JAKARTA – Nilai tawar dan potensi besar desa wisata terus diperkuat Kemenparekraf. Menyasar aspek Sumber Daya Manusia (SDM), ada 110 Perguruan Tinggi dipilih dan dilibatkan sebagai pendampingnya. Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama Pengembangan Desa Wisata tersebut dilakukan Kamis (27/2) siang. Lokasinya berada di Ballroom 3, Hotel Sultan, Jakarta.
“Potensi Desa Wisata sangat besar. Daya tawarnya tinggi karena diminati oleh wisatawan. Untuk itu, potensi tersebut akan dioptimalkan khususnya dari lini SDM-nya. Untuk menaikan kualitas, kami libatkan Perguruan Tinggi sebagai pendamping,” kata Sekretaris Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani, Kamis (27/2).
Penandatanganan kerjasama dilakukan Kemenparekraf dengan beberapa institusi. Selain 110 Perguruan Tinggi, ada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Ikut bergabung juga Kepala Dinas Pariwisata dari 27 provinsi hingga Tim Seleksi Proposal. Tim Seleksi Proposal berjumlah enam orang. Rinciannya, lima perwakilan Perguruan Tinggi dan seorang Pemerhati Pariwisata.
“Ada banyak elemen yang kami libatkan di sini. Dengan begitu, sasaran program pengembangan Desa Wisata akan tercapai secara optimal. Kedepannya, Desa Wisata bisa semakin optimal memberi manfaat ekonomi yang besar bagi masyarakatnya,” terang Giri Adnyani lagi.
Menguatkan sinergi kerjasama antar lini, ada beberapa sasaran yang dibidik Kemenparekraf. Kolaborasi ini sebagai tindak lanjut dari Program Pengembagan Desa Wisata. Treatment yang digunakan metode Pendampingan dan Pelatihan Desa Wisata. Ada juga Training of Trainer (TOT) bagi para dosen/pengajar yang mengajukan proposal Pendampingan Desa Wisata. Sasaran lain, Monitoring dan Evaluasi Program Pendampingan Desa Wisata.
“Kampus memiliki fungsi strategis untuk mendukung kemajuan pariwisata. Mereka itu sangat inovatif. Pasti ada banyak ide segar untuk memajukan Desa Wisata. Beragam terobosan baru sangat dibutuhkan untuk membuat Desa Wisata semakin menarik, selain kualitas dari SDM pengelolanya,” jelas Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh.
Ditopang 110 Perguruan Tinggi, mereka terbagi dalam tiga zona besar. Ada Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. Berasal dari 27 provinsi, DKI Jakarta memiliki slot terbesar dengan 12 Perguruan Tinggi. Lalu, di strip berikutnya ada Jawa Barat dan Bali dengan masing-masing slot sembilan Perguruan Tinggi. Untuk Jawa Tengah mendapatkan kuota tujuh Perguruan Tinggi.
Secara teknis, 110 Perguruan Tinggi pendamping akan melakukan pemilihan terhadap Desa Wisata yang akan dibina. Cara tersebut dilakukan dengan penilaian mandiri. Berikutnya, Perguruan Tinggi akan menyusun proposal pendampingan yang disertai beragam program lanjutannya. Frans menambahkan, penghargaan secara khusus diberikan kepada Kemendes PDTT.
“Semuanya akan disusun secara terukur. Nantinya, setiap proposal akan diseleksi oleh tim khusus yang sudah terbentuk. Lebih lanjut, kami secara khusus juga mengucapkan terima kasih atas keterlibatan aktif Kemendes PDTT. Mereka itu sangat fokus dan terus mendukung berbagai upaya pengembangan Desa Wisata,” lanjut Frans lagi.
Terlepas dari peran aktif Perguruan Tinggi tersebut, apresiasi harus diberikan kepada Kemendes PDTT. Sebab, mereka memberikan dukungan langsung melalui Dana Desa. Dengan kebijakannya, Dana Desa ini bisa digunakan untuk pengembangan wisata. Jumlah Dana Desa yang dialirkannya pun bertambah setiap tahunnya. Pada 2019, Dana Desa yang dialirkan sebanyak Rp70 Triliun.
Dana besar Rp70 Triliun tersebut dialirkan kepada 74.957 desa. Artinya, setiap desa mendapatkan aliran dana sekitar Rp933,9 Juta. Jumlah tersebut lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada 2018, Dana Desa yang dialirkan sebesar Rp60 Triliun dengan slot 74.957 desa. Mendapatkan kuota Rp800,4 Juta per desa, daya serapnya optimal mencapai 99,03%.
“Perhatian pemerintah kepada desa sangat besar. Melalui sinergi kuat lintas institusi/lembaga ini, kami optimistis Desa Wisata akan terus berkembang. Kualitas dan kesejahteraan masyarakatnya naik. Dengan begitu, Desa Wisata menjadi salah satu pilar dan penggerak perekonomian di daerah,” tutup Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Deputi Bidang Sumber Daya Dan Kelembagaan Kemenparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya.(*)