KAHYANGAN.NET– Belitung bersiap menggelar Festival Geopark III. Event ini rencananya bergulir 24-25 November 2018. Festival Geopark III menawarkan perangkat keilmuan, estetika, kelangkaan, hingga pendidikan.
“Festival Geopark III ini event yang besar dan sangat penting. Ada banyak inspirasi yang bisa digali dari event ini. Sebab, geopark sendiri adalah situs besar yang sangat kompleks,” ungkap Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani, Jumat (23/11).
Festival Geopark III diawali dengan International Summer Course Program. Event ini akan dihadiri civitas akademika dari beberapa universitas mancanegara. Salah satunya, dosen dan mahasiswa dari Osaka University, Jepang.
Giri Adnyani menambahkan, kawasan geopark merupakan obyek penelitian yang sangat unik dan menarik.
“Kawasan geopark selalu menjadi obyek menarik untuk dikaji. Sebab, kawasan ini sangat beragam. Semua aspek ada didalamnya, mulai dari konservasi hingga menyangkut bisnis dan penerapannya. Dan lebih unik lagi, ada banyak sisi positif yang bisa dioptimalkan dari konsep geopark,” lanjutnya lagi.
Selama mengikuti program ini, para civitas akademika mancanegara ini akan mengunjungi 10 geosites di Geopark Belitong. Mereka akan mendapat transformasi beragam pengetahuan melalui kuliah lapangan.
“Kawasan geosites di Belitung ini memiliki karakter sangat khas. Yang jelas, optimalisasinya memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Ada banyak wisatawan yang datang,” tegasnya.
Kawasan raksasa geopark Belitung sangat berpotensi mendatangkan wisatawan. Apalagi dengan beragam atraksi. Hal ini terlihat dari Festival Tanjung Kelayang 2018, beberapa waktu lalu. Festival ini dikunjungi tidak kurang dari 25.000 wisatawan. Dari jumlah itu, slot wisman minimal 1.000 orang.
Kehadiran wisatawan memberi impact ekonomi secara riil. Rata-rata kemampuan spending wisman USD50 hingga USD100 per orang sehari. Ada potensi perputaran uang USD500 Ribu sepanjang penyelenggaraan Festival Tanjung Kelayang. Angka ini murni memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan/minum, belanja, hingga voucher bagi telekomunikasi saja.
“Keseimbangan konservasi dan aspek bisnis atau ekonomi tercapai di Geopark Belitong ini. Semuanya bisa berjalan beriringan. Geopark ini memang selalu memberikan value positif bagi masyarakat. Hampir semua geopark ini memberikan manfaat besar,” ujar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Masruroh.
Mengacu pemanfaatan geopark, ilustrasi terbaik pun dihadirkan oleh Geopark Gunung Sewu. Berada masing-masing di tiga provinsi sekaligus kabupaten, Geopark Gunung Sewu memiliki profil luar biasa. Geopark ini memberikan Pedapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp41,514 Miliar. Jumlah ini naik Rp3,577 Miliar dari tahun 2016 atau senilai Rp37,936 Miliar.
“Keseimbangan selalu tercapai di berbagai linkungan geopark. Geopark Belitong atau Gunung Sewu jadi contoh terbaik pengelolaan konservasi alam berbasis ekonomi. Semua mendapatkan manfaatkannya. Lebih penting lagi, alam tetap lestari karena masyarakat ikut aktif terlibat menjaganya. Mereka memiliki rasa memiliki karena ikut merasakan langsung manfaatnya,” ujar Masruroh lagi.
Terlepas dari berbagai aspek tersebut, geopark juga memiliki kekayaan lain berupa arkeologi, ekologi, sejarah, dan budaya. Keberadaan geopark pun menjadi bentuk apresiasi atas estetika lingkungan demi pembangunan berkelanjutan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, masyarakat selalu merasakan manfaat langsung dari geopark ini.
“Festival Geopark III ini event yang besar. Ada banyak pengetahuan di sana, penyelenggaraannya pun diharapkan menelorkan formulasi baru terkait optimalisasi geopark. Jadi, potensi ini makin bermanfaat dan konservasi alam terus berlanjut. Dengan perkembangan yang ada, geopark selalu memebri manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat di sekitarnya,” tutupnya. (*)