TANJUNG SELOR: Pentolan Payung Teduh, Is dengan branding barunya Pusakata hadir menghibur peserta di pergelaran Musik Alam 2K19, Tanjung Selor, Bulungan Kalimantan Utara (Kaltara), Minggu (29/9) malam. Penampilan Pusakata yang mampu memukau penonton ini menjadi akhir dari serangkaian acara Kayan Carnival Festival &Musik Alam 2K19 yang berlangsung sejak 27 September lalu. Sebelumnya Balawan yang ikut memeriahkan acara ini juga tampil memukau di hari Sabtu (28/9).
Pada penampilannya Pusakata membuka kehangatan malam dengan tembang Di Atas Meja. Tembang yang akrab di telinga penonton ini langsung membuat penonton histeris dan ikut bernyanyi. Selanjutnya penonton kembali histeris dengan tembang Kehabisan Kata.
Kehadiran Pusakata dalam sebuah festival musik alam itu mampu menyapa para pemuda Tanjung Selor yang sejak sore menantikannya. “Apa kabar Tanjung Selor,” kata Pusakata yang juga sempat membawakan tembang Tanah Air sebagai ekspresi kecintaannya pada NKRI. Di sini Pusakata juga mengajak penonton untuk peduli pada korban kebakaran hutan di Kalimantan dengan penggalangan dana secara spontan.
Tak kurang 10 tembang hits dibawakan Pusakata dan mampu membuat penonton tak beranjak. Selain tembang Di Atas Meja dan Kehabisan Kata, tembang lainnya yakni Jalan Pulang, Selalu Muda, Kita, Berdua Saja, Angin Pujaan Hujan, Bangun, Aku Kau dan Malam, Muram dan Akad.
Selain Pusakata, sejumlah musisi etnik diantaranya Ozan Ebil, Ganzerlano, Song Gunta, Adam Alaydrus dan Uyau Moris, juga tak kalah memukaunya. Mereka menampilkan musik-musik etnik yang mendekatkan diri pada alam.
Penampilan Pusakata di malam itu merupakan satu dari rangkaian acara Kayan Cernival Festival & Musik Alam 2K19. Menurut perwakilan dari Calender of Event (CoE) Kemenpar, Tazbir, pergelaran Kayan Carnival Festival & Musik Alam 2K19 ini sudah cukup sukses. Tazbir mengatakan pegelaran ini bisa menjadi andalan provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) untuk mendatangkan wisatawan.
Dikatakan Tazbir, memang kemenpar mendorong agar setiap provinsi saling berlomba membuat kreasi yang menampilkan potensi daerahnya. Sebagai provinsi yang belum lama terbentuk Kaltara pun mencoba membuat inovasi dan kreasi-kreasi yang bisa menarik wisatawan manca negara. Diantara kreasi itu yakni Kayan Carnival Festival dan Musik Alam ini yang digelar di Tanjung Selor.
“Untuk Kayan Carnival Festival, memang ini bentuk usaha kab Bulungan, khususnya dan kaltara umumnya untuk menyamai carnival daerah lain yang sudah berjalan dengan sangat bagus. Saya rasa ini sudah cukup bagus, meski memang ada beberapa masukan seperti jalannya diperpanjang agar bisa lebih semarak lagi, tapi secara garis besar sudah baik lah,” kata Tazbir.
Sementara untuk Musik Alam nya sendiri menurut Tazbir secara konsep bagus, tata panggung dan soundsistem bagus. Apalagi konsep yang diambil itu etnik yang dekat dengan alam. Musik dengan konsep dekat dengan alam ini pas mengingat Kaltara yang banyak memiliki hutan. “Borneo itu dikenal dengan hutannya. Jadi konsep musik alam ini saya rasa sudah pas jika kita ingin mengembangkan eko wisata berbasis alam,” kata Tazbir.
Sebagai wilayah yang memiliki hutan lebih banyak, kata Tazbir, kita tidak boleh kalah dengan Malaysia. “Jika disana sudah ada pergelaran musik alam, maka di sini kita harus membuatnya lebih baik lagi. Jika mereka gencar mempromosikan Serawak Borneo, maka kita promosikan the real Borneo, karena wilayah kita lebih luas dan hutannya lebih banyak,” tutur Tazbir.
Menurut Tazbir ke depan gelaran Musik Alam ini harus bisa dipromosikan lebih luas lagi. Ia juga menyarankan agar Kayan Carnival Festival dan Musik Alam dibuat terpisah. Agar kedua event itu bisa lebih besar lagi dan penyelenggara lebih fokus lagi.
“Ya ke depan promosinya harus lebih gencar lagi. Harus ada spanduk atau apalah yang bisa dipasang di airport, pelabuhan. Informasi harus sampai viral di tarakan,” kata Tazbir.
Sementara itu Menpar Arief Yahya mengatakan sebagai wilayah perbatasan, Kaltara memiliki pasar yang lebih luas untuk wisman negara-negara tetangga. “Kalltara merupakan pintu masuk ke Indonesia bagian utara. Sebagai wilayah perbatasan ia harus pandai membuat event menarik yang bisa memancing wisman tetangga untuk datang ke rumah kita. Membelanjakan uangnya di rumah kita,” kata Arief Yahya.
Bagi Arief Yahya, Festival Musik Alam 2019 semakin menegaskan betapa menariknya menggelar konser di Indonesia. Karena alam Indonesia menawarkan experience yang lebih beragam. Keindahan lanskap nusantara sangat cocok untuk seru-seruan nonton konser musik.
Selain itu konser musik di alam terbuka kini menjadi sebuah tren yang tengah digandrungi di dunia. Sebut saja Glastonbury di Inggris, Pate The Monkey di Normandia, Cappadox di Turki, atau Fuji Rock Festival di Jepang.