ANAMBAS – Pelaksanaan Festival Padang Melang 2019, 17-20 Juli, dimanfaatkan untuk mengangkat potensi budaya Pulau Jemaja. Salah satunya Tari Gubang. Di Jemaja tarian ini tidak dilakukan sembarangan.
Dalam beraksi, penari Tari Gubang mengenakan topeng khas berbagai karakter.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri Buralimar mengungkapkan, Anambas banyak memiliki tradisi dan budaya unik yang khas.
“Ada banyak budaya otentik yang dimiliki Anambas. Semua kekayaan budaya tersebut ditampilkan dalam Festival Padang Melang ini. Seperti Tari Gubang. Tarian ini sangat terkenal dan menjadi salah satu kekayaan luar biasa di sana. Tariannya dilakukan dengan memakai topeng-topeng yang khas. Ada nuansa mistisnya,” ungkap Buralimar.
Tari Gubang biasanya digunakan sebagai ritual dan media penyembuhan. Tari ini hanya boleh dilakukan pada malam hari hingga sebelum terbit fajar. Secara garis besar, Tari Gubang terbagi 2. Ada Tari Mendu dan Gubang sendiri. Konsepnya kurang lebih sama. Sebab, sama-sama menggunakan topeng.
“Tari Gubang salah satu bentuk kekayaan Anambas. Tarian tersebut masih dilestarikan. Dipentaskan untuk event-event tertentu. Dengan keunikannya, Tari Gubang ditampilkan khusus di Festival Padang Melang. Pengunjung bisa menikmati keunikannya, mulai dari topeng dan gerakan yang ditampilkan,” terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Anambas Masykur.
Topeng Tari Gubang terbagi menjadi Lawa dan Pengka. Dalam perkembangannya, ikut ditampilkan juga Topeng Bangkong. Sifat yang ditampilkan mulai dari serius hingga karakter jenaka. Di panggung Festival Padang Melang 2019, Gubang dibawakan oleh sekitar 21 penari. Ada 2 kelompok topeng yang ditampilkan.
Penampilan Tari Gubang diawali dengan karakter topeng polos. Penari hanya menggunakan kain putih untuk menutup wajahnya, lalu mengenakan topi ala tuan tanah Belanda tempo dulu. Busananya jas rapi. Berikutnya, ada 16 penari dengan topeng wajah beragam. Ada topeng wajah seorang nenek, hingga karakter menyeramkan. Busananya bebas, bahkan beberapa mengenakan topi kerucut.
“Indonesia banyak memiliki tarian dengan nuansa mistis, termasuk Gubang ini. Kehadiran Tari Gubang ini semakin memperkaya warna budaya destinasi nusantara. Setiap daerah tentu memiliki kekhasannya masing-masing,” papar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.
Gerakan penari Gubang pun unik. Mereka bergerak melingkar sembari mengeluarkan bunyi-bunyian. Bunyi ini muncul dari kaleng biskuit yang dipukul. Ada juga kaleng yang diikatkan pada kaki penarinya sembari mengikuti ritme musiknya. Terbagi 3 sesi, gerakan dan ritme musik naik mendekati akhir tarian.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati mengatakan, ritme musik dan lagu semakin menguatkan nuansa magis.
“Musik pengiring tarian tentu selalu menjadi daya tarik lain. Dengan ritme dan nyanyiannya, nuansa mistis yang terbangun akan semakin kuat. Hal ini tentu akan semakin menarik. Silahkan datang lagi ke Anambas, lalu nikmatilah keunikan Tari Gubang tersebut,” kata Dessy.
Tari Gubang diiringi oleh 6 orang penabuh alat musik. Usia mereka sudah lanjut. Beberapa alat musik yang digunakan adalah gong, kendang panjang, dan kendang pendek.
Sepanjang penampilan, terdapat 18 lagu yang dinyanyikan. Beberapa diantaranya, Lagu Abang, Kintong, Teleman, Diding, dan Yakyun. Ada juga Ganjo, Ganje, Cak Cong, Tambo Deras, Tambo 1 hingga 3, juga Bulang.
“Festival Padang Melang selalu menawarkan kejutan. Tari Gubang tentu sangat unik dan menarik. Para wisatawan pasti mendapatkan experience baru saat berkunjung ke sana. Dengan kekuatan budayanya, Festival Padang Melang akan terus menampilkan sisi terbaik dari Anambas,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN.(****)