KAHYANGAN.NET– Upaya merealisasikan target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara dibahas Kementerian Pariwisata. Caranya, dengan menggelar ‘Forum Komunikasi Staf Ahli untuk Wonderful Indonesia Sinergi Lintas Kementerian/Lembaga’. Kegiatan berlangsung di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (15/11).
Dalam forum ini, dipaparkan juga pencapaian Kemenpar dalam memenuhi target kunjungan 17 juta wisman di 2018.
Staf Ahli Bidang Multikultural Kemenpar, Esthy Reko Astuti menjelaskan, Kemenpar akan menerapkan 3 jurus pamungkas. Strategi pertama, disebut dengan istilah ordinary efforts. Di sinilah aktivitas branding, advertising, dan selling dilakukan.
“Strategi ini akan terus dilaksanakan seiring semakin berkembangnya sejumlah destinasi di Tanah Air,” ujar Esthy.
Strategi kedua, adalah extra ordinary efforts. Strategi ini mencakup pemberian incentive access, hotdeals, dan Competing Destination Model (CDM). Lalu yang ketiga strategi super extra ordinary efforts. Dalam hal ini mengembangkan Border Tourism, Tourism Hub, serta membangun Low Cost Terminal (LCT).
“Border tourism itu seksi banget, setiap kami bikin event di Atambua pasti meledak. Peminatnya sangat banyak. Kalau untuk Tourism Hub, kita juga sedang berdayakan. Coba lihat Changi Airpot yang setiap tahunnya didatangi 60 juta passenger. Dan untuk LCT, kita sudah menginisiasi pembagunannya, dan pihak Angkasa Pura II sedang menggarap. Mudah-mudahan tahun depan sudah ada kejelasan,” kata Esthy.
Selain itu, ada juga strategi menurunkan biaya konektivitas. Strategi ini sering disebut dengan nama hot deals, yaitu menurunkan biaya konektivitas saat pasar menurun. Banyak industri yang terkait dengan pariwisata ketika low season mengalami penurunan pendapatan, padahal biaya operasional mereka tetap harus berjalan. Hal inilah yang dimanfaatkan Kemenpar.
“Ada 22 ribu seat feri dari Singapura ke Kepulauan Riau, tapi saat low season paling hanya terisi 40 persennya. Kita mau 60 persennya dijual murah saat low itu,” terang Esthy.
Contoh paket yang tahun ini telah dijual ialah paket hot deals untuk wisman Singapura. Dengan Rp 580.000 per orang sudah termasuk feri, penginapan, dan golf di Bintan.
“Ini tidak akan rugi. Karena ketika kosong itu tetap harus menggaji pekerja (operational cost). Mending dijual dengan harga murah, daripada nol pemasukan,” terangnya.
Strategi lainnya juga diungkapkan Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata, Anang Sutono. Selain terus melakukan pengembangan destinasi, di tahun 2019 Kemenpar juga akan gencar memasarkan produk-produk wisata Indonesia di kancah internasional.
“Destinasi kita bagus tapi kurang dipasarkan. Sementara negara tetangga, selalu menjual pariwisata mereka dengan sangat antusias dengan anggaran yang sangat besar. Oleh karena itu, berdasarkan arahan bapak Menteri Arief Yahya, tahun ini strateginya kita modifikasi. Sekarang porsi untuk selling menjadi 50%, advertising 30%, dan branding jadi 20%,” tutur Anang Sutono.
Dia menambahkan, untuk strategi selling, Kemenpar telah melakukan cross seling atau misi penjualan langsung. Kemenpar memboyong industri, travel agent, tour operator, termasuk pemerintah daerah yang memiliki potensi besar untuk dijual.
“Jadi mereka kita bawa langsung untuk bertemu dengan travel agen dan industri di sejumlah negara ‘origin’ (negara yang menyumbangkan inbound terbesar). Misalnya China, Malaysia, Singapura, Australia, dan India. Kelima negara inilah yang pertumbuhan wisatawannya sangat bagus,” ungkapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, hasil yang luar biasa, tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa. Program andalan Go Digital Be The Best merupakan cara yang paling masuk akal untuk menggapai target 20 juta wisatawan mancanegara di 2019.
“Sebanyak 70 persen wisatawan asing mencari referensi wisata melalui teknologi online. Anak-anak muda sudah bertransformasi budaya, menuju digital lifestyle. Ketika the future customers berubah, kita juga harus mengikuti arah perubahan jika ingin memenangkan persaingan,” kata Menpar Arief Yahya.