Oleh : Ari Bahari Democracy and election found
TANGERANG SELATAN : Pemimpin lahir dari perjuangan yang panjang. Tahapan untuk memiliki ‘kepemimpinan’ tidak lahir begitu saja. Pemimpin menempa diri di kawah candradimuka, mulai dari raga, jiwa, pikiran, etika, dan segala macam kebutuhan memimpin.
Pemimpin ini adalah orang yang mengemban amanah qurani. Tuhan Yang Maha Esa bahkan mewahyukan, bahwa penciptaan manusia dimuka buka untuk menjadikan manusia sebagai pemimpin. Rekam jejak calon pemimpin juga harus jelas. Dia tidak boleh memiliki hal-hal yang memperlihatkan kekhilafan yang dilarang. Sebagai contoh, dalam alquran jelas dilarang perangai lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Sangat tegas bahwa LGBT adalah bentuk perlawanan terhadap Allah. Hal ini bisa dibaca pada Surah Al-Araf tentang kisah nabi Luth AS.
Bagi umat yang beragama tentunya, calon pemimpin tidak boleh mendukung, mengizinkan, mendukung, atau mengikuti LGBT. Karena jelas, bahwa azab Allah akan diturunkan kepada para LGBT. Apapun alasannya, umat beragama dan kita sebagai orang yang lahir dari budaya timut tidak dapat menerima rekam jejak pemimpin yang membela LGBT. Bagaimana cara pemimpin membela LGBT dan melawan perintah Tuhan dan norma-norma budaya ketimuran ?
Islam Liberal di Pilwako Tangsel
Pakaian pemimpin adalah pakaian rakyat. Bagaimana cara pemimpin berpakaian, maka rakyat akan mengikuti caranya. Pemilihan yang akan dilaksanakan di Kota Tanggerang Selatan, ini sangat kental dengan Jaringan Islam Liberal yang memang mentoleril hal-hal yang memang, jauh dari ajaran Islam, Guntur Romli salah satu pendukung dari pasangan nomer satu adalah salah satu pentolan Jaringan Islam Liberal yang mendukung praktek-praktek LGBT dan merupakan pendukung terdepan kandidat Muhammad – Saras.
Kita bisa melacak jejak digital dari saudara Guntur Romli, yang memang banyak kontroversi yang di lontarkan oleh dia, semisal dia pernah berkata bahwa “ Alquran itu bukan kitab suci, Nabi Muhammad bukan orang suci dan bisa digauli. Pernyataan kontroversi tersebut tentu menjadi polemik ditengah-tengah masyarakat.
Bagaimana seseorang yang mengatakan dirinya sebagai seorang Intelektual Muslim mengatakan bahwa kitab yang menjadi rujukan umat Islam selama ini dikatakan bukan kitab suci, lantas kontoversi selanjutnya dia mengatakan bawa Nabi Muhammad, yang menjadi panutan dan suri tauladan umat Islam dikatakan bukan orang suci dan bisa digauli.
Tidak sampai disitu kontoversi selanjutnya kita dapati melalui jejak digital dalam kanal twitter dia, dia mengatakan bahwa, “Tuhan merupakan hasil dari evolusi otak manusia, emang ada pembicaraan Tuhan diluar otak manusia” pernyataan-pernyataan kontroversi yang dilontarkan oleh Guntur Romli ini tentu membuat polemik ditengah-tengah masyarakat.
Kita ketahui bersama bahwa masyarakat akhir-akhir ini sedang terpolrasiasi oleh intensitas politik yang sangat tinggi, tentunya dengan kehadiran Guntur Romli dan dengan statmen-statmen beliau dapat merusak harmonisasi yang ada ditengah-tengah masyarakat. Ujaran-ujaran memecah belah yang dia lontarkan tentunya, sangat disayangkan.
Saraswati Dan Guntur Romli
Dan tentunya Saraswati calon Wakil Walikota Tanggerang Selatan pun kita ketahui bersama menjadi salah satu pendukung dari LGBT yang memang akhir-akhir ini menjamur, hal ini harus menjadi perhatian masyarakat luas khususnya masyarakat kota Tanggerang Selatan yang akan mengadakan pemilihan, jangan sampai faham-faham yang dapat merusak generasi penerus Kota Tangerang Selatan ini masuk dan mengakar di Kota
Tanggerang selatan kedepannya.
Dua orang yang memegang paham yang sama akhirnya berkolaborasi di Pilwako Kota Tanggerang Selatan, Kolaborasi antara Saraswati dan Guntur Romli di pilwako Kota Tanggerang selatan merupakan kolaborasi Liberal yang sama-sama mendukung praktek-praktek menyimpang dari unsur-unsur budaya ketimuran dan norma-norma agama yang selama ini kita usung, unsur budaya-budaya ketimuran yang selama ini kita junjung bisa saja, ketika mereka berkuasa diberangus oleh kolaborasi kedua orang tersebut.
Mengatas namakan HAM, melegalkan praktek-praktek yang tidak sesuai dengan ajaran dan budaya kita orang timur. Dan wajib kita ingat, pemilihan kepala darah yang kita akan hadapi ini menentukan nasib kota Tangsel selama 5 tahun kedepan dan seterusnya. Potret kota Tanggerang Selatan Kedepannya ada ditangan kita.(***)