Kemenpar Gandeng Semua Airlines untuk Perkuat Akses ke Destinasi Wisata

oleh -1,545 views

JAKARTA – Beruntung! Kementerian Pariwisata dipimpin oleh Dr Ir Arief Yahya MSc. Doktor Strategic Management ini sudah teruji sukses membuat nilai kapitalisasi pasar PT Telkom Indonesia double, dalam kurun waktu 2 tahun selama dia pimpin. Kemenpar pun juga melejit, dan diakui dunia, termasuk UNWTO – United Nation World Tourism Organization, PBB nya pariwisata saat dia menjadi menterinya.

Salah satu hal yang paling menonjol dari karya Arief Yahya adalah selalu menciptakan rumus, dan menulisnya di CEO Message. Rumus itulah yang terus diuji, dalam setiap perkembangan era, sehingga menjadi framework yang terpercaya. Contoh konkretnya adalah Strategi Pengembangan Destinasi, rumusnya 3A.

Atraksi, Akses, Amenitas, dan biasa disingkat 3A. “Bagi insan pariwisata, dan industri yang bergerak di sana, rumus Pak Menteri Arief Yahya itu betul-betul sudah mendarah daging. Dulu saat saya masih menjadi Kadispar Kepri, rumus 3A ini benar-benar kita sosialisasikan sampai ke
level Kab-Kota, dan mudah dimengerti,” ujar Guntur Sakti, Karo Komblik, Kemenpar, di Jakarta, Senin 9 Juni 2019.

Rumus 3A ini, kata Guntur Sakti, sudah diimplementasikan sejak lama, 2015. Produk pariwisata itu namanya Destinasi. Customernya adalah Originasi atau travellersnya. Nah, agar menjadi destinasi yang hebat maka harus kelas dunia. 3A-nya juga harus kelas dunia.

Atraksinya harus world class. Bisa didorong menjadi destinasi kelas dunia, karena akan bersaing dengan negara tetangga yang juga membranding dan memperkuat produknya, berebut customers.

“Akses juga harus world class, bahkan khusus Destinasi Prioritas wajib punya 3A (Akses) yang kelas dunia juga. Baik Airports, Airlines, maupun AirNavigation dan Authority, dalam hal ini Kemenhub,” ungkap Guntur yang berkali-kali mendengar langsung presentasi Menpar Arief Yahya.

Kerjasama Airlines, seperti yang sedang disorot di banyak media itu, lanjut Guntur Sakti, bukan barang baru. Sejak 2017 – 2019, sudah terjalin kerjasama dengan hampir semua airlines, termasuk Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya, Nam, Lion Group, dan Air Asia. “Bahkan dalam roadshow, Pak Menpar Arief Yahya mendatangi semua airlines itu,” jelas Guntur.

Selain itu, juga mendatangi Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II yang mengurus terminal dengan segala teknologi dan masterplan nya. Lalu berkali kali mengunjungi Air Navigation, yang mengatur lalu lintas pesawat di udara. “Dan tentu, ke Kemenhub, yang punya slot, izin terbang, dan semua regulasi udara,” ungkap Guntur.

Mengapa perhubungan udara begitu penting? Iya, sejak menjabat Menpar, Arief Yahya fokus pada inbound flow, wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia 75% via udara. Tahun 2019 ini persentase itu mulai berkurang, dengan program crossborder, tourism hub, dan cruise.

Dengan target kenaikan rata-rata per tahun harus 21%, maka yang harus didorong adalah seats capacity airlines yang masuk ke Indonesia. “Maka semua airlines kita undang terbang membawa wisatawan ke Indonesia, terutama destinasi wisata,” ungkapnya.

Tanpa menghitung seats capacity, atau kapasitas passangers yang masuk via udara, tidak mungkin bisa menepati targat 20 juta di 2019 yang ditetapkan Presiden Jokowi. “Maka setiap tahun harus meng-create seats capacity! Istilah beliau harus berani supply yang mengcreate demand,” kata Guntur.

Jadi, dengan airines yang ada saja, tidak akan cukup mengejar target. Apalagi dari yang ada, banyak yang menutup rute-rute ke destinasi wisata. “Lombok itu destinasi super prioritas, selain Borobudur, Danau Toba dan Labuan Bajo. Maka Lombok itu sangat strategis,” ujar Karo Komblik Kemenpar.

