Cetak Petani-Pengusaha, Kementan Kirim Anak Muda Magang ke Jepang

oleh -1,492 views

BOGOR – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) melepas puluhan anak muda yang akan diberangkatkan mengikuti program magang ke Jepang. Pelepasan 53 anak muda itu secara resmi langsung dilakukan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Dalam kesempatan itu, Mentan SYL para peserta magang nantinya belajar dengan sungguh-sungguh tentang segala hal pertanian di Jepang. “Kalian pilihan Tuhan dan Negara. Kalian akan praktik langsung. Istimewa belajar ke Jepang ini. Di Jepang hanya 25 persen dari total seluruh negaranya yang digunakan untuk lahan pertanian. Tapi mereka mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, ekspor dan yang terpenting menyejahterakan masyarakatnya,” papar Mentan SYL.

Mentan SYL meminta nantinya para peserta magang dapat mengimplementasikan segala hal yang didapat di Jepang untuk diterapkan di Indonesia. “Ilmunya, etos kerjanya, teknologinya, terapkan nanti di Indonesia,” pinta Mentan SYL.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menjabarkan, 53 orang yang akan mengikuti program magang ini selama 1 tahun. Dikatakannya, program magang ini merupakan salah satu cara untuk membangun petani-pengusaha milenial yang profesional berdaya saing dan berjiwa wirausaha. “Tentu ini adalah upaya kita sebagai solusi untuk mengantisipasi jumlah petani kolotnial (istilah untuk petani generasi tua) yang jauh lebih banyak yakni sebesar 71 persen. Sementara sisanya sebanyak 29 persen petani milenial,” kata Dedi.

Dijelaskan Dedi, saat ini minat menjadi petani semakin hari semakin berkurang. Oleh karenanya, untuk mendorong minat anak-anak muda terjun ke sektor pertanian, maka harus ada stimulus yang membuat mereka tergerak untuk terjun menggeluti sektor pertanian.

“Kita harus membangun petani yang profesional dan berdaya saing. Ke depan, persaingan produk pertanian luar biasa kompetitif. Pertanian bisa berkelanjutan manakala kita membangun agri-bisnis. Tentu dari sana pertanian akan mendapatkan keuntungan yang maksimal,” papar Dedi.

Untuk menuju pertanian berwawasan agri-bisnis, maka Dedi menilai kata kuncinya adalah petani milenial yang harus digembleng agar memiliki wawasan hal itu. “Melalui program magang ke Jepang inilah kita ingin membangun hal itu,” terang Dedi.

Nantinya, petani milenial yang akan dikirim ke Jepang akan belajar sektor pertanian dari hulu hingga hilir. “Belajar dari on-farmnya, bagaimana menanam, varietas yang bagus, me-maintance atau merawat tanaman, panen, pascapanen, olahan, kemasan, distribusi hingga memasarkan produk. Itu yang akan dipelajari,” papar Dedi.

Di Jepang, mereka akan mempelajari beberapa sektor pertanian seperti peternakan dan hortikultura. Sebab, kata Dedi, pertanian Jepang memang kuat di sektor peternakan dan hortikultura.

“Pada saat mereka belajar, terus kita pantau, termasuk progres-nya seperti apa. Sepulang dari Jepang kita fasilitas, dampingi agar mengambil KUR untuk memperkuat agri-bisnisnya. Kita dorong mereka memanfaatkan KUR agar bisa melipatgandakan keuntungan, meningkatkan volume usahanya, asetnya,” ujar Dedi.

Dengan begitu, akan terbentuk petani milenial yang berdaya saing dan berjiwa usaha. “Sehingga mereka nantinya akan me-reaktiviasi, meresonansi petani milenial di sekitarnya. 1 persen saja penduduk Indonesia memiliki petani berwawasan seperti itu, maju kita,” tegas Dedi.

Ke depan, tak hanya Jepang, Dedi menyebut Kementan juga tengah mengkomunikasikan agar petani milenial bisa menjejaki ilmu dalam program magang ke Korea Selatan. “Nah, program magang ke Korea Selatan ini sedang kami jajaki. Kita berharap nanti petani milenial kita juga bisa menimba ilmu di Korea Selatan,” harap Dedi.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.