JAKARTA – Kementerian Pertanian terus mengoptimalkan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara, sebagai unit pelaksana teknis lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, untuk mendukung pengembangan kapasitas SDM pertanian.
BBPKH Cinagara memiliki kontribusi dalam pembangunan pertanian melalui Pelatihan Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Peternakan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengingatkan pentingnya peningkatan kompetensi kaum milenial.
“Hal inilah yang menjadi concern Kementerian Pertanian. Kementan terus berupaya mewujudkan sumber daya manusia pertanian yang unggul, mandiri, dan modern melalui pendidikan dan pelatihan vokasi bagi petani, penyuluh, maupun generasi muda,” katanya.
BBPKH Cinagara memiliki luas lahan 20 Ha yang digunakan untuk bangunan gedung perkantoran dan fasilitas (sarana dan prasarana) pelatihan.
Secara umum lahan tersebut dibagi untuk gedung bangunan 2 Ha dan sisanya 18 Ha untuk kebun hijauan pakan ternak.
Gedung bangunan sebagai sarana penunjang kegiatan pelatihan terdiri dari kandang sapi perah 5 unit, kandang sapi potong 2 unit, kandang kambing-domba 4 unit, kandang ayam kampung 3 unit, serta masing-masing 1 unit laboratorium mikrobiologi, laboratorium parasitologi, laboratorium kesmavet, laboratorium terpadu (INLAB/Integrated Laboratory for Clinic and Reproduction), klinik hewan, ruang penetasan, rumah pemotongan unggas (RPU), pengolahan hasil peternakan (rumah yoghurt), dan lahan obor pangan lestari (OPAL).
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nusyamsi, berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas SDM pertanian.
“Kemajuan teknologi dan digitalisasi mendorong BPPSDMP Kementan mempersiapkan generasi milenial untuk dapat memanfaatkan teknologi demi pertanian yang lebih berjaya. Smart Farming atau pertanian cerdas berbasis teknologi menjadi salah satu inovasi yang tengah digalakkan BPPSDMP,” katanya.
Melalui berbagai pelatihan berbasis smart farming yang akan diselenggarakan pada tahun 2022, BPPSDMP melalui Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) berupaya memperkenalkan pemanfaatan teknologi dalam pertanian terutama kepada generasi milenial.
Kepala BBPKH Cinagara, Wasis Sarjono, menyatakan pengembangan dan penataan sarana penunjang pelatihan berupa kandang sapi perah yang menuju smart farming dengan terintegrasi dengan obor pangan lestari (OPAL).
“Hal ini dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam mendukung pembangunan pertanian dalam bentuk meningkatkan kapasitas SDM pertanian,” katanya.
Selain itu, dapat mendorong meningkatkan kinerja sarana dan prasarana di BBPKH Cinagara dan memberikan edukasi kepada masyarakat dalam bentuk etalase kementan dalam kemasan yang representatif, yaitu berupa Agro Edu Wisata Smart Farming Berbasis 4.0.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas Pelatihan harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai dan menjadi standar institusi atau instansi yang terkait, karena sarana dan prasarana sangat mempengaruhi kemampuan peserta pelatihan dalam proses pembelajaran.
Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting, karena keberadaannya sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran.
Dalam mengelola sarana dan prasarana, dibutuhkan suatu proses manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/pemeliharaan, dan pengawasan. Selain itu, diperlukan juga evaluasi sebagai bahan untuk perbaikan kualitas pelatihan selanjutnya.
Bersama dengan pegawai lainnya, Kepala BBPKH Cinagara, Wasis Sarjono, menyiapkan sarana dan prasarana sebagai penunjang pelatihan yang akan digunakan seoptimal mungkin.
“Agar peserta pelatihan merasa nyaman sehingga dapat meningkatkan kualitas kompetensinya selama mengikuti pelatihan/pembelajaran di BBPKH Cinagara,” ujarnya.
Selain itu, sarana dan prasarana penunjang pelatihan ini, terutama fasilitas unit produksi, dapat dimanfaatkan oleh widyaiswara dalam mengembangkan kompetensi spesialisasinya, dan dari hasil fasilitas unit produksi tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
Mengingat pentingnya keberadaan sarana dan prasarana dalam kegiatan pelatihan/pembelajaran, maka peserta pelatihan, widyaiswara/pengajar, dan institusi atau instansi akan terkait secara langsung. Peserta pelatihan akan lebih terbantu dengan dukungan sarana dan prasarana pelatihan/pembelajaran.
Latar belakang pendidikan dan/atau pengalaman peserta pelatihan umumnya heterogen (tidakseragaman), sehingga penggunaan sarana dan prasarana pelatihan/pembelajaran akan membantu peserta pelatihan, khususnya yang memiliki “kelemahan” dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, yaitu dibantu dengan metode praktikum yaitu memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki BBPKH Cinagara.