Kemenpar sangat membutuhkan airlines, yang diibaratkan sebagai alat produksi dalam bisnis services. Apalagi pintu udara masih besar persentasenya, membawa wisatawan. Indonesia adalah negeri kepulauan. Airlines juga membutuhkan atraksi di destinasi, sebagai daya tarik akan orang mau berwisata.

Maka, wajar di semua inflight magazines selalu menampilkan liputan utamanya destinasi wisata, baik alam, budaya maupun buatan. Karena ada hubungan timbal balik yang kuat itulah Kemenpar menggandeng semua airlines. “Sekali lagi, bukan hanya Air Asia, tapi semua airlines diundang untuk bekerjasama dengan Kemenpar,” ungkap Guntur.

Kerjasama dengan Garuda Group, yang milik BUMN juga dilakukan dengan porsi yang paling besar. “Bahkan sejak 2010 sudah mempunyai MoU dengan Garuda, dimana Garuda selalu kita berikan free space, di tempat terdepan, setiap pameran di pasar yg diterbangi Garuda,” katanya.

Bukan hanya itu, lanjut Guntur, dengan Garuda di Australia tahun 2018 ada aktivasi kegiatan Consumer Selling, B2C dengan nama Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) di 3 kota yang merupakan originasi terbesar di Australia. Yakni, Perth dengan Venue: Carousel Westfield, 7-9 Desember 2018, luas lahan untuk acara yang didedikasikan buat Garuda, 6m x 3m.

Lalu di Melbourne, Venue: Melbourne Central pada 7-9 Desember 2019, dengan
lahan: 8m x 8m. Dan, Sydney di Martin Place Outdoor, 10-11 Desember 2018 dengan lahan cukup luas, 15m x 20m.

Selain penyelenggaraan kegiatan, dilakukan pre-event campaign di media cetak dan online. Campaign di media cetak berupa pess ads di the West Australian, Sydney Morning Herald, dan the Age. Adapun on-event coverage dilakukan oleh online media yaitu Indobuletin dan Indomedia, radio oleh BBC Australia.

Hal serupa juga dilakukan di Singapore yang disupport oleh Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar. Tentu, masih banyak lagi, untuk campiagne dengan market Pemasaran II Kemenpar juga.

Di Jepang misalnya, keikutsertaan Garuda pada kegiatan tahun 2018: Ada di Marine Diving Fair 2018, Consumer Selling Osaka kerjasama dengan HIS, Famtrip Kerjasama dengan KJRI Osaka ke Jawa Timur (Surabaya, Ponorogo, Bromo), Long Stay Fair Trade Show 2018, Business Gathering Tokyo dan Osaka 2018.

Tahun 2019 dilanjutkan dengan Marine Diving Fair 2019, Kanku Tabihaku 2019, Blue Ocean Fes Kansai 2018, Business Gathering Tokyo dan Osaka 2019 – Juli 2019, Tourism Expo Japan 2019 -24 sd. 27 Oktober 2019, Long Stay Fair 2019 – 23 November 2019.

Pertanyaannya, apakah itu sudah cukup? Untuk menjemput target 20 juta di 2019? Jawabannya belum. Apakah masih akan menggandeng airlines lain untuk menerbangi destinasi wisata prioritas? “Jelas! Karena rumus 3A, Atraksi Akses Amenitas, harus dikembangkan serentak, paralel!” kata Guntur.

Apakah akan tetap bekerjasama dengan penerbangan dalam negeri? “Tentu. Kalau Kemenpar spiritnya Indonesia Incorporated, semua industri yang terkait dengan 3A, dirangkul. Termasuk industri airlines. Tetapi ujungnya kan tidak semua industri itu mau, dan serius berkomitmen untuk memajukan pariwisata Indonesia,” jawabnya.

Apakah akan menggandeng maskapai nasional? “Dengan senang hati, dan ini bukan yang pertama. Inisiatif nya pun, dari Kemenpar, karena rumus 3A, salah satunya adalah Akses!” (***)

No More Posts Available.

No more pages to load.