KULON PROGO – Kabupaten Kulon Progo menggencarkan program rehabilitasi jaringan irigasi tersier untuk meningkatkan indeks tanam. Tahun ini program rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) bisa menyasar lahan seluas 500 hektare yang tersebar di 12 kecamatan.
“Nanti setiap hektare perkelompok tani akan mendapat stimulan sebesar Rp 1,1 juta, tinggal dikalikan saja berapa stimulan yang diterima,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha.
Aris mengatakan, sasaran program RJIT yakni membangun jaringan irigasi tersier yang telah rusak. Kelompok tani di 12 kecamatan yang dipilih mengikuti program ini akan mendapat bantuan dana untuk perbaikan jaringan tersier di masing-masing lahan persawahan yang mereka kelola.
“Sistemnya swakelola, artinya petani yang akan membeli bahan material sendiri dengan dana stimulan dari pemerintah,” jelas Aris.
Aris mengatakan, program RJIT sedang gencar dilakukan oleh pemerintah karena hasilnya sangat dirasakan oleh para petani.
“Efek yang langsung dirasakan petani adalah bertambahnya indeks tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih. Ke depan diharapkan tidak ada lagi kendala soal pengairan,” harapnya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengungkapkan, untuk cakupan Indonesia, RJIT pada 2020 dicanangkan seluas 135.600 hektare di 32 provinsi dan lebih dari 300 kabupaten/kota. Program RJIT diutamakan pada lokasi yang telah dilakukan SID dan daerah irigasi yang saluran primer dan sekundernya dalam kondisi baik.
“Program RJIT diutamakan pada lokasi yang telah dilakukan SID tahun sebelumnya, yaitu diutamakan pada daerah irigasi yang saluran primer dan sekundernya dalam kondisi baik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan Indeks Pertanaman Padi sebesar 0,5,” ujar Sarwo Edhy.
Untuk pembangunan embung pertanian, dicanangkan 400 unit di 30 provinsi dan lebih dari 226 kabupaten/kota. Kegiatan dapat berupa pembangunan embung, dam parit, dan longstorage.
“Luas layanan minimal 25 hektare (tanaman pangan), 20 hektare (hortikultura, perkebunan, dan peternakan),” sebut Sarwo.
Ia menambahkan, RJIT sesuai dengan kebutuhan petani. Sebagian besar dananya disalurkan melalui sistem swakelola petani.
“Dengan swakelola oleh petani, jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi umumnya akan lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. Kita membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarakat petani,” ujar Sarwo.
Ia menambahkan, rumus program RJIT adalah jaringan sudah rusak, di sekitarnya ada sawah yang diairi, ada sumber air, dan ada petaninya. Menurutnya, dengan diserahkannya RJIT kepada kelompok tani, maka pembangunan jaringan irigasinya akan dilakukan secara gotong royong atau swakelola.
Menurut Sarwo, masyarakat petani yang membutuhkan bantuan RJIT atau pembangunan embung, bisa mengajukan ke Dinas Pertanian kabupaten atau kota masing-masing.
“Nanti dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang ujung-ujungnya bisa mensejahterakan petani,” pungkas Sarwo.(*)