KATINGAN KUALA – Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian, mampu dimaksimalkan petani di Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Hal ini terbukti dari tingginya hasil produktivitas pertanian saat panen perdana di lokasi demplot Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) SIMURP di Katingan Kuala.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian cerdas iklim atau CSA proyek SIMURP memiliki dampak yang positif untuk pertanian. CSA SIMURP bisa meningkatkan produktivitas produksi tanaman dan juga pendapatan petani.
“SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani. Khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar dalam menghadapi perubahan iklim. Termasuk bagaimana cara mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman,” ujar Mentan SYL.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan kegiatan CSA bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim. Termasuk mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta meningkatkan pendapatan petani, khususnya di Daerah Irigasi dan Daerah Rawa Proyek SIMURP.
“Dengan adanya SIMURP maka harus terjadi peningkatan ekonomi, peningkatkan penerapan inovasi dan adopsi teknologi yang efisien efektif, serta produksi telah dijamin oleh pasar,” ujar Dedi.
Salah satu lokasi SIMURP Kecamatan Katingan Kuala melakukan panen perdana di demplot CSA, 13 Juli 2021. Panen perdana simbolis ini dilakukan untuk meningkatkan semangat dan kepercayaan diri petani juga wujud apresiasi kepada petani di tengah-tengah situasi pandemi wabah Covid-19.
Panen raya padi dihadiri Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Katingan, Camat dan Muspika Kecamatan Katingan Kuala, Koordinator BPP dan penyuluh pertanian setempat.
Panen padi secara simbolis dilaksanakan di kelompok tani Karya Membangun II, Rei 1 kiri, Desa Subur Indah, Kecamatan Katingan Kuala. Panen padi akan dilakukan bertahap untuk seluruh demplot CSA di Katingan Kuala sejumlah 24 hektar yang tersebar dalam 24 lokasi berbeda.
Sebelum panen, dilakukan pengambilan sampel pengubinan. Dari hasil pengubinan didapatkan taksiran produktivitas mencapai 5,6 ton/ha gabah kering panen.
Hasil ini sangat baik dibanding hasil padi konvensional yang sebelumnya didapatkan petani hanya mencapai 4 ton/ha, atau sangat lebih baik dibandingkan rata-rata produktivitas di Katingan Kuala dengan rata-rata 3,6 ton/ha.
Sebelumnya, sejumlah 24 petani Katingan Kuala penerima manfaat program Climate Smart Agriculture SIMURP mendapatkan saprodi untuk melaksanakan demplot. Antara lain benih padi varietas inpari 42 sebanyak 25 Kg, pupuk NPK dan urea masing-masing 50kg, pupuk organik granul 500 Kg, pupuk organik cair 25 liter, pestisida nabati dan MOL 20 liter.
Sebanyak 24 petani tersebut mewakili kelompok tani masing-masing yang tersebar di 3 Desa di Katingan Kuala.
Hasil panen yang bagus ini memunculkan harapan bahwa adopsi pertanian yang berwawasan CSA dapat dengan cepat diterima dan dipraktikkan oleh petani yang lain.
Sehingga di kawasan pertanian Katingan Kuala mampu menekan emisi gas rumah kaca di atmosfer dengan tetap menjaga produksi yang tinggi.
Penyuluh Pertanian Katingan Kuala, Dadang, sekaligus admin CSA SIMURP, menanggapi hasil jerih payah teman-teman penyuluh dan petani dengan senang dan antusias.
“Kami cukup senang dan puas dengan hasil yang didapatkan di lahan demplot CSA. Tentu ini menjadi modal yang baik bagi kami dan 24 petani untuk mengadopsi hal serupa di lahan-lahan lain,” ujar Dadang.
Lahan baku sawah di Katingan Kuala seluas 14 ribu hektar. Tentu 24 ha demplot CSA akan terlihat sangat kecil dibandingkan luas baku tersebut. Namun proses adopsi akan relatif mudah karena diawali dengan hasil panen yang memuaskan. Petani akan melirik dan mencoba budidaya padi berwawasan CSA.
Aman Nurrahman Kahfi, Widyaiswara BBPP Binuang sekaligus mentor untuk CSA Kalimantan Tengah menyampaikan bahwa pencapaian ini adalah buah dari usaha dan keseriusan petani dan penyuluh di Katingan Kuala.
“Jika petani betul-betul mantap dalam menerapkan CSA secara optimal, produktivitasnya juga pasti akan meningkat,” ujarnya.
Meskipun dalam hati petani masih mempunyai sehelai ketidakyakinan, namun panen di demplot CSA lebih tinggi dibandingkan di lahan konvensional.
Dia berharap tahun depan petani lebih optimal dalam menerapkan teknologi CSA dan dengan menambah luasannya, sehingga dampak terhadap lingkungan dan petani sendiri akan dapat dirasakan manfaatnya. (ANK/AS/NF)