Dikunjungi Menteri, Adrenalin Final Nias Pro 2019 Makin Klimaks

oleh -1,538 views

Nias – Tiga menteri Kabinet Kerja mengunjungi Pantai Sorake di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (14/9). Mereka adalah Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly. Kehadiran ketiganya membuat para peserta final Final WSL Nias Pro 2019 makin bersemangat.

Perwakilan World Surf League (WSL) Indonesia Tipi Jabrik mengaku mendapat suntikan semangat dan rasa bangga dikunjungi para menteri tersebut. Terutama petinggi pariwisata yakni Menpar Arief Yahya. Ia berharap ada perhatian khusus pada olahraga surfing, sehingga nantinya ada series khusus yang mengusung tagline Wonderful Indonesia.

“Saya kira, surfing bukan hanya olahraga biasa. Tetapi juga ada unsur pariwisata karena aktifitas ini dilakukan di pantai, yang notabene banyak dikunjungi wisatawan. Kejuaraan surfing sangat cocok dijadikan sport tourism yang terbuka untuk peserta mancanegara. Saya terharu, karena ini bentuk keperdulian pemerintah kepada kami,” ujarnya.

Menurut Tipi, Sorake adalah salah satu pantai yang memiliki right hander atau ombak kanan terbaik di dunia yang dicari para surfer. Tingginya bisa mencapai 15 meter di bulan-bulan tertentu. Contohnya di bulan April hingga September. Lebih menantang lagi saat bulan purnama tiba.

Ombak Pantai Sorake bisa bergulung utuh hingga ke bibir pantai, dan punya 11 kali gelombang sebelum pecah. Ombaknya juga punya lima tingkatan berbeda, sehingga surfer bisa beraksi dengan berbagai gaya. Menariknya lagi, ombak di Pantai Sorake selalu muncul tanpa ada jeda waktu.

Diakui Tipi, Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang sangat besar, khususnya pada olahraga selancar. Selain Pantai Sorake di Nias Selatan, ada juga Pantai Plengkung atau G-Land di ujung selatan Banyuwangi. Bagi para peselancar, G-Land memiliki ombak terbaik di dunia setelah Hawaii. Tinggi ombak bisa mencapai 8 meter dengan panjang 2 kilometer.

Selanjutnya ada Pantai Bangko-Bangko atau biasa disebut Desert Point di di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat. Ini adalah lokasi surfing favorit di dunia nomor 6 versi International surfing Association. Memiliki ombak kiri dengan tipe ombak yang tidak mudah pecah dan berbentuk dinding cekung selama 10 detik. Atau bahkan mencapai 20 detik lamanya dengan dinding terpanjang yang mencapai 300 meter.

Lalu ada pantai di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Beberapa spot selancar dengan ombak yang besar dan tinggi, antara lain berada di Desa Bosua (3 meter), Pulau Nyang Nyang di Desa Katurei (4 meter), dan Pulau Karamajat (2-4 meter). Dengan banyaknya spot inilah, Kepulauan Mentawai bisa disebut surga bagi para peselancar.

Tempat surfing terbaik Indonesia lainnya adalah Tanjung Setia di Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Pantai ini menyuguhkan gulungan ombak sempurna dengan ciri khas ketinggian mencapai 6-7 meter, serta panjang sekitar 200 meter. Ombak yang tinggi di pantai ini biasanya berlangsung pada bulan Juni hingga Agustus.

Berikutnya ada Pantai Nihiwatu di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pantai ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dan masuk pada urutan ke-17 sebagai tempat surfing terbaik di dunia versi Surfing Magazine. Banyak penggemar surfing penasaran untuk menaklukan gelombang besar di pantai ini, yang oleh para peselancar disebut God’s Left.

Tak kalah populer dari itu, ada Pantai Uluwatu di Bali. Pantai ini banyak dikunjugi oleh peselancar kelas dunia dari mancanegara, hanya untuk menaklukan keganasan ombak Samudera Pasifik yang bisa mencapai ketinggian 7 meter. Selain sebagai lokasi surfing kelas dunia, Pantai Uluwatu juga memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan pasir putih yang bersih, serta bukit-bukit karang yang mempesona.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Indonesia patut bangga karena memiliki potensi wisata bahari yang luar biasa, khususnya untuk olahraga surfing. Tak salah jika Kemenpar juga mendukung gelaran Nias Pro International Surfing 2019 di Nias Selatan.

“Surfing merupakan jenis sport tourism yang diyakini mampu memberi dampak ekonomi secara langsung bagi masyarakat. Setiap event berlangsung, para peselancar bisa tinggal lebih dari sepekan. Artinya, mereka akan mengeluarkan banyak uang untuk kebutuhan selama mengikuti kegiatan,” terangnya.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati menambahkan, Nias Pro International Surfing adalah kejuaraan surfing tingkat dunia yang terselenggara atas kerjasama antara Pemkab Nias Selatan dengan World Surf League (WSL) dan Asian Surfing Championship (ASC). Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 10-15 September, dan merupakan salah satu rangkaian kegiatan Sail Nias 2019.

Nias Pro International Surfing diikuti 124 peserta. Dengan rincian untuk peserta dalam negeri sebanyak 22 orang. Terbagi pada kategori Man Qualifying Series 3000 sebanyak 16 orang, dan kategori Woman Qualifying Series 1000 sebanyak 6 orang. Sementara untuk peserta luar negeri tercatat 102 orang, berasal dari 15 negara. Dari jumlah itu, untuk kategori Man Qualifying Series 3000 ada 84 orang, dan Woman Qualifying Series 1000 ada 18 orang.

“Para peserta umumnya adalah surfer profesional yang sudah sering mengikuti berbagai kejuaraan. Di sini, mereka akan memperebutkan total hadiah sebesar 80 ribu dolar AS. Dengan pembagian untuk kategori Man sebesar 75 ribu dolar AS, dan kategori Women sebesar 5 ribu dolar AS,” bebernya.

Apresiasi tinggi disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya kepada penyelenggara Nias Pro International Surfing 2019. Menurutnya, pemerintah daerah cukup jeli dan pro aktif dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki, sehingga bisa diangkat menjadi atraksi pariwisata yang sangat menarik.

“Sebagai spot suring terbaik di Tanah Air, Pantai Sorake harus dimanfaatkan dengan maksimal. Ini merupakan anugerah besar dari Tuhan yang harus dijaga, dan akan menjadi magnet besar untuk menarik wisatawan mancanegara,” tandasnya.(****)

No More Posts Available.

No more pages to load.