KUPANG – Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Badan Penyuluh dan Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), terus memperkuat kapasitas insan pertanian di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat.
Kali ini Kementan memperkuat kapasitas SDM penyuluh melalui pelatihan Integrated Farming Berbasis Jagung.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, penyuluh merupakan ujung tombak agar sektor pertanian berkembang ke arah yang maju, mandiri dan modern.
Mentan mengatakan, apabila pertanian kita ingin terus meningkat, kapasitas insan pertanian, dalam hal ini penyuluh merupakan hal yang penting untuk terus ditingkatkan.
“Kata kuncinya adalah SDM. Apabila maju SDM kita, maka maju pula sektor pertanian kita. Kalau SDM pertanian kita mumpuni, maka pertanian yang maju, mandiri dan modern juga dapat kita capai,” kata Mentan Syahrul.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan pertanian menghadapi kondisi yang tidak biasa-biasa saja. Pandemi Covid-19 seakan-akan menjadi gerbang kearah ketidakpastian.
“Baru saja pandemi menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, kita didera perubahan iklim dan dampak ikutan berupa permintaan produk yang melonjak sementara ketersediaan masih terbatas akibat pandemi. Akibatnya harga bahan pangan melambung. Kondisi ini diperparah dengan perkembangan geopolitik baru-baru ini dimana Rusia menginvasi Ukraina,” kata Dedi.
Menurut Dedi, salah satu cara paling efektif adalah meningkatkan produksi berbagai komoditas utama pertanian dengan berbagai inovasi di subsektor budidaya. Dalam hal ini, pelatihan READSI mengangkat jagung sebagai salah satu komoditi penting melalui pelatihan teknis budidaya, integrated farming atau bahkan penerapan smart farming.
“Selain peningkatan produksi pertanian, tujuan utama pembangunan pertanian adalah peningkatan pendapatan petani yang diiringi dengan transformasi dari pertanian tradisional ke agribisnis modern. Dalam skala kecil, diversifikasi olahan produk pangan juga cukup menjanjikan keuntungan. Dengan jiwa kewirausahaan dan pemahaman manajemen dasar menjalankan usaha, diharapkan rumah tangga petani dapat merintis agribisnis yang menguntungkan,” katanya.
“Aspek penunjang pengembangan agribisnis lainnya yang patut dipahami petani adalah solusi terhadap keterbatasan modal. Dalam hal ini, peran BPPSDMP diwujudkan dalam penyelenggaraan pelatihan Smart Farming yang dilanjutkan dengan bantuan untuk mengakses KUR,” tambah Dedi.
Disampaikannya, alumni Pelatihan Smart Farming yang mendapatkan persetujuan pengajuan KUR merupakan salah satu outcome pelatihan yang nyata.
Hal ini mencerminkan bahwa usaha pertanian yang dijalankan para petani cukup menjanjikan telah mampu melengkapi administrasi usaha,” tutur Dedi.
Semoga ilmu yang didapatkan selama pelatihan dapat diterapkan dan mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan petani.
Selamat juga kepada para alumni pelatihan yang pengajuan KUR-nya disetujui. Semoga usaha pertanian semakin berkembang dan berdampak pada masyarakat sekitar,” ujar Dedi.
Tujuan pelatihan secara umum adalah untuk meningkatkan kapasitas petani sasaran READSI, termasuk di lokasi food estate dalam aspek teknis maupun manajemen. Selain itu, alumni pelatihan juga didorong untuk mengakses KUR.
Target peserta pelatihan seluruhnya tercapai 150 peserta sebanyak 5 angkatan yang berasal dari Kabupaten Belu, Kabupaten Kupang, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sambas dan disetujuinya pengajuan KUR oleh alumni pelatihan di Kabupaten Sanggau dan Sambas sebanyak 7 orang dan 4 orang dari Kabupaten Kupang dan Kabupaten Belu dari Bank BRI, BNI, Mandiri dan Bank Kalbar.