Kementan: Budidaya Anggrek Manfaatkan Sistem Urban Farming

oleh -923 views

JAKARTA – Pada masa pandemi Covid-19, fenomena meningkatnya penghobi tanaman hias terjadi begitu tinggi di Indonesia. Tentu saja hal itu menciptakan peluang bisnis baru. Meningkatnya hobi tanaman hias sebagai imbas dari pembatasan kegiatan di luar rumah menjadi salah satu peluang bisnis rumahan yang menjanjikan.

Pengetahuan mengenai hal ini disampaikan dalam Bertani On Cloud Volume 167 dengan tema “Meraup Untung Usaha Anggrek di Era Pasca Pandemi”, Selasa (5/4/2022). P4S Puspa Pesona Mataram, NTB binaan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Malang adalah salah satu lembaga yang sukses dalam hal budidaya anggrek.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dari hantaman pandemi. Dan, dampak ikutan dari hal ini adalah meningkatnya bisnis tanaman hias di era pandemi akibat pembatasan sosial aktivitas di luar ruangan.

“Tentu ini potensi yang harus terus dipertahankan, terlebih di era endemi ini. Bisnis ini harus terus dipertahankan karena memberikan kontribusi yang cukup baik bagi sektor pertanian,” kata Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, saat ini kita menghadapi kondisi yang tidak biasa-biasa saja.

Baru saja pandemi menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, kita didera perubahan iklim Indonesia di masa pemulihan pada tahun 2022 diperkirakan IMF terkoreksi sebesar -0,3 persen.

“Walaupun demikian, optimisme tetap ada. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara ASEAN pada tahun 2022 diperkirakan IMF tumbuh lebih tinggi dibanding kawasan lainnya dan masih sekitar 5 persen,” ujar Dedi.

Dikatakanya, potensi bisnis tanaman hias terbuka untuk pasar mancanegara maupun domestik. Volume ekspor tanaman hias Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per tahun 2017-2020 rata-rata 20 juta dollar Amerika Serikat atau senilai Rp290 miliar.

Dari aneka tanaman hias ini, anggrek mendominasi dengan proporsi 38,56 persen, disusul mawar 17,71 persen, bunga potong lainnya 16,06 persen, daun/dahan tanaman 5,04 persen, serta krisan 4,43 persen.

“Pangsa pasar mancanegara tanaman hias Indonesia ada pada peringkat 47, jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia di peringkat 17, Thailand di peringkat 19 dan Vietnam di peringkat 30,” katanya.

Di sisi lain, Dedi menilai pasar domestik anggrek juga menjanjikan di era pascapandemi. Seiring dengan menggeliatnya kembali sektor pariwisata dengan pertumbuhan 4,3 persen, permintaan tanaman hias juga diperkirakan meningkat. Bahkan, di beberapa lokasi tujuan wisata andalan seperti Bali dan NTB, kunjungan wisatawan berpotensi naik mencapai 50 persen.

“Pertumbuhan pariwisata ini akan diiringi dengan pertumbuhan bisnis perhotelan, restoran, serta eksibisi dan event besar lainnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan permintaan tanaman hias,” terang Dedi.

Dalam acara Bertani On Cloud tersebut, salah seorang petani milenial, Indah Trisnawati berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnis anggrek yang sukses. Salah satu skema yang cukup menjanjikan adalah persewaan anggrek.

Di sisi lain, tren urban farming yang berkembang pesat semasa pandemi berpotensi terus berlanjut.
“Dengan lahan yang sempit, budidaya anggrek bisa dilakukan dan permintaan bibit/anakan juga berlanjut,” ujar Indah.

Indah pun memberikan tips kepada sobat tani bagaimana budidaya anggrek yang baik. Dengan inovasi yang terus-menerus dan standar mutu yang konsisten, tidak mustahil akan dapat menciptakan produk yang dapat diekspor, mengingat permintaan ekspor cukup tinggi dan nilai ekspor Indonesia masih di bawah negara-negara tetangga. Tentu saja sobat tani akan dapat untung yang berlipat jika telah menjadi eksportir produk pertanian.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.