TOLITOLI – Kementerian Pertanian, melalui Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI), fokus melakukan pengawalan penguatan Kelompok Tani (Poktan) menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP).
Dengan cara ini, diharapkan produksi petani mampu menembus pasar dan akses modal.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menganalogikan pembangunan pertanian maju, mandiri, dan modern mengikuti pola piramida terbalik.
Menurutnya, gerakan pembangunan pertanian seperti pola piramida terbalik. Petani dan penyuluh di posisi teratas, BUMN dan pihak swasta di tengah, dan terbawah adalah pemerintah, yang menggambarkan kontribusi dan porsinya paling sedikit.
“Bukan lagi zamannya petani bekerja dan berusaha tani sendiri-sendiri, harus berjamaah diawali dari kelompok-kelompok tani untuk membentuk korporasi petani dan saham korporasi dari petani,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan Kementan berupaya meningkatkan kapasitas fasilitator desa bersama penyuluh dapat mendorong peningkatan produktivitas pertanian
“SDM penyuluh dan pendamping adalah jembatan produktivitas petani, inovasi dan teknologi. Apabila jembatan rapuh, tentu tidak dapat dilalui kendaraan, sehingga peran penyuluh dan pendamping sangat luar biasa,” kata Dedi.
“SDM penyuluh dan pendamping adalah jembatan produktivitas petani, inovasi dan teknologi. Apabila jembatan rapuh, tentu tidak dapat dilalui kendaraan, sehingga peran penyuluh dan pendamping sangat luar biasa,” tambahnya.
Untuk memperkuat lembaga kelompok tani agar mendongkrak peningkatan produktivitas Fasilitator Desa dan Penyuluh program READSI bekerja keras untuk merubah pola petani kearah yang lebih maju.
Seperti Halnya yang dilakukan oleh Hermina, Fasilitator Desa Puse, Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Tolitoli, sedang melakukan pertemuan rutin dengan kelompok Wanita tani Mawar dan kelompok Wanita tani Melati di salah satu halaman anggota kelompok dalam rangka pemberdayaan dengan materi literasi keuangan dan KUR (21/03/2022)
Hermina menjelaskan, dengan pertemuan ini pengurus dan anggota kelompok tani memahami tata cara pengelolaan keuangan rumah tangga.
“Serta dapat menentukan skala prioritas, mampu membedakan kebutuhan dan keinginan, merencanakan pengelolaan keuangan melalui pencatatan dan Mengenali produk jasa lembaga keuangan,” katanya.
Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling Up Initiative (READSI) merupakan salah satu bagian dari program Kementerian Pertanian yang mendukung terwujudnya Visi Pembangunan Pertanian yaitu tercapainya kedaulatan pangan dan meningkatnya kesejahteraan petani serta mendukung suksesnya program regenerasi petani.
READSI diharapkan mampu memperkuat kelembagaan kelompok petani serta pengembangan bisnis dan korporasi petani.
Sasaran Program READSI adalah petani, termasuk Petani miskin yang aktif dan memiliki sumberdaya Mania, lahan dan lainnya yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan bantuan program, Petani aktif dan memiliki potensi sebagai ‘agen perubahan’ untuk memotivasi petani lainnya terutama kelompok miskin dan memperbaiki penghidupannya.
Juga Petani yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan sempit dan kepala keluarga perempuan yang akan dilibatkan secara langsung dalam usaha pengembangan lahan pekarangan, nonfarm, kegiatan perbaikan gizi dan kegiatan pengelolaan keuangan.