Soetta Masuk Top 10 Bandara Low-Cost Dunia

oleh -1,398 views

JAKARTA – Bandara Soekarno Hatta (Soetta) terus memantapkan posisi di level global. Buktinya, Soetta masuk Top 10 bandara low-cost dunia versi OAG Megahub Index 2018. Soetta pun melewati nama-nama beken bandara di Eropa.

OAG Megahub Index 2019 telah merilis 25 bandara teratas dunia. Selain low-cost, ada juga kategori Top 50 International dan Top 25 US. Untuk kategori low-cost, Bandara Soetta berada diperingkat 8 dunia. Posisi tersebut menegaskan dominasi Asia sebagai pemilik bandara berbiaya rendah. Opsi low-cost itu didasarkan pada operator berbiaya rendah.

Dalam Top 10 dunia, 7 bandara berasal dari Asia. Selain Indonesia, ada juga Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan India. Tiga slot lain diisi oleh Amerika Serikat (AS) Meksiko, juga Spanyol.

Direktur PT Angkasa Pura II (AP II) M Awaluddin mengatakan, berada di jajaran Top 10 kategori low-cost semakin menaikan posisi bandara Indonesia.

“OAG Megahub Index sangat prestisius. Posisi bandara Indonesia naik. Hal itu menggambarkan bandara di Indonesia sangat ramah bagi seluruh maskapai. Termasuk, diantaranya maskapai asing. Silahkan gunakan Indonesia sebagai rute baru. Ada banyak destinasi menarik dan eksotis di Indonesia,” tutur pria yang biasa disapa Awal, Sabtu (28/9) malam.

Bandara Soetta memiliki indeks konektivitas 78. Terpaut 3 point dari Thailand yang berada tepat di atasnya, lalu surplus 1 angka dari Meksiko. Dengan point 78, Bandara Soetta didominasi maskapai Garuda Indonesia. Share of flight at hub-nya sekitar 26%.

Ditambahkannya, rute Indonesia memiliki potensi bisnis yang besar.

“Selain infrastrukturnya, rute menuju Indonesia sangat bagus. Menjanjikan dari aspek bisnis. Pergerakan wisatawannya, menuju dan dari Indonesia, kompetitif. Maskapai memiliki banyak opsi terkait destinasi. Selain Bali, ada destinasi prioritas yang terus dikembangkan. Daerah lain juga memiliki keragaman alam dan budayanya yang khas,” katanya.

Selain kategori low-cost, Indonesia juga menempati posisi Top 50 International. Untuk kategori tersebut, Bandara Soetta berada di strip 16 dengan indeks konektivitas 191. Point sama dengan Meksiko yang ada di atasnya. Selain Indonesia, peringkat 20 juga dihuni 3 negara ASEAN lainnya. Sebut saja, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Sama seperti low-cost, slot maskapai dominan diperlihatkan Garuda Indonesia. Share of flight hub-nya tetap 26%.

“Indonesia bisa bersaing dengan bandara lainnya di dunia. Upgrade terhadap bandara terus dilakukan. Bandara Soetta berkembang dengan pesat. Fasilitas pendukungnya luar biasa. Siapapun telah dibuat semakin nyaman di sana,” terangnya lagi.

Menempat posisi elit dalam OAG Megahub Index 2019 tentu menjadi catatan positif. Sebab, indeks itu menjadi komparasi bagi bandara pada banyak negara. Indeks tersebut juga mengukur efektivitas hub internasional terkemuka didunia. Dan, OAG Megahub jadi jembatan bagi wisatawan menyangkut data konektivitas.

Awaluddin mengatakan, OAG Megahub Index memiliki akurasi data yang tinggi.

“OAG Megahub Index memiliki akurasi data yang tinggi. Data ini tentu sangat penting bagi wisatawan. Khususnya, untuk memudahkan mobilitas. Mereka juga mendapatkan kejelasan beragam informasi. Dari situ, perjalanan menjadi semakin nyaman,” katanya.

Menyajikan informasi akurat, beragam pengkuran dilakukan OAG. Pergerakan seluruh inbound dan outbound selama 6 jam dikalkulasikan. Data itu diambil dari 200 bandara internasional terbesar di dunia. Koneksi internasionalnya tunggal menurut bandara yang dipilih. Maximum circuity-nya sekitar 150, tapi minimum connection time bervariasi menurut bandara masing-masing. Maksimum koneksinya 6 jam.

“Diperlukan banyak parameter untuk mendapatkan indeks konektivitas. Untuk mendapat point besar, maka diperlukan kualitas lebih. Bandara Soetta akan terus meng-upgrade berbagai fasilitas pendukung. Dengan begitu, wisatawan akan semakin nyaman dan percaya bahwa Indonesia destinasi terbaik dunia,” tutupnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan ucapan selamat untuk PT AP II sebagai pengelola Bandara Soekarno Hatta. Menurutnya, kehadiran LCCT sangat penting buat Indonesia.

“Sektor pariwisata Indonesia sedang berkembang. Lajunya sangat pesat. Oleh karena itu, kita membutuhkan aksesibilitas yang besar. Karena, kemajuan sebuah destinasi juga ditentukan akses,” paparnya.

Untuk bisa memaksimalkan akses udara, mau tidak mau Indonesia membutuhkan terminal berbiaya murah atau LCCT.

“LCCT akan bersahabat dengan maskapai-maskapai berbiaya murah. Karena tidak akan memberatkan maskapai secara operasional. Dampaknya, wisatawan yang mereka bawa akan semakin bertambah. Strategi ini sudah banyak diterapkan negara lain. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada AP II yang selalu mendukung pariwisata. Termasuk menghadirkan LCCT,” tutur pria asal Banyuwangi itu. (***)

No More Posts Available.

No more pages to load.