PALANGKARAYA: Di tengah bencana kabut asap yang menimpa kota Palangkaraya, UKM Center FEB UI didukung sepenuhnya oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Kementerian Keuangan Republik Indonesia, mengadakan kegiatan Workshop dan Fieldtrip: Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Koperasi dan UKM Kelapa Sawit. Kegiatan yang berlangsung 16-20 September 2019 di Hotel Luwansa, Palangkaraya ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan para pelaku UMKM dan Koperasi di industri kelapa sawit dalam mengakses pasar yang lebih besar.
Dengan kegiatan ini diharapkan mereka dapat meningkatkan kontribusi dari industri kelapa sawit terhadap indikator perekonomian, seperti pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekspor dan impor. Kegiatan ini memberikan pengetahuan dan pengalaman bersama akademisi, regulator, dan pelaku usaha yang sudah sukses.
Selain itu, workshop ini juga bertujuan untuk menyebarluaskan penguatan kelembagaan yang tidak hanya berfokus pada daerah Jawa dan Sumatera. Workshop ini dihadiri oleh perwakilan dari beberapa koperasi dan UKM di sektor kelapa sawit yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Tengah.
Dr. Nining I Soesilo (Dewan Pengawas LDPB Kementerian Koperasi dan UKM) yang
juga bertindak sebagai narasumber menggambarkan bahwa secara umum, tren saat ini menunjukkan akses pembiayaan UMKM di Indonesia mayoritas bertumpu pada sektor
perbankan. Berbagai bentuk kredit program telah diluncurkan pemerintah sejak lama, dan yang terakhir adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Potensi pembiayaan UMKM di Indonesia masih terbuka luas dan belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mendorong UMKM naik kelas. Pemanfaatan pembiayaan melalui sektor non-perbankan (koperasi, leasing, factoring, gadai, pasar modal) dan jenis-jenis pembiayaan non-kredit (hibah, equity, asuransi, anjak piutang) masih dimungkinkan untuk memberikan aksesibilitas pembiayaan bagi UMKM di Indonesia,” kata Dr Nining Soesilo. Selain itu, Dr. Nining juga mendorong UMKM di sektor kelapa sawit untuk mengajukan pembiayaan yang disediakan oleh BPDP Sawit sebagai salah satu sumber pendanaan.
Isu ini turut didukung Hendar Sudrajat sebagai narasumber dari BPDPKS. Hendar Sudrajat memberikan materi tentang skema pembiayaan peremajaan (replanting). Menurutnya replanting tidak hanya penting bagi petani, tetapi juga bagi industri sawit nasional. “Untuk mendukung pelaksanaan replanting kebun kelapa sawit, pemerintah telah menghimpun dana pungutan ekspor CPO yang dikelola oleh BPDPKS serta didukung oleh kredit dari perbankan,” kata Hendar.
Menurut Hendar, sejauh ini, BPDPKS turut membantu replanting melalui pembiayaan dengan menyalurkan dana Rp25 juta per hektare. Selain itu program ini juga didanai oleh perbankan nasional.
Di tengah berjalannya workshop, peserta mendapatkan kunjungan istimewa dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah, Dr. Lies Fahimah, M.Si. Kepala dinas menyatakan dukungan penuh dari pemerintah provinsi bagi para koperasi dan UKM yang bergerak di sektor kelapa sawit untuk mengembangkan usahanya agar tidak hanya terpaku di komoditas kelapa sawit saja. Hal ini diutamakan pada periode di antara masa tanam, supaya para pengusaha tetap mendapatkan pendapatan.
Salah satu sesi yang tidak kalah penting bagi UMKM di sektor kelapa sawit adalah
sesi yang disampaikan oleh Permata Wulandari, Ph.D (Kepala Divisi Riset dan Lab Keuangan Mikro, UKM Center FEB UI). Pada sesi tersebut diidentifikasi bahwa selain masalah pembiayaan, permasalahan lain yang kerap dijumpai oleh pelaku UMKM adalah mencari alternatif kegiatan usaha di antara masa tanam kelapa sawit.
“Dengan menggunakan metode role play, ditemui bahwa minat para peserta mengarah ke jenis usaha pembuatan pupuk dan jasa perdagangan. Jenis kegiatan usaha ini berhasil dikerucutkan setelah peserta melakukan self-assessment atas sumber daya yang dimiliki, hobi, dan kemampuan kognitif,” kata Permata Wulandari.
Menutup kegiatan di Kota Cantik ini, peserta mengikuti fieldtrip ke pelaku usaha sukses. Kegiatan ini berlokasi di Kelompok Usaha Pengolahan Perikanan Tampung Parei, Kota Palangkaraya. Komoditas utama dari kelompok usaha ini adalah berupa produk olahan ikan air sungai, seperti keripik dan abon ikan. Diterima oleh Ibu Yuliatma dan Ibu Mulyanah sebagai pemilik usaha, peserta melakukan tanya jawab interaktif terkait bagaimana kiat-kiat dan strategi terkait pengelolaan usaha hingga mencapai tujuan usaha yang ingin dicapai.