KUKAR – Dalam upaya peningkatan produksi pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2020 melaksanakan kegiatan Optimasi Lahan (Opla) Rawa di 14 Provinsi sebesar 50.000 hektare (ha).
Salah satunya sedang dilakukan di Desa Sebuntal, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) seluas 300 ha yang dikerjakan oleh Gapoktan Nusantara.
“Optimasi lahan rawa kini salah satu jawaban untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terus terjaga di masa depan. Terutama dengan terus meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Adapun tujuan utama dari opla rawa adalah mengoptimalkan lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan.
“Lahan rawa itu sebagian atau sepanjang tahun tergenang air bisa dari luapan sungai atau hujan, kegiatan opla rawa harus bisa membantu mengatasinya dengan pekerjaan kontruksi atau perbaikan tanggul atau tata airnya sehingga lahan bisa diolah dengan baik,” kata Mentan SYL.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan bahwa di Kalimantan Timur dialokasikan optimasi lahan rawa sebesar 1.050 Ha di 2 kabupaten yaitu Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.
Program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani, penumbuhan dan pengembangan Kelompok Tani untuk melaksanakan Usaha Tani, serta pengembangan kawasan dan/atau cluster berbasis korporasi petani.
“Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya, sawah rawa bisa digarap sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Dengan begitu, petani bisa tidak hanya menanam padi sekali dalam setahun, tetapi dua atau tiga kali setahun,” jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, Opla rawa cocok diterapkan di Kukar untuk membangun sumber daya manusia pertanian melalui pemanfaatkan lahan rawa untuk dijadikan sebagai areal pesawahan.
“Opla ini akan bisa mengembangkan lahan rawa di Kukar menjadi lahan produktif untuk pertanian. Sehingga meningkatkan produktivitas padi. Kalau biasanya 2,7 ton-3 ton per hektare harapannya menjadi 5 ton-6,5 ton per hektare,” kata Sarwo Edhy.
Menurutnya, Opla rawa dapat membuat indeks pertanaman menjadi 2 kali lipat pada tanaman padi dan jagung. Dengan begitu, diyakini pemanfaatan rawa itu dapat mendatangkan kesejahteraan lebih untuk petani.
Kasi Lahan dan Irigasi Distanak Kabupaten Kukar Achmad Yani menjelaskan, daerah ini semula memiliki produktivitas 3,9 ton/ha. Namun sebagian lahan terdampak air pasang laut atau air asin sehingga perlu dibuat tanggul, pintu air atau pintu klep (pintu penahan air) pasang) agar usaha tani dapat dilaksanakan dengan baik.
“Kegiatan optimasi lahan rawa sangat membantu petani dalam melengkapi prasarana pertanian yg dibutuhkan. Tujuannya untuk peningkatan produksi padi atau peningkatan IP,” ujar Achmad Yani.
Achmad Yani berharap, L kegiatan opla rawa ini terus berlanjut. Selain itu, kedepan bisa dimasukan untuk mengerjakan lahan tidur (sawah yg tidak tergarap) yang masih satu hamparan dengan lahan sawah fungsional.
“Setelah kegiatan opla target produktivitas 4,3 ton/ha dengan IP 230. Program Opla juga mengurangi gagal panen karena banjir limpasan daerah sekunder maupun tersier (pembuatan tanggul),” pungkasnya.(***)