READSI Kementan Way Out Terbaik Petani Menangkan Rivalitas Industri 4.0

oleh -389 views

SANGGAU – Program Rural Empowerment Agricultural and Development Scaling Up Initiative (READSI) Kementan siap menangkan petani dalam persaingan industri 4.0. Sebab, infrastruktur teknisnya sudah siap. Tangan dingin READSI Kementan juga mampu menyiapkan produk pertanian berkualitas dan berstandar tinggi siap jual secara online.

Upaya pembangunan sistem pertanian berkualitas terus dilakukan READSI. Selain menaikkan kesejahteraan petani, READSI juga diarahkan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Realisasinya, READSI memajukan pertanian di 6 provinsi dan 18 kota/kabupaten. Sebut saja Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Misi lain juga dimiliki READSI dalam perbaikan gizi keluarga dan memberi akses simpan pinjam luas menurut komoditas.

“Pasar luas harus dijangkau para petani. Untuk itu, READSI Kementan memberikan peluang mulai produksi hingga penetrasi marketnya. Petani harus sejahtera dengan didukung kualitas dan kuantitas produk pertanian. Dengan tegas, Kementan terus mendorong kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak. Pertanian harus terus berdaya guna,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Memenangkan persaingan industri 4.0, READSI Kementan terus mendorong petani memanfaatkan marketplace atau penyedia belanja online. Sejauh ini, marketplace sangat eksis dan menjadi media transaksi ideal dalam mensikapi problem pandemi Covid-19. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menerangkan, marketplace solusi terbaik penetrasi pasar lebih luas.

“READSI Kementan memberi peluang bisa besar. Aksesnya besar terhadap pasar online melalui marketplace. Ada banyak keuntungan dari market place terutama jangkauan pasarnya yang luas sampai pelosok negeri. Semua potensi yang ada akan digabungkan, mulai marketplace hingga BPP Konstratani,” terang Dedi.

Untuk menjadi member dari marketplace juga sederhana. Produk lokal yang akan dipasarkan cukup memenuhi syarat pemasaran online. Khusus produk makanan olahan harus didukung aspek legalitas Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Bagi produk tergolong pangan olahan dan bukan makanan olahan (seperti beras) acuannya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag).

Regulasi dimaksud adalah Permentan No 51/2008 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran. Acuan salinnya adalah Permentan No 31/2017 tentang Kelas Mutu Beras dan Permentan No 57/2017 tentang Beras Khusus. Sementara, Permendag No 572017 mengatur tentang Beras Khusus. “Potensi besar marketplace harus dimanfaatkan secara maksimal. Untuk regulasinya bisa diakses dipelajari langsung. Semuanya sudah jelas di situ dan tidak rumit,” tegas Dedi lagi.

Berkolaborasi dengan READSI Kementan dan mengoptimalkan marketplace, profil panutan pun diberikan Kelompok Tani Kamboja, Sanggau, Kalimantan Barat. Kelompok tani tersebut memiliki produk beras organik, beras merah organik, beras hitam organik. Produk tersebut sudah eksis dimarketplace sejak Oktober 2020. Fasilitator READSI Desa Fransiska pun mengatakan, marketplace menawarkan banyak keuntungan.

“Dukungan program READSI Kementan sangat besar hingga kami bisa eksis di marketplace. Marketplace ini memberi banyak keuntungan, terutama dalam memasarkan produk beras organik. Harganya juga lebih tinggi di pasaran. Untuk beras organik putih harganya Rp16.000/Kg, lalu beras organik merah dibanderol Rp20.000/Kg,” kata Fransiska.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.