NGANJUK – Untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian, petani di Nganjuk, Jawa Timur mengandalkan Dam Sidodadi. Untuk memaksimalkan, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan pembangunan pintu air Dam Sidodadi dalam program Padat Karya.
Dam Sidodadi ini dikelola Kelompok Tani (poktan) Karya Bakti, Desa Tirto Binangun, Kecamatan Patihan Rowo, Kabupaten Nganjuk.
Pembangunan pintu air Dam Sidodadi ini dikerjakan bersama Dinas Pertanian dengan Dinas Pengairan Kemen PUPR yang bertindak sebagai tim teknis. Tim teknis ini bertugas dan bertanggung jawab salah satunya dalam mengatur, mengkoordinasikan dan memberi arahan teknis serta administratif dalam pelaksanaan bantuan pemerintah ini. Tim teknis ini juga yang mengawal dan mengamankan realisasi kegiatan sesuai rencana usulan kegiatannya.
“Sudah dilakukan verifikasi oleh tim dari Dinas Pertanian , Dinas Pengairan Kabupaten Nganjuk, Kodim 0810 Nganjuk, penyuluh, pengurus Kelompok Tani, dan perangkat desa,” ujar Ketua Poktan Karya Bakti, Basuki.
Dam Sidodadi sendiri dibangun pada tahun 2016 dengan menggunakan dana swadaya dari masyarakat. Pintu air diusulkan berlokasi di saluran Apor I, Desa Tirto Binangun Kecamatan Patihan Rowo yang merupakan daerah irigasi kewenangan kabupaten. Dam Sidodadi yang didesain dengan lebar 20 m dengan 4 pintu air ber potensi mengairi areal sekitar 2.000 ha.
Pintu air Dam Sidodadi saat ini berupa skot balok (kayu mahoni) dan dioperasikan secara manual oleh poktan. Fungsi Dam Sidodadi untuk menaikkan tinggi muka air tidak optimal karena terkendala tenaga pengoperasian pintu.
“Dengan kondisi pengoperasian pintu Dam Sidodadi secara manual, saat ini hanya mampu mengairi sawah seluas 100-200 ha dengan IP 300 dan produktivitas 8 ton/ha,” ungkap Basuki.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, program padat karya merupakan suatu kegiatan produktif yang dilaksanakan dalam rangka memberikan kesempatan kerja dan menambah penghasilan bagi petani.
“Program padat karya infrastruktur pertanian ini diharapkan dapat menyentuh langsung kebutuhan publik sehingga dapat memberikan peningkatan produksi pertanian. Juga pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja bagi petani dan masyarakat sekitarnya yang belum punya pekerjaan tetap,” ujar Mentan SYL.
Adapun fokus utama program tersebut adalah pada pembangunan infrastruktur pertanian. Seperti pembangunan jalan usaha tani, rehabilitasi jaringan irigasi, pembangunan embung, atau pengembangan prasarana dan sarana pertanian lainnya dengan melibatkan warga atau swadaya masyarakat.
“Tak hanya mensejahterakan petani, program padat karya juga bisa sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional,” kata Mentan SYL.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menambahkan, kegiatan program padat karya oleh masyarakat (P3A dan Poktan) dilakukan melalui pola transfer dana pemerintah langsung ke rekening kelompok penerima manfaat.
“Pelaksanaan fisik dilakukan oleh kelompok tani penerima manfaat tersebut secara padat karya yang dibimbing oleh petugas pertanian yang ada di daerah,” jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, setelah dibangun dan diperbaiki, maka kewajiban dari seluruh komponen masyarakat dan petani untuk bersama-sama menjaganya, dilakukan pemeliharaan pada bangunan air tersebut agar fungsinya terus terjaga.
“Jangan sampai setelah dibangun tidak dipelihara dengan baik. Sebab infrastruktur untuk pengelolaan air irigasi sangat penting untuk menjaga produktivitas,” pungkas Sarwo Edhy.(****)