KAHYANGAN.NET//PURWOREJO – Pelatihan Training of Farmers (ToF) di BPP Kecamatan Gebang, Purworejo, mengajarkan petani untuk menerapkan teknologi pengairan AWD. Teknologi ini merupakan bagian dari pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) proyek SIMURP yang terus dilakukan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.
Pelaksanaan ToF di BPP Gebang Kabupaten Purworejo, merupakan kegiatan ToF angkatan terakhir yang berlangsung 6- 8 oktober 2020.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, ToF bertujuan meningkatkan kapasitas petani, kelompok tani dan P3A sebagai penerima manfaat Proyek SIMURP.
“Kegiatan ToF CSA SIMURP memberikan banyak manfaat buat petani dan penyuluh. Perlu keseriusan peserta dalam menerima materinya sehingga bisa diaplikasikan di pertanian,” tutur Mentan SYL.
Sementara Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi, mengharapkan pelatihan ToF memberikan manfaat kepada petani.
“Khususnya dalam meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, caranya dengan cerdas memanfaatkan iklim. Misalnya bagaimana pertanian hanya memerlukan air sedikit tetapi produktivitasnya tetap tinggi serta memanfaatkan alat mesin pertanian modern secara optimal,” jelasnya.
Fasilitator Pelaksanaan ToF di BPP Gebang adalah Penyuluh Pertanian yang telah dilatih melalui ToT dan juga praktisi petani melon. Metode pembelajaran perpaduan teori dan praktek dimana praktek lebih besar porsinya dari pada teori.
Materi yang disampaikan diantaranya Pengolahan Tanah, Pemanfaatan KATAM, Teknologi Jajar Legowo, Pemanfaatan Pestisida Nabati, Pemupukan Organik, Pengukuran Gas Rumah Kaca (GRK).
“Salah satu materi yang sangat penting diajarkan pada para petani adalah bagaimana cara menggunakan air seefisien mungkin. Tapi, tidak menurunkan produksi. Sebab, padi bukan tanaman air tapi merupakan tanaman butuh air,” katanya.
Sehingga, padi tidak perlu digenangi terus menerus. Tetapi, perlu diatur kapan tanaman tersebut perlu diairi dan kapan tidak perlu diairi. Sehingga, dapat menghemat air yang semakin langka di dapatkan di muka bumi ini.
Kelangkaan air tersebut selain karena disebabkan oleh perubahan iklim namun juga disebabkan ulah manusia yang boros dalam pengunaan air. Petani pun kerap kali mengairi sawah mereka dengan cara menggenangi lahan secara terus menerus.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya kelangkaan air para petani peserta Tof dibekali ilmu bagaimana dapat berhemat air dalam berusahatani di sawah yaitu dengan menggunakan teknologi pengairan AWD hasil temuan para ahli dan peneliti yang bertujuan untuk menghemat air dalam irigasi.
Dijelaskan Dedi, AWD (Alternate Wetting and Drying) adalah teknologi hemat air yang dapat diterapkan petani untuk mengurangi penggunaan air irigasi di lahan sawah.
“Teknologi ini merupakan salah satu teknologi untuk menghemat penggunaan air tanpa mengurangi produktivitas tanaman. AWD sangat cocok untuk diterapkan pada tanaman padi,” katanya.
Manfaat dari AWD selain untuk menghemat kebutuhan air sawah juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi pertumbuhan gulma, mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman seperti wereng dan keong sawah, serta menciptakan lingkungan yang kaya oksigen yang baik untuk pertumbuhan perakaran.
“Teknologi ini mampu menghemat penggunaan air irigasi sebesar 17-20%, Selain itu, teknologi ini juga dapat meningkatkan produksi hingga 1 ton/ha dibandingkan dengan pengairan terus menerus,” terangnya.
Peserta ToF sangat respons terhadap materi-materi yang disampaikan para narasumber sehingga sangat memberikan motivasi untuk menerapkannya di lapangan setelah selesai pelatihan ini.
Seperti yang diungkapkan salah seorang peserta, bahwa mereka siap menerapkan karena teknologi yang didapat bahannya sebagian besar ada disekitarnya. Hal ini sangat tepat sekali dengan prinsip bertani se’efisiensi mungkin, produksi meningkat biaya yang dikeluarkan sehemat mungkin. (SWR/NF/EZ)