Kementan: Efisiensi Sektor Pertanian dengan Kebijakan Tanaman Pangan dan Pemupukan Berimbang

oleh -1,740 views

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani untuk melakukan efisiensi di sektor pertanian. Salah satunya melalui kebijakan tanaman pangan dan pemupukan berimbang.

Sebagaimana diketahui, di saat sektor lain terpuruk akibat pandemi Covid-19, pertanian justru tumbuh berkembang. Pertanian menjadi kunci untuk melawan Covid-19. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian bertekad untuk menjaga ketahanan pangan.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan negara akan bermasalah apabila ketahanan pangan bermasalah.

“Kekuatan apapun yang kita miliki tidak bisa menjaga negara dengan baik, kalau ketahanan pangan kita bersoal,” kata Mentan Syahrul.

Mentan Syahrul meminta agar pangan tidak boleh bersoal sama sekali. “Artinya, hitung-hitungan kita tidak boleh salah dan hitungan kita harus cermat, harus tepat dan harus akurat serta dapat memberikan informasi secara tepat dan berjenjang kepada masyarakat,” ujarnya.

Mentan Syahrul mengatakan bahwa pupuk memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan produksi. Karena hal ini, pupuk pun ikut berperan dalam menyukseskan program swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.

“Stok pupuk secara nasional harus mencapai 14-15 juta ton untuk memenuhi target tersebut. Hal ini juga harus didukung varietas yang bagus dan pelatihan agar produksi pertanian naik,” ujar Mentan Syahrul.

Sejalan dengan hal tersebut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menekankan pentingnya sektor tanaman pangan dan pengetahuan petani dalam hal pemupukan berimbang.

Hal itu dikatakan Dedi pada agenda kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 14, bertemakan “Program dan Kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2022 dan Peran Pemupukan Dalam Meningkatkan Produktivitas Pertanian yang dilaksanakan Jumat(8/4/2022) di AOR BPPSDMP, Jakarta.

Dalam arahannya, Dedi mengatakan, di era pandemi Covid-19 dan perubahan iklim seperti saat ini tentu berdampak pada sektor pertanian. Salah satunya adalah harga-harga yang naik, sehingga diperlukan efisiensi terutama sektor pertanian.

“Saat ini kita harus lakukan efisiensi salah satunya dengan pupuk bersubsidi, karena pupuk sangat penting untuk pertanian untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” jelas Dedi.

Lebih lanjut Dedi mengajak para petani untuk menggunakan pupuk sesuai dengan yang diminta tanaman, diberikan sesuai kebutuhan tanah.

Mewakili Dirjen Tanaman Pangan Suwandi, Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan, Bambang Pamuji yang menjadi narasumber pada acara itu memaparkan, saat ini Ditjen Tanaman Pangan memiliki tiga program dalam meningkatkan produksi pangan yaitu Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas, Program Nilai Tambah dan Daya Saing serta Dukungan Manajemen dan Teknis.

Bambang mengatakan, saat ini harga kedelai impor naik, sehingga pengrajin tahu tempe harus membeli dengan harga yang jauh dari sebelumnya.

“Harga impor kedelai naik yang semula Rp5000/kg saat ini menjadi Rp10.500 sampai dengan Rp11.000,” ujar Bambang Pamuji.

Bambang berharap dengan adanya harga naik menjadi pemicu para petani kedelai untuk terus berbudidaya kedelai.
“Harapan saya harga naik, mudah-mudahan akan tetap bertahan sehingga petani termotivasi untuk menanam kedelai,” jelas Bambang pamuji.

Kepala BBSDLP Husnain yang juga menjadi narasumber mengatakan, saat ini permasalahan utama dalam sistem produksi padi nasional adalah pelandaian produktivitas padi (levelling off), terutama pada lahan sawah intensif yang disebabkan penurunan C organic dan efisien pemupukan.

Lalu juga rendahnya produktivitas padi di lahan sawah non-intensif dan lahan sub-optimal (tadah hujan dan rawa), terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis menjadi lahan non pertanian.

“Terdapat dua permasalahan pertama yang utama berkaitan erat dengan rekomendasi pemupukan dan keseimbangan hara di dalam tanah,” ujar Husnain.

Husnain menjelaskan, pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan untuk mencapai status hara esensial seimbang, sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan, yang ditetapkan berdasarkan uji tanah dan tanaman (soil and plant analysis).

Lebih lanjut Husnain mengatakan, rekomendasi pemupukan disusun berdasarkan status hara di dalam tanah, kebutuhan hara tanaman padi untuk berproduksi pada target tertentu, dan disajikan berbasis administrasi kecamatan.

“Beberapa pendekatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, antara lain evaluasi dan reformulasi pupuk NPK dari 15-15-15 menjadi 15-10-12 agar diperoleh jumlah volume yang lebih tinggi,” jelas Husnain.

Saat ini, di tahun 2022 akan dilakukan kegiatan Penyusunan Database Lahan Petani Indonesia. Output kegiatan ini adalah ID (Identitas) dari setiap petak lahan petani. “Salah satu manfaat dari ID ini adalah pengalokasian pupuk bersubsidi akan lebih akurat,” tutup Husnain.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.