Segera Jadi UGG, Danau Toba Sinambungkan Destinasi dan Budaya

oleh -1,670 views

JAKARTA – Sebuah keputusan tepat menetapkan Danau Toba menjadi Destinasi Pariwisata Super Prioritas. Pasalnya, danau vulkanik terbesar di dunia ini bakal menjadi salah satu UNESCO Global Geopark (UGG).

Keindahan alam serta bentang alam yang spektakuler mengelilingi danau ini. Kaldera yang terbantuk dari tiga kali letusan super volcano terakhir 74.000 tahun yang lalu yang merupakan strategic positioning Danau Toba dibanding destinasi lainnya.

Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) Arie Prasetyo menjelaskan, Geopark Kaldera Toba tidak dapat dipungkiri merupakan potensi utama pengembangan atraksi di destinasi ini.

“Untuk memperkuat positioning tersebut, Geopark Kaldera Toba telah disetujui untuk menjadi salah satu UNESCO Global Geopark (UGG). Akan diresmikan April tahun depan di Paris” ujar Arie, Rabu (9/10).

Saat ditetapkan jadi UGG nanti, akan semakin mantap jika didukung oleh kelestarian budaya dan kearifan lokal. Danau Toba yang memiliki keragaman 4 etnis suku batak (Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, dan Dairi Pakpak), tidak hanya menawarkan keindahan bentang alam, tetapi juga keragaman budaya.

“Sebut saja tenun Ulos yang memiliki makna yang tinggi dan nilai kultur yang menjadikan Ulos sebagai identitas dari masyarakat suku batak,” ujar Arie.

Ulos yang sehari-hari banyak digunakan masyarakat khususnya di kawasan sekitar Danau Toba, juga merupakan kain yang memiliki makna mendalam bagi acara-acara adat bagi masyarakat Batak. Mulai dari sejak mengandung, melahirkan, kebahagiaan, kesedihan, hingga meninggal dunia.

Selain itu ada Arsik, yang juga merupakan kuliner yang tidak asing lagi bagi penggemar kuliner nusantara. Dan masih banyak hal lain yang ada di kawasan Danau Toba. Seperti ayam napinadar, itak gurgur, naniura, natinombur, dali ni horbo dan banyak lagi.

“Semua merupakan makanan yang kerap dijumpai menghiasi upacara-upacara adat khas batak,” tambah Arie.

BOPDT juga berkomitmen dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal yang telah ada dan dipelihara secara turun temurun.

Terkait amenitas, juga disiapkan Toba Caldera Resort. Dalam mempersiapkan pembangunan di kawasan Toba Caldera Resort yang akan segera di launching, BOPDT terlebih dahulu bersosialisasi dengan masyarakat untuk mendengarkan masukan-masukan yang ada.

Hal ini yang akhirnya mendasari diselenggarakannya acara pesta adat Napuran Tiar (sekapur sirih). Pesta ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada masyarakat atas sebuah pembangunan besar yang akan diselenggarakan di Kawasan Danau Toba.

“Selain untuk menghormati tatanan budaya dan adat istiadat yang telah ada, kami juga ingin melestarikan acara-acara adat seperti ini. Budaya Batak sangat luar biasa dan memiliki filosofi yang sangat dalam” jelas Arie.

Pesta Adat Napuran Tiar digelar oleh BOPDT tanggal 9 Oktober 2019 di The Kaldera, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir. Acara ini dihadiri oleh tidak kurang dari 500 orang yang terdiri dari masyarakat termasuk tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat di sekitar kawasan pengembangan Lahan Zona Otorita.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memastikan pembangunan fasilitas pendukung pariwisata kawasan sekitar Danau Toba, dari unsur atraksi, aksesibilitas, dan amenitas berjalan sesuai yang direncanakan. Dirinya sangat mengapresiasi pengembangan amenitas di sekitar danau vulkanik terbesar itu.

“Saya menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi untuk melakukan percepatan di destinasi super prioritas, dan salah satunya Danau Toba. Saya harus pastikan semuanya running on the track,” kata Menpar Arief Yahya.

Nantinya, sangat diharapkan Danau Toba bisa lebih menjual dengan memakai cara atraksi, amenitas dan juga aksesibilitas. Dengan begitu Danau Toba akan lebih dikenal di mancanegara dan juga tidak kalah dengan destinasi populer Indonesia lainnya, seperti Candi Borobudur dan juga Bali yang telah mendunia.

“Harus ada atraksinya. Kalau kita ingin menjadikan Danau Toba destinasi utama, maka 3A (atraksi, amenitas, dan aksesbilitas) harus kelas dunia. Yang ada saat ini baik atraksi budaya, man made, alam semua bagus, belum mendunia,” pungkas mantan Dirut PT Telkom ini.(***)

No More Posts Available.

No more pages to load.