Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengajak musisi untuk terus berkarya dan meningkatkan kreativitas di masa normal baru.
Plt Deputi bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh, dalam virtual talkshow “ORKESMU” (Obrolan Kreatif Seputar Musik) bertajuk Tetap Asik Bermusik dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru, Kamis (9/7/2020), mengatakan kreativitas dan inovasi adalah kekuatan dari sumber daya manusia.
Frans menuturkan, mengasah inovasi dan kreativitas pekerja seni, dalam hal ini musisi, selalu menjadi prioritas Kemenparekraf/Baparekraf dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia ekonomi kreatif. “Kita punya visi menghadirkan orang-orang kreatif dan hebat yang memberikan kontribusi dalam kegiatan pengembangan budaya terutama dalam kerja kreatif,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Frans, Kemenparekraf/Baparekraf terus berupaya mendukung para pekerja seni untuk terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas. Salah satunya, dengan pelaksanaan pertunjukan musik virtual di masa pandemi COVID-19.
“Virtual itu pasti sesuatu yang sangat penting, tapi mengasah rasa ini membutuhkan kerja-kerja yang prima dari semua stakeholder,” ujar Frans. Ia menuturkan Kemenparekraf/Baparekraf juga mempersiapkan protokol kesehatan yang mengedepankan prinsip CHSE (Cleanliness, Health, and Safety Environment) sehingga para promotor acara musik, musisi, dan penikmat musik dapat menikmati konser di tempat terbuka dengan tetap menjaga diri agar tidak terjangkit COVID-19.
Diskusi ini menghadirkan narasumber dari kalangan musisi dan promotor musik. Mereka adalah Gitaris Band Gigi, Dewa Budjana; composer Tya Subiakto; jurnalis musik senior sekaligus pendiri koran Slank, Buddy Ace; serta CEO Deteksi Production, Harry Koko dan Toar RE Mangaribi selaku moderator.
Buddy Ace menilai dalam rangka mengembangkan kreativitas dalam berkarya, seorang musisi harus menonjolkan identitas kulturalnya yang dapat membedakannya dengan musisi lain.
“Kalau kita mau bersaing dengan Korea, kita harus memperkuat identitas akar kultural, itulah makna yang berkembang menjadi brand,” ungkap Buddy.
Sementara, Tya Subiakto mengajak para musisi untuk senantiasa berinovasi dan tidak kaku dalam berkarya. Tak hanya itu, Tya juga mengajak para musisi untuk mengubah cara pandang terhadap pandemi COVID-19 dari sebuah bencana menjadi suatu kesempatan.
“Kita harus menyikapi bencana sebagai kesempatan. Semoga kita semua bisa survive dan bangkit dan menghadapinya dengan apa yang ada di kita. Ayo kita asah skill kita, ayo kita manfaatkan dan mencari rezeki di bidang kita yaitu kreatif,” ungkap Tya.
Dalam kesempatan ini, Harry Koko juga memberikan masukan mengenai penerapan protokol kesehatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan konser musik di masa normal baru. Masukan tersebut ialah pembuatan surat pernyataan patuh protokol kesehatan yang ditandatangani oleh pengunjung konser.
“Di masa adaptasi kebiasaan baru ini, selain protokol kesehatan, pembeli tiket juga disuruh membuat pernyataan agar mau diatur promotor. Jika mereka tidak patuh protokol kesehatan akan kami perlihatkan bukti pernyataan mereka yang mereka tandatangani,” ujar Harry.
Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Muh. Ricky Fauziyani menambahkan, kedepannya pihaknya akan terus menghadirkan acara serupa dalam upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia khususnya di sektor ekonomi kreatif.
“Setiap kegiatan akan dibuat sebagaimana layaknya seminar _offline_ dengan memberikan ‘panggung’ kepada para pelaku seni. Tidak hanya sebagai daya tarik dalam acara, tapi juga memberi peluang bagi pekerja seni tetap berkarya di tengah pandemi,” kata Ricky Fauziyani.