ACEH – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendorong pengusaha Muslim untuk mengambil ceruk pasar halal dalam negeri yang memiliki potensi cukup besar. Hal itu dikatakan LaNyalla dalam sambutannya secara virtual pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI), Kamis (25/3/2022).
Hadir pada kesempatan itu Ketua Umum IPEMI, Ingrid Kansil, Wakil Gubernur Provinsi Banten Andika Hazrumy, Sekjen IPEMI Nurwahidah Saleh, para pengurus wilayah dan daerah IPEMI dan para pengurus perwakilan luar negeri IPEMI.
Dikatakan LaNyalla, pasar produk halal, baik di dalam maupun luar negeri, merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi brand yang diproduksi oleh umat Islam. Produk halal tentu bukan makanan dan minuman saja, tetapi sudah meluas, mulai obat herbal, kosmetik, parfum, hingga asesoris dan busana yang menempel di badan.
Senator asal Jawa Timur itu menjabarkan, berdasarkan data tahun 2021, eksportir produk halal terbesar di
dunia, khusus untuk makanan halal adalah Brazil, dengan nilai kapitalisasinya mencapai 16,5 miliar dolar AS. Lalu disusul India di posisi kedua, kemudian Amerika Serikat, Rusia, dan China.
“Bayangkan, negara-negara tersebut notabene bukan negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Tetapi mereka membaca peluang adanya pasar yang sangat besar di sektor produk halal,” ulas LaNyalla.
Oleh karenanya, LaNyalla menilai Indonesia sudah seharusnya mengambil peran itu. Apalagi jika dalam kemasan produk halal tersebut dituliskan bahwa produk ini adalah salah satu produk dari Pengusaha Muslimah Indonesia, tentu akan memberi impact bagi kepercayaan pasar.
Apalagi IPEMI memiliki perwakilan di 16 negara, di antaranya Brunei, Malaysia, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia dan Inggris, serta negara lainnya.
Sedangkan untuk pasar dalam negeri, Indonesia sampai hari ini masih impor beberapa produk halal yang jumlahnya mencapai 10 miliar dolar AS.
“Angka impor yang besar itu menjadikan Indonesia sebagai importir produk halal terbesar kedua setelah Arab Saudi. Saya sarankan IPEMI untuk mengambil alih ceruk pasar halal dalam negeri, melalui produk yang dihasilkan anggota IPEMI,” saran LaNyalla. Selain tentu menjajaki pasar dunia melalui ekspor ke beberapa negara yang ada perwakilan IPEMI di sana.
Dikatakan LaNyalla, pemerintah juga sedang menggagas satu platform digital yang terdiri dari puluhan platform yang sudah ada menjadi satu induk, yaitu Global Halal Hub. Direncanakan platform ini akan mulai efektif bekerja pada 2024 mendatang.
Sebagai pengusaha Muslimah, LaNyalla mengajak kepada seluruh anggota IPEMI agar cermat membaca peluang pasar. LaNyalla masih ingat ketika ia memberi pengantar di buku IPEMI. “Ketika itu saya katakan bahwa Islam tidak melarang perempuan untuk
berbisnis atau berdagang, selama tidak mengorbankan tuntunan syariat dan kodrat untuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya,” paparnya.
Bahkan, LaNyalla melanjutkan, sejarah Islam diwarnai dengan kisah perjalanan Khadijah, sosok pengusaha sukses asal Mekkah, yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai istri Nabi Muhammad SAW. Karena itu, katanya, IPEMI harus
meneladani sukses Khadijah sebagai sebuah spirit menjalani profesi
sebagai pengusaha muslimah.
Dipaparkannya, Khadijah adalah putri seorang pedagang yang mengubah bisnis keluarga menjadi sebuah kerajaan dagang. “Meski modal harta peninggalan ayahnya berlimpah, Khadijah tidak
akan sukses sebagai pebisnis tanpa disertai modal non-materi, yakni jiwa kewirausahaan yang dimiliki Khadijah,” katanya.
Modal non-materi yang berharga yang dimiliki Khadijah, di antaranya adalah kepiawaian dalam memilih Sumber Daya Manusia (SDM). Perekrutan Muhammad sebagai pemimpin misi dagang ke Syam merupakan satu hal yang menunjukkan kepiawaian dan insting bisnis Khadijah tersebut. Karena memang insting bisnis Khadijah benar.
“Muhammad seorang pemuda jujur yang terkenal di Mekkah itu, akhirnya berhasil membawa keuntungan berlimpah pada usahanya. Keberanian Khadijah membuat keputusan dan mengelola risiko, serta insting bisnis yang selalu ia latih, akhirnya mengantarkan ia sebagai
seorang pengusaha yang sukses,” papar LaNyalla.
Itulah mengapa LaNyalla menyebut seorang entrepreneur harus memiliki insting bisnis yang kuat sebagai modal non-materi. Termasuk keberanian untuk
mengambil keputusan yang besar. (*)