Jemput UNESCO Global Geopark, Hidupkan The Kaldera Danau Toba

oleh -5,980 views

TOBASA – Selama di The Kaldera Danau Toba, Menpar Arief Yahya juga meminta progress perkembangan UGG – UNESCO Global Geopark yang ditargetkan tahun 2019 ini masuk. Tidak ada pilihan lain, untuk menjadi destinasi kelas dunia, maka harus punya stampel yang dikeluarkan oleh lembaga dunia pula. “Pilihan buat Danau Toba adalah status UGG, agar levelnya naik dan diakui dunia,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.

Lalu bagaimana statusnya sampai tadi malam, 18 Juli 2019? Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem, Deputi Pengembangan Destinasi Kemenpar, Indra Ni Tua menjelaskan bahwa 3 surat Menteri Pariwisata ke UNESCO sudah diterima oleh UNESCO Headquarters Paris, Prancis. Yakni tanggal 19 Maret 2019, 29 Mei 2019, dan terakhir 27 Juni 2019, tiga pekan silam.

Semua sudah dilampiri Final Report, Executive Summary Masterplan GNKT, Surat GNKT kepada Menteri Pariwisata, dan surat-surat sebelumnya. “Dubes RI untuk UNESCO, Pak Surya Rosa di Paris terus memonitor. Kemarin beliau bertemu Margareth Patzak yang menangani dokumen kita, kata oke, dan sudah mengirim ke cloud council yang akan mengevaluasinya,” kata Indra Ni Tua.
“Insyaallah, Geopark Kaldera Toba bisa ditetapkan sebagai UGG di bulan September 2019 ini,” harap Hiramsyah S Thaib, Ketua Tim Percepatan 10 Bali Baru yang juga ikut saat Menpar Arief Yahya mempresentasikan kembali keseriusan pemerintah Presiden Jokowi untuk membangun Geopark Danau Toba.

Kepada media di The Kaldera Danau Toba, Menteri Arief Yahya menjelaskan bahwa untuk menjadi destinasi kelas dunia, maka 3A-nya juga harus standar internasional. “Khusus Atraksi, Danau Toba harus berkelas dunia. Potensinya sangat kuat, nature nya kuat, culturenya ada, event buatan juga sangat kuat. Komitmen Pak Presiden Jokowi untuk pariwisata juga sangat serius, dan sudah menjadikan Danau Toba sebagai destinasi super prioritas,” ungkapnya.

Selain Danau Toba yang masuk super prioritas sekarang ada 5, yakni Danau Toba Sumatera Utara, Borobudur Joglosemar, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo Komodo NTT dan KEK Likupang Minahasa Utara (Minut) Sulawesi Utara. “Kalau atraksinya sudah kelas dunia, diakui dunia, maka mudah untuk mempromosikan di pasar-pasar utamanya,” papar Arief Yahya.

Sambil menunggu status UNESCO Global Geopark, Menpar Arief Yahya minta agar The Kaldera Danau Toba ini segera running. Ajak pihak ketiga untuk mengelola secara professional dan memang sudah punya pengalaman bergerak di sana. Kalau kawasan ini mulai ramai dikunjungi orang, instagenic, banyak spot selfie, seperti komunitas Genpi membuat Destinasi Digital selama 2 tahun terakhir, maka bisnis pariwisata akan hidup.

Setelah itu investor akan semakin tertarik mengembangkan usahanya di The Kaldera juga. “Kalau kita bisa membayangkannya, maka kita pasti bisa mewujudkannya. Begitupun prinsip dalam membangun ekosistem pariwisata di sini,” tuturnya.

Bagaimana dengan Akses, Bandara Silangit sudah internasional, dan sedang diperbesar terminalnya. Panjang runway juga sudah dibangun untuk pesawat berbadan menengah. Tol Kualanamu-Tebing Tinggi sudah beroperasi. Tebing TInggi – Parapat diperlebar, ditambah inner ring road dan outer ring road. Empat pasang dermaga di Samosir dan satu lagi di Pulau Sumatera juga sudah. “Dari dua kapal yang dijanjikan Pak Jokowi, satu sudah! Tinggal satu lagi,” ungkap Arief Yahya.

Di antara 4 Destinasi Super Prioritas lain, Danau Toba tergolong paling cepat dan paling maju inftrastruktur aksesnya. “Dulu, dulu Silangit itu nol, dan saya yang ngotot untuk dibangun. Dulu dicibir, siapa yang mau terbang ke sana? Sekarang anda bisa cek sendiri 450 ribu orang turun via Silangit, Siborong Borong,” kata Arief Yahya.

Kalau wisnus bisa terus bertumbuh pesat, Arief Yahya yakin international visitors juga akan bertumbuh besar. Sumut dengan ikon Danau Toba itu targetnya 1 juta wisman. Apakah itu mimpi? “Tidak! Itu bisa kita raih, asal infrastruktur aksesnya memadahi. Anda bisa bayangkan, 1 juta orang itu jika spendingnya USD 1000 saja, sudah aka nada perputaran uang senilai Rp 14 Triliun. Maka masyarakat dan industry akan makmur di sini,” jelas dia.

Kalau akses dan atraksi sudah kelas dunia dan hebat, maka para pelaku industry Pariwisata akan hidup dan membuat amenitas. Dalam hal ini paling dominan di akomodasi. “Saya yakin bisa!” jelasnya.(*)