DENPASAR – _Blended activity_ Kemenparekraf/Baparekraf melegitimasi kesiapan Daya Tarik Wisata (DTW) Kesiman menerima arus kunjungan wisatawan _New Normal_. Apalagi, DTW Kesiman mendapat suplemen khusus program Bimbingan Teknis (Bimtek) SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, dan Aman), Minggu (6/9). Program ini otomatis menaikkan posisi tawar DTW.
Program unggulan _blended activity_ Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan BISA resmi digulirkan Minggu (6/9). Lokasinya berada di Tukad Bindu, Kesiman, Denpasar, Bali. Program ini diikuti sekitar 100 orang peserta. _Background_-nya pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak Covid-19. Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Riwud Mujirahayu menungkapkan, Kesiman siap terapkan pariwisata berbasis _New Normal_.
“DTW Kesiman sudah sangat siap menyambut wisatawan _New Normal_. Potensi pariwisatanya sangat besar seperti, alam, budaya, hingga beragam produk ekonomi kreatifnya. Kesiman tetap menerapkan protokol kesehatan secara penuh,”ungkap Riwud yang mewakili Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya, Minggu (6/9).
Menawarkan sisi eksotisnya, Kesiman memiliki beragam konten budaya. Sebut saja, tradisi Ngerebong atau berkumpul yang terus dilestarikan. Tradisi Ngerebong dipercaya bisa mengumpulkan para Dewa. Pelaksanaan upacaranya setiap 6 bulan sekali, yaitu 8 hari setelah Hari Raya Kuningan. Tepatnya pada Minggu atau Redite Pon Wuku Medangsia.
Tradisi Ngerebong biasanya dipusatkan di Pura Petilan. Penyelenggaraannya meriah dengan pagelaran seni tradisional, tebaran bunga cantik, hingga penjor. Selain warna budaya, DTW Kesiman juga memiliki _spot_ unik. Ada Puri Kesiman yang lekat dengan sejarah perang kemerdekaan Puputan Badung. Puri ini sejatinya peninggalan Kerajaan Badung yang dibangun tahun 1779.
Selain DTW, Kesiman juga didukung beragam produk ekonomi kreatif. Ada beragam jenis kuliner yang dikembangkan di Kesiman, selain kerajinan tangannya. “Kami akan _support_ penuh produk kreatif dan DTW. Ada banyak produk kreatif yang layak jual di sini. Untuk itu, program _blended activity_ ini digulirkan. Mereka kini bisa mengemasnya sendiri dengan bagus lalu memasarkannya secara digital,” terangnya.
Digital menjadi konsep pemasaran ideal bagi produk ekonomi kreatif Kesiman. Sebab, potensi pasarnya luas. Mengacu informasi Dinas Pariwisata Denpasar, sekitar 80% masyarakat melihat _handphone_ usai bangun tidur. Rata-rata individu melihat _handphone_ sebanyak 110 kali dalam sehari. Semakin menarik, mereka hampir 84% membeli produk secara _online_. Lalu, miliaran orang mengakses media sosial.
“Sama seperti daerah lain, pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif akan semakin produktif. Selain jumlah karena peguatan pasar, kualitas produk mereka secara menyeluruh juga terangkat. _Blended activity_ ini memang didesain untuk memanfaatkan potensi yang ada. Yang pasti, branding bahkan penjualan secara _online_ sangat efektif,” jelas Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Muh. Ricky Fauziyani.
Terus menumbuhkan rasa optimisme di DTW, rangkaian _blended activity_ Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan BISA di Kesiman ditutup dengan aksi bersih-bersih. Para peserta program pun dibagi jadi 3 kelompok besar. Mereka membersihkan 3 zonasi kawasan di sepanjang Tukad Bindu. Kepala Bidang Pemasaran Wisata Dinas Pariwisata Denpasar Putu Riyasti mengatakan, strategi pemasaran sangat vital bagi produk DTW secara keseluruhan.
“Potensi DTW Kesiman sangat besar dan beragam. Media pemasarannya juga luas, khususnya melalui daring. Irisan pasarnya besar. Untuk itu, dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat. Program _blended activity_ ini sangat ideal menjembatani kebutuhan DTW Kesiman. Sebab, kebutuhan era digital saat ini dijawab melalui program Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan BISA,” katanya.(*)