JAKARTA – Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) terus mendorong lahirnya petani milenial. Sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan jumlah petani milenial termasuk yang berlatar belakang anak jalanan.
“Salah satu fokus dari Kementerian Pertanian adalah mencetak SDM berkualitas. Dan hal ini sejalan dengan yang selalu digaungkan Presiden,” tutur Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi, Jumat (01/05/2020).
Dukungan ini juga yang diberikan kepada petani bernama Bagas. Sejak tahun 2004 hingga kini, Bagas mulai menekuni dunia pertanian. Hasilnya, ia mampu meraup omzet hingga jutaan rupiah perhari. Bahkan, ia juga mampu mengajak generasi muda lainnya untuk menjadi petani milenial.
“Kita beri dukungan kepada petani Bagas. Karena, ia membuka peluang kerja dan juga mencetak petani milenial, sebuah tindakan yang positif,” paparnya.
Bagas bertani di daerah Teluk Naga dengan luas tanam 26 hektare. Komoditas utama yang dihasilkan Bagas dari tahun 2004 adalah sayur-sayuran, khususnya kangkung dan bayam. Namun, ia juga mampu menghasilkan komoditas melon dan labu madu hanya sebagai komoditas “sampingan”
“Saat ini saya sudah memiliki 40 petani, yang saya bagi menjadi 3 kelompok. Ada kelompok budidaya sayuran, budidaya melon dan sayur buah lain, budidaya cabai,” terang Bagas.
Menariknya, Bagas merangkul anak jalanan. Sebagian besar petani yang dibinanya adalah mantan anak jalanan. Bagas juga sudah membina 5 petani milenial yang kini sudah cukup sukses. Bahkan, menjadi pesaing bisnis sayurannya.
“Rekrutmen saya memang cukup ekstrim, karena mereka anak-anak jalanan, bertato. Tapi setelah kita tawarkan itu, mereka tertarik, lalu kita bimbing, kita ajak bekerja. Kita kasih tau seperti ini cara budidaya, seperti ini cara pemasaran. Jadi mereka sangat semangat dan sudah berjalan empat tahun-lima tahun ini mereka menikmatinya,” ujarnya.
Saat ini, Bagas dan para petani binaanya mampu menghasilkan 10 ribu – 15 ribu ikat kangkung dan bayam (sekitar 2,5 ton), dengan omset mencapai Rp 15 juta per hari. Pasar utama hasil panen Bagas adalah pasar modern.
“Saya adalah pemasok sayuran di Superindo dan Alfamidi daerah Tangerang. Omset pemasaran di pasar modern bisa mencapai Rp 9 juta per hari. Sedangkan, untuk pasar tradisional omsetnya bisa mencapai sekitar Rp 6 juta per hari,” paparnya.
Sedangkan untuk komoditas labu dan melon, rencananya akan dipanen pada H+7 atau H+10 ramadhan. Ia pun berharap masa panen bisa turut dihadiri pihak Kementerian Pertanian.