TANJUNGSARI – Kementerian Pertanian mengajak masyarakat meningkatkan pendapatan sekaligus menjaga kualitas lingkungan. Caranya dengan mengolah sampah dapur.
Dengan mengolah sampah dapur, kita turut menjaga lingkungan. Karena, produksi sampah terbesar berasal dari rumah tangga dengan proporsi terbesar berupa sampah makanan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pertanian ibarat merpati putih yang tidak pernah ingkar janji.
“Berbagai ujian seperti pandemi covid-19 2 tahun belakangan ini membuktikan pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap survive dan tumbuh positif,“ kata Syahrul.
“Ini karena sektor pertanian harus bisa tetap memenuhi pangan bagi 273 juta jiwa penduduknya bahkan peluang ekspor terbuka lebar,” jelasnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan para petani milenial harus mampu berperan menciptakan sumber pendapatan, lapangan kerja baru, serta melestarikan lingkungan.
“Potensi pendapatan ada pada pengolah limbah sampah dapur menjadi pupuk organik cair (POC) sekaligus pada petani pengguna pupuk,” jelas Dedi.
“Pupuk organik sangat bermanfaat bagi tanaman sekaligus menjaga kesehatan tanah. Manfaat menjadi sangat penting sebagai alternatif solusi terbatasnya pupuk bersubsidi,” ujarnya.
Menurut Dedi, Inovasi yang terus-menerus dan standar mutu yang konsisten, tidak mustahil akan dapat menciptakan produk yang dapat diekspor mengingat permintaan ekspor cukup tinggi.
“Tentu saja keuntungannya akan berlipat jika telah menjadi eksportir produk pertanian,” ungkap Dedi.
Dalam pembukaan Bertani on Cloud oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Ajat Jatnika, Selasa (29/03/2022), disampaikan sampah rumah tangga khususnya sampah organik yang banyak memang harus dikelola dengan baik agar menjadi sesuatu yang lebih bemanfaat baik.
“Serta untuk meningkatkan pendapatan dan diaplikasikan ke tanaman yang ada di rumah sehingga tanaman kita tumbuh sehat,” jelas Ajat.
“Selamat mengikuti Bertani on Cloud, dipandu narasumber yang tepat dan bisa berdiskusi bagaimana pengolahan sampah dapur menjadi pupuk organik cair,” sambungnya.
Wahyu Indra, Ketua P4S Biomethagreen Rumah Edukasi, yang juga Alumni Magang Jepang Tahun 2019 dan Duta Petani Milenial yang telah dikukuhkan tahun 2020, mengatakan ia fokus ke pemberdayaan masyarakat dan pertanian dibidang pengolahan limbah dapur salah satunya menjadi pupuk cair dan biogas.
“Kami mengenalkan dunia pertanian kepada generasi muda melalui pengolahan limbah ini melalui kegiatan kunjungan ke P4S ini,” kata Wahyu.
Menurutnya, sampah jika diolah akan menjadi berkah dan rupiah dan pupuk organik bermanfaat pendukung pertanian dan urban farming. P4S Biomethagreen Rumah Edukasi juga menjadi sarana edukasi untuk masyarakat, pelajar dan mahasiswa dan menambah pengetahuan dan lahan praktik.