KAHYANGAN.NET, KEEROM – Reggae menjadi bahasa universal yang diterima di bumi Papua raya. Pengunjung Festival Crossborder Keerom pun langsung larut kala lagu No Woman No Cry dilempar Dave Solution. Puluhan ribu pengunjung langsung bergerak dan bernyanyi, Kamis (15/11).
“Festival Crossborder di wilayah Papua sudah tepat memakai musik Reggae. Musik reggae ini bahasa universal di sini. Masyarakat Papua dan Papua New Guinea (PNG) suka genre musik ini. Mereka pasti akan memadati venue,” ungkap Vokalis Dave Solution, Dave Baransano (Dave-B).
Musik reggae jadi penarik massa terbaik di Festival Crossborder Keerom, 15-17 November 2018. Opening ceremonynya dilakukan Kamis (15/11) dengan performa Dave Solution sebagai bintang panggungnya. Lokasi konser berada di Lapangan Bola Swakarsa, Kecamatan Arso, Keerom, Papua. Digelar 3 hari, event ini langsung dibanjiri massa yang menikmati reggae.
“Papua dan PNG ini reggae. Masyarakat PNG bahkan banyak yang menyeberang kalau kami perform di sini. Album-album Dave Solution bahkan selalu laku keras di PNG. Jadi, sudah tepat bila Kemenpar ini memakai musik reggae untuk menarik kunjungan wisatawan PNG,” tegas Dave-B.
Membuka perform dengan lagu No Woman No Cry milik Bob Marley, Dave Solution langsung memikat pengunjung. Total ada 10 lagu genre reggae yang dibawakan Dave Solution. Beberapa lagu diantaranya, Mambo Yesina, Rocking Your Soul, juga Syowi Yena. Dave-B menambahkan, tampil secara reguler di beberapa Festival Crossborder di Papua sangat menguntungkan.
“Kami secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Kemenpar. Dave Solution ini selalu dilibatkan dalam Festival Crossborder yang digelar di Papua. Bagi Dave Solution, tampil di festival ini tentu sangat bagus bagi promosi Dave Solution. Band kami ikut dibranding secara digital oleh Kemenpar,” lanjutnya.
Dalam 3 Festival Crossborder episode Papua, Dave Solution memang selalu menjadi pilihan utama. Dave Solution pun kerap berbagi venue dengan Mixmate Band asal PNG. Mereka pun menjadi paket terbaik bersama Ras Muhammad yang selalu disajikan festival ini. Komposisi tersebut selalu menarik massa khususnya paspor PNG.
Pada Festival Crossborder episode pertama Skouw tahun ini, ada 4.000 hingga 5.000 wisatawan Papua yang menyeberang. Festival yang digelar 7-9 Agustus 2018 ini pun sukses besar. Pun demikian dengan episode kedua Skouw tahun ini, 25-27 Oktober silam. Komposisi Ras Muhammad, Dave Solution, dan Mixmate Band asal PNG selalu menjadi pilihan.
“Tampil regler di Festival Crossborder di Papua ini sangat penting. Kami tetap terbantu promosi secara digital. Sebab, Dave Solution juga membidik market milenial yang aktif secara digital. Mereka ini sangat aktif di media sosial. Lebih penting lagi, event seperti Festival Crossborder ini memberikan nilai ekonomi lebih bagi daerah. Masyarakat semakin sejahtera dan makmur oleh aktivitas ekonominya,” tegas Dave-B.
Secara geografis, Keerom memiliki luas 9.365 kilometer persegi. Kabupaten ini terbagi dalam 11 distrik. Dan, 5 distrik diantaranya berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini. Distrik itu adalah, Arso Timur, Towe, Senggi, Waris, dan Web. Keerom juga satu dari beberapa kabupaten yang bersinggungan langsung dengan Papua Nugini. Selain Keerom, ada Kota Jayapura, Pegunungan Bintang, dan Merauke.
“Harus diakui, Papua juga PNG ini profilnya memang musik reggae. Setiap Dave Solution ditampilkan selalu ramai. Masyarakat PNG banyak yang menyeberang. Massa Dave Solution dan genre reggae di Papua hingga PNG ini sangat kuat. Progressnya positif bagi perekonomian diperbatasan, khususnya Keerom,” terang Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani.
Mengacu kepada Skouw, arus masuk wisatawan PNG menghasilkan nilai transaksi sekitar Rp25,8 Miliar sepanjang 2016. Total ada 166 ribu warga PNG yang masuk ke Skouw. Bahkan, aktivitas transaksi di Pasar Skouw ini 95% dikuasai oleh masyarakat PNG. Masyarakat di sana memakai 2 mata uang untuk bertransaksi, yaitu rupiah dan kina.
“Penyelenggaraan Festival Crossborder di Papua secara keseluruhan selalu menarik. Ada banyak warga PNG yang masuk. Secara ekonomi tentu sangat bagus bagi masyarakat Papua di perbatasan. Yang jelas, kami sudah siapkan formulasi baru untuk event-event berikutnya di sana.
Selain itu kebijakan Menteri Pariwisata Arief Yahya bahwa Border Tourism tidak hanya mempererat kembali tali silaturahmi antar warga yang bermukin di perbatasan ke dua negara tetapi juga sebagai destinasi baru dan pusat ekonomi yang baru bagi warga disekitar perbatasan,” tutur Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauziyani.
Menelorkan energi positif, Festival Crossborder Keerom 2018 membuat Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya terlihat sangat sumringah. Menteri yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan jadi #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok menjelaskan, musik reggae hingga wisatawan PNG menjadi satu paket setiap episode Festival Crossborder di Bumi Papua.
“Tujuan dari beragam event adalah untuk menghidupkan aktivitas ekonomi, khususnya di perbatasan. Hal ini tentu sesuai dengan arah kebijakan pembangunan Presiden Joko Widodo. Khusus Papua, saat ini musik reggae menjadi formulasi ideal untuk menarik massa PNG dan semakin menghidupkan ekonomi di sana. Kami yakin, masyarakat crossborder Papua semakin sejahtera,” tutupnya. (*)