JAKARTA – Angkasa Pura II benar-benar luar biasa. Selalu menghadirkan keseruan di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Termasuk di Terminal 3. Pada 27 Desember 2019, Angkasa Pura II sukses bikin impresi positif ke wisatawan mancanegara yang turun via Jakarta. Pentas Reog Ponorogo dihadirkan dan menyatu dalam satu lantai, satu panggung, satu titik di arriving hall bandara.
Begitu dekat dan menyatu dengan travelers yang landing, dan lolos dari pemeriksaan Imigrasi menuju conveyer belt bagasi. Tidak ada jarak. Tidak ada barikade. Persis aslinya, pentas Reog selalu satu level dengan audience.
Tetabuhan yang kencang dan bersemangat, berirama untuk bergoyang pun mewarnai suasana hall. Satu satu, para penari dengan kostum khas Reog Jawa Timuran itu berjalan, berjoget, mengikuti irama. Asyik sekali.
“Sebuah terobosan luar biasa. Para pelancong yang masih terkaget-kaget, bertanya-tanya. Ada apa ini? Apa yang mereka lakukan? Lalu mengeluarkan handphone dan buru-buru mengambil kameranya. Ada yang merekam gambar, ada yang live di Instagram, ada yang memilih mode video, lalu serius mengamati pergerakan tarian penyambutan ala reog itu dari screen,” puji Staf Khusus Menpar Media dan Komunikasi era Arief Yahya, Don Kardono, Sabtu (28/12).
Menurutnya, sambutan tersebut tidak hanya disambut bahagia. Tarian itu juga memboosting mood wisatawan saat menginjakkan kaki pertama di Indonesia. Negara yang kaya budaya, dan indah alamnya.
“Traveler begitu terpesona. Mereka menemukan first impressions. Mirip dengan cinta pertama, dari pandangan pertama. Manajemen AP2 sedang membuat surprise, dari kesan pertama. Kalau kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda..,” ujarnya.
Kesan itulah yang di-create. Kesan yang positif. Yang membuat mereka jatuh hati. Dan semua orang sadar, kalau sudah jatuh cinta, sehambar apapun rasanya tetap manis.
Dijelaskan Don, ada pepatah, darimana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali. Darimana datangnya cinta, dari mata turun ke hati. Kalau diterapkan dalam manajemen, darimana datangnya customers loyality? Dari service of excellent. Dari kesan yang mendalam, dan membuat tak bisa ke lain hati.
“Sama dengan yang didesain oleh Dirut AP2 @mawaluddin, bagaimana membuat travelers jatuh cinta dengan alam dan budaya Indonesia? Salah satunya menyapa mereka saat masih bangun tidur dari perjalanan panjang yang melelahkan dan menjemukan,” terangnya.
Disambut dengan art performing yang menampilkan kekayaan budaya Indonesia. Mereka sebagai customers, merasa tersanjung, merasa dihormati, diperlakukan dengan sangat baik, jauh di luar ekspektasi mereka. Surprise yang luar biasa.
AP2 ini bukan kali pertama melakukan gebrakan. Dalam membangun ekosistem pariwisata, sejak turun bandara. Sebelumnya, hal serupa juga dilakukan dengan menyambut visitors melalui arts performance tradisi Minangkabau Sumbar, Betawi Jakarta, Tarian Sajojo Papua, dan lainnya.
Kalau kesan awal sudah kena, maka harus diikuti dengan ekosistem lain di pariwisata. Pengembangan destinasi itu ada 3A, Atraksi, Akses, Amenitas. Nah, di Akses sendiri ada Airport, Airlines, Authority atau kemudahan untuk masuk. Satu lagi, perjalanan dari Bandara menuju ke Amenitas atau Akomodasinya. Juga harus connect, misalnya harus bisa menjelaskan dengan baik, tarian Reog yang dimainkan di bandara tadi.
“Saya membayangkan, sopir taxi atau bus, atau kereta yang melanjutkan membawa mereka ke hotel, menjelaskan keunikan, detail dan sekaligus mempromosikan destinasi mana saja, apa saja, lalu mereka akan explore sendiri dengan Google Maps, Google Street View, Google Earth dan lainnya. Mereka juga akan melihat Wikipedia, soal Reog Ponorogo, Dadak Merak, Warok, Jathil, Ganong, Klono, Pengrawit dan lainnya. Wow, keren,” kata Don.
Sementara Dirut PT Angkasa Pura II M Awaluddin mengatakan bandara adalah kesan pertama yang dilihat traveler saat mengunjungi destinasi.
“Kesan pertama yang didapat traveler harus positif saat mengunjungi destinasi. Apalagi bandara juga menjadi wajah sebuah negara. Dari bandara keramahan sebuah bangsa akan dinilai,” tuturnya.(*)