SIKKA – Sejak musim panen hingga mulai tanam April-Mei ini, sewa alat mesin pertanian (Alsintan) terus meningkat. Seperti yang dialami UPJA Tani Mandiri di Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Manajer UPJA Tani Mandiri, Abidin mengatakan, sebelum masuk musim panen, petani Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka sudah mulai membooking Alsintan agar jadwal bisa diatur tiap-tiap desa yang ingin menyewa.
“Memasuki April tahun ini petani Kabupaten Sikka mulai panen. Khususnya di Kecamatan Magepanda panennya serentak, sehingga banyak petani yang menyewa combine harvester. Masuk bulan Mei, mulai menanam, Alsintan rice transpanter dan traktor banyak disewa,” kata Abidin.
Menurut Abidin, saat ini petani di Kecamatan Magepanda, khususnya di Desa Magepada, Reroroja, Kolisia A dan Kolisia B sudah panen padi. Petani di desa tersebut, setelah panen ada yang langsung olah lahan.
“UPJA yang kami kelola saat ini banyak permintaan sewa combine harvester dan traktor. Namun, untuk combine harvester banyak pihak lain yang menyewakan juga,” kata Abidin.
Menurut Abidin, luas panen padi di Kecamatan Magepanda sekitar 1.150 ha. Diperkirakan, pada akhir Mei tahun ini panen padi di Kecamatan Magepanda sudah selesai.
“Kalau kami lihat, hasil panennya saat ini cukup bagus. Provitasnya rata-rata meningkat menjadi 7-8,5 ton per hektar,” ungkap Abidin.
Setelah musim panen usai, lanjut Abidin, UPJA yang dikelolanya siap membantu petani untuk olah lahan dan tanam. Abidin mengaku, manajemen UPJA Tani Mandiri diperkirakan akan terkendala menghadapi permintaan sewa alsintan di musim tanam (MT) II, akhir Mei nanti.
“Mengapa ada kendala di MT II? Menurut Abidin, karena manajemen UPJA Tani Mandiri kekurangan tenaga kerja. Biasanya mulai olah lahan hingga tanam juga dilakukan serentak. Sedangkan rice transplanter yang kami miliki kapasitasnya kecil,” papar Abidin.
Guna mengatasi keterbatasan tenaga kerja, lanjut Abidin, ke depannya manajemen UPJA Tani Mandiri akan menggunakan riding transplanter yang kapasitasnya besar.
“Sehingga dengan alat tersebut, proses tanamnya lebih cepat sehingga dapat menjangkau seluruh Kecamatan Magepanda,” tambahnya.
Abidin mengaku, di tengah pandemi corona, manajemen UPJA Tani Mandiri tetap bekerja melayani petani. Meskipun sebagian anggota manajemen UPJA menjalankan ibadah puasa, kegiatan tetap berjalan seperti biasa.
“Kami saat ini masih melayani teman-teman petani yang sedang panen. Selanjutnya, kami akan melayani petani yang sudah siap olah lahan dan tanam,” pungkas Abidin.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, mekanisasi pertanian memang bertujuan untuk mewujudkan pertanian maju, mandiri dan modern. Dengan Alsintan, proses pertanian bisa dilakukan dengan cepat dan efisien.
“Dalam kondisi bagaimanapun, produksi pertanian harus terjamin. Tanggung jawab menyediakan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia merupakan spirit bagi keluarga besar Kementerian Pertanian dan semua pelaku pembangunan pertanian,” ujar Mentan SYL.
Menteri SYL mengatakan, penggunaan teknologi diharapkan mampu meningkatkan produksi padi pada tahun-tahun mendatang.
“Dengan teknologi, saya berharap tidak mendengar adanya penurunan produksi. Gunakanlah alat canggih yang ada supaya kita bisa ekspor. Kita harus serius dalam mengurus pertanian ini,” tegasnya.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, selain ke UPJA, petani juga bisa melakukan sewa pinjam Alsintan yang dikelola Brigadir Alsintan, dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di daerah masing-masing.
“Dengan menggunakan Alsintan, petani akan lebih hemat dan lebih cepat dalam proses menanam juga panen,” katanya.
Keuntungan lain, penggunaan Alsintan dapat mengurangi penyusutan hasil panen (losses) sebesar 10% dan meningkatkan nilai tambah. Bahkan, penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat.
“Produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik,” tambahnya.
Sarwo Edhy juga mengatakan, alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil. UPJA terbukti bisa memberikan nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.
“Ada salah satu UPJA yang mengelola alsintan kurun dua bulan bisa mendapatkan hasil dari sewa alsintan ke petani hingga Rp 46 juta,” ujar Sarwo Edhy.
Menurut Sarwo Edhy, bantuan alsintan ke petani harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebab, petani yang menggunakan alsintan usaha taninya lebih efektif dan efisien.
“Kalau dulu petani membajak sawah dengan alat tradisional butuh waktu 5-6 hari per hektare. Dengan memanfaatkan traktor, petani hanya butuh waktu 3 jam per ha. Sehingga, penggunaan alsintan 40 persen lebih efisien,” pungkasnya.(****)