TOBA – Bimbingan Teknis (Bimtek) SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, dan Aman) di Toba terasa lebih fresh. Pemicunya sajian kekayaan lokal berupa Gondang Naposo, Sabtu (26/9). Kehadirannya semakin menguatkan daya tawar Destinasi Super Prioritas Danau Toba.
Gondang Naposo familiar sebagai Pesta Naposo menjadi media komunikasi kaum muda di kawasan Danau Toba. Budaya ini juga menjadi tanda tingkat kedewasaan dan kemandirian seseorang. Lebih lanjut, tidak jarang digunakan sebagai media untuk mencari jodoh. Tradisi tersebut biasanya digelar saat bulan purnama pasca upacara Asean Taon.
“Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan Gerakan BISA jadi sara branding Danau Toba yang bagus. Kami sengaja tampilkan salah satu budaya lokal melalui Gondang Naposo. Ada banyak pesan kebaikan yang disampaikannya. Sajian Gondang Naposo ini bisa jadi obyek fotografi ideal dari Bimtek. Terima kasih Kemenparekraf warga kami kini semakin paham dengan fotografi,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Toba Jhon Piter Silalahi, Sabtu (26/9).
Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi dan Gerakan BISA kini diluncurkan di Pardamean Sibisa, Toba, Sumatera Utara. Jumlah pesertanya mencapai 100 orang. Backgroundnya para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak Covid-19. Terbagi dalam beberapa kelompok, peserta Bimtek mendapatkan materi berupa pengetahuan dasar fotografi dengan memakai smartphone.
“Menyikapi masa transisi New Normal, branding masif menjadi kebutuhan vital. Sebab, kami harus bisa meyakinkan publik dan menghadirkan wisatawan ini kembali di Danau Toba. Kami gembira karena ada transformasi pengetahuan fotografi sebagai media branding. Alat yang digunakannya sederhana, yaitu smartphone,” tutur Jhon.
Smartphone menjadi benda yang lekat dengan kehidupan masyarakat saat ini. Pirantinya sudah lengkap, apalagi terdapat fasilitas kamera di dalamnya. Ketersediaan pangsa pasarnya juga kompetitif. Hingga Februari 2020, jumlah pengguna internet mencapai 272,1 juta orang. Artinya, sekitar 64% masyarakat di Indonesia mengakses dunia maya. Rentang usianya sangat merata 16-64 tahun.
“Untuk menaikan produktivitas sebuah destinasi memang dibutuhkan branding yang optimal. Untuk itu, kontennya harus dibuat menarik. Bimtek ini menjadi momentum terbaik untuk sharing pengalaman. Saya gembira melihat potensi luar biasa peserta Bimtek. Mereka sangat berpotensi,” kata Fotografer Profesional Bersertifikat Denny Herliyanso yang menjadi Narasumber di Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi.
Untuk menghasilkan karya foto yang menarik, beragam tips diberikan melalui Bimtek. Peserta diajak mengerti fokus terhadap obyek. Mereka juga dituntut menampilkan hal berbeda baik teknik, sudut foto, atau momentumnya. Ada juga pemahaman foto yang bercerita detail. Hal tersebut menyangkut pesan yang ingin disampaikannya kepada pasar.
“Pemanfaatan pasar digital harus dioptimalkan. Branding kuat harus dilakukan secara kontinyu, apalagi momentumnya ada melalui masa New Normal. Penguatan konten dengan menaikan kapabilitas sumber daya manusianya sudah ideal. Mereka akan menghasilkan banyak karya kreatif yang positif,” terang Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya.
Lebih lanjut, para peserta juga diajak memahami beragam peralatan yang digunakannya. Mengandalkan potensi smartphone, peserta diajak mengenali obyeknya. Tujuannya untuk memunculkan image dan nilai mutu. Berikutnya, ada komposisi obyek yang membuat orang menjadi tertarik atau tidak. Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Muh. Ricky Fauziyani menjelaskan, popularitas destinasi semakin naik.
“Destinasi Danau Toba akan semakin populer dengan branding masif. Sebab, ada beragam daya tarik yang ditawarkan. Selain alam dan budayanya, Danau Toba dikuatkan dengan aneka produk ekonomi kreatifnya yang unik dan berkualitas. Bimtek SDM Ekonomi Kreatif Fotografi ini memberikan sentuhan luar biasa,” jelas Ricky.
Usai sesi penyampaian materi, peserta Bimtek langsung diajak mengeksplorasi skill di luar kelas. Mereka membidikkan kamera smartphone pada obyek, terutama produk ekonomi kreatif yang mereka hasilkan. Berikutnya, konten foto yang dihasilkan peserta Bimtek dievaluasi bersama-sama. Analis Kebijakan Ahli Madya Koordinator Edukasi 2 Jemmy Alexander memaparkan, biaya branding bisa dibuat minimal.
“Menghasilkan konten berkualitas tidak harus memakai alat yang mahal. Dengan smartphone peserta kini bisa menghasilkan konten branding berkualitas. Tips dan treatmentnya sudah diberikan, termasuk penerapannya langsung. Kalau ditangani mandiri oleh para peserta, biaya branding bisa minimal tapi hasilnya akan maksimal,” tutup Jemmy.(***)