membangun pariwisata khususnya di Morotai bersama masyarakat. Harga yang ditawarkan hanya Rp180 Juta. Nanti akan ada surat perjanjian kerjasama, lalu sertifikat dipegang oleh investor atau member. Yang jelas ada banyak value yang kami tawarkan,” lanjut Basuri lagi.
Sebagai gambaran, investor sudah mendapat value kompetitif dari cash investasi Rp180 Juta. Bila nilai tersebut dibayarkan cash, investor mendapatkan garansi 10%. Artinya, nilai investasi yang disetorkan hanya Rp162 Juta. Ada juga tambahan keuntungan 10% lagi. Nilai investasi yang dialirkannya pun hanya Rp152 Juta saja. Meski demikian, pajak harga jual tetap diperhitungkan.
Setelah terikat kontrak kerjasama, investor juga mendapatkan voucher 24 malam selama setahun. Kuota tersebut bisa dijual investor atau member ke pasar. Nilai psikologis dari voucher tersebut sekitar Rp12 Juta. Dengan kerjasama selama 10 tahun, artinya member total punya voucher menginap 240 malam. Pada akhir kerjasama, pegembang akan mengembalikan investasi Rp180 Juta penuh kepada member.
“Ada banyak keuntungan, apalagi setiap tahun ada undian mobil. Voucher akan diakumulasikan atau tidak hangus. Pada akhir kerjasama, nilai investasi awal akan dikembalikan semuanya. Selama masa kontrak kerjasama, investor juga bisa menjual kepada orang lain termasuk pihak asing. Pasti nanti ada hitungannya, termasuk pengembalian Rp180 Juta dan lainnya,” tegas Basuri.
Selain lokal, investor asing perorangan juga bisa bergabung di sini. Adapun persyaratan tambahannya seperti, Kitas atau Kitap untuk sekeluarga. Dan, income maksimal hingga Rp1 Miliar berpotensi diraih bagi member aktif. Yaitu, investor yang aktif memasarkan properti miliknya. Bagi member pasif, potensi income-nya sekitar 14% hingga 15% dari nilai investasi. Asumsinya, okupansi hotel hanya 40%.
“Menjadi member pasif pun masih kompetitif aliran income-nya. Bagaimana kalau hotel ini rugi? Kami bebaskan investor dari berbagai beban terkait kerugian hotel. Sebab, kami yang akan tanggung semua bentuk kerugiannya. Tapi, kalau untung akan dibagi sesuai dengan skema yang berlaku. Yang jelas, Ini skema Profit Sharing, bukan Loss Sharing,” ujar Basuri.
Sementara Staff Ahli Menteri Pariwisata untuk Morotai Ari Surhendro mengatakan, Morotai didukung dengan banyak hal. Dari sejarah hingga keindahan alamnya.
“Morotai pernah menggetarkan dunia dengan Perang Dunia II-nya. Morotai juga memiliki underwater yang indah. Semua terjaga. Wreck, shark dan karang yang hidup dan tidak rusak. Morotai yang berada di bibir Laut Pasifik, punya potensi menjadi pusat kegiatan Indonesia di wilayah Asia Pasifik. Dan strategis, dapat dijangkau dari luar negeri hanya dalam 1-5 jam, baik dari Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Bandara juga sedang ditingkatkan menjadi Bandara Internasional. Ini akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan ke Morotai, meningkatkan jumlah hunian, bisnis properti akan marak,” papar Ari Surhendro.
Dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan pariwisata Indonesia melonjak sangat signifikan. Pada 2018, pergerakan wisman mencapai 15,81 Juta orang. Pergerakan itu naik karena pada 2017 arus wisman hanya mencapai 14,04 Juta orang. Secara keseluruhan, arus wisman naik 67,6% pada 2014/2018. Padahal, pada periode 2009/2013 pergerakan wisman hanya naik 39,2%.
Impact secara ekonomi, aliran devisa dari pariwisata sudah berada pada angka USD19,29 Miliar. Angka ini mendekati target devisa USD20 Miliar pada 2019. Lonjakan devisa besar juga diikuti oleh tingginya rata-rata spending wisman di level USD1.220. Padahal, rata-rata kemampuan spending wisman naik USD39,2 dari tahun 2016.
Lebih luas, pariwisata mampu menampung tenaga kerja hingga 12,8 Juta orang pada 2018. Untuk 2014, daya tampungnya 10,1 Juta orang tenaga kerja.
“Sektor pariwisata menjadi tempat berinvestasi paling kompetitif. Sektor ini terus tumbuh dan memberikan banyak value positif secara ekonomi. Lebih lanjut, posisi Morotai sangat menjanjikan. Potensi alam dan budayanya luar biasa. Dukungan infrastrukturnya sangat bagus. Morotai akan terus jadi destinasi utama wisatawan,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.(*